chapter 1

16 1 0
                                    

Seorang remaja yang memakai jas berwarna coklat, di dalamnya kemeja berwarna putih dengan dasi garis garis yang terlihat cocok dengan pakaiannya tengah berada di ruangan yang luas. Di hadapannya terdapat meja berukuran besar dengan banyak berkas berkas, di samping berkas itu terdapat laptop dalam keadaan menyala. Bisa di tebak, ia tengah berada di ruang kerja. Remaja itu pun tengah fokus membaca salah satu berkas sambil menggigit pulpen di pegangannya seperti orang yang sedang berfikir. Lalu ia mencoret beberapa bagian yang mungkin salah atau tidak di perlukan. Entahlah.

Tok tok tok

Suara ketukan terdengar dari balik pintu berwarna putih itu. Tanpa menoleh Mert berkata "masuk".

Pintu itu terbuka dan suara langkah kaki terdengar.

"Hai pak boss" teriak seseorang.

Mert mengeryitkan alisnya. Sepetinya suara itu sudah tidak asing untuknya. Tanpa berpikir ia mendongak untuk melihat siapa yang datang. Ternyata yang datang adalah ketiga sahabatnya yaitu Danu, Fito dan Seno.

"Tumben pada kesini?" Tanya Mert jutek setelah sengetahui siapa yang datang.

Tanpa memperdulikan Mert yang masih tertunduk memfokuskan pandangannya kebawah, remaja seumuran Mert itu pun duduk di hadapan Mert."Galak banget sih pak boss kalo lagi di kantor" kata salah seorang yang datang.

"Gue lagi sibuk. Gak ada waktu buat bercanda. Ngapain pada kesini? Ada perlu?" kata Mert yang masih terfokus pada berkasnya.

"Di tanya tuh lo bedua". Fito menyenggol bahu kedua temannya. "Lo juga cumi" sahut Seno.

"Gue mah mau ketemu bokap gue. Wleekkk" ejek Fito.

"Gue juga mau ketemu bokap gue" balas Seno yang memeletkan lidahnya. Fito mengeryitkan alisnya aneh "emang bokap lo kerja disini?".

"Iyah. Papa Ifan itu kerja di sini". Mendengar jawaban Seno, Fito menoyor kepala sahabatnya itu. "Bokap gue tuh, maen ngaku ajah lo".
Seno hanya nyengir kuda ke arah Fito.

Omong omong Ifan itu Ayahnya Fito, ia susah lama bergabung di perusahaan keluarga Mert sebagai pengacara.

Danu geleng kepala mendengar perdebatan Fito dan Seno yang tidak pernah ada habisnya, setiap mereka bertemu ada saja yang di perdebatkan bahkan masalah sepele seperti siapa Ayah dari kucing di rumah Seno dan kenapa Kelinci di rumahnya belum hamil juga padahal sudah di nikahkan sejak lama. Menurut Mert dan Danu, Seno dan Fito memang kocak dan rame.

"Berisik banget sih lo berdua" tegur Danu, orang yang paling waras di antara mereka ber empat. Bahkan Danu tipe orang yang selalu serius dan jarang bercanda, ia juga sangat ramah dan tidak dingin. Kalau Mert ia di posisi kedua setelah Danu ia memang jail banget orangnya, apalagi kalau jailin Seno. Dialah jagonya. Tapi dia tau tempat di mana ia harus berbuat jail dan di mana yang tidak. Lebih simplenya dia sadar akan situasi. Dia juga orang yang paling enak di ajak curhat. Sarannya sangat bagus.

"Fito yang mulai duluan" sahut Seno. Fito langsung melotot ke arah Seno "lo yang duluan".

"Woyy!! Elahhh. Baru juga di omong. Udah berisik lagi ajah. Lo gak liat Mert lagi sibuk" omel Danu.

"Iyah maaf" kata Seno dan Fito bersamaan.

"Masih banyak yah kerjaan lo?" Tanya Danu yang sedang melihat ke berkas di depan Mert.

"Kayanya sih gitu" jawab Mert.

"Kapan kumpulnya kita. Lo sibuk mulu Mert. Libur kenaikan kelas kita tinggal 2 hari lagi. Dan lo masih ngurusin kantor". Fito masang wajah cemberut.

"Gue juga pengen kumpul sama lo pada. Tapi belom nemuin waktu yang kosong" kata Mert di sela sela kesibukannya  memeriksa berkas.

Seno tampak berpikir. "Gimana kalo nanti malem ajah?" Sarannya. Fito, Danu dan Mert mengalihkan pandangannya ke arah Seno dan Fito berkata "boleh juga". Di susul Danu "gue setuju. Nanti malem kita kumpul. Kerjaan lo masih banyak gak Mert?". Tanyanya pada Mert.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 19, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Power Of Love [ujian cinta]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang