Terkadang cinta tak selamanya memiliki, kalian tau. Cinta juga bisa merelakan kepergiannya..
Dan sebagai prajurit, kehilangan dan kematian adalah hal biasa nan wajar. Tetapi tetaplah aku seorang wanita yang memiliki hati dan perasaan yang memang bersifat seperti maze....
_______________
Aku berlari melewati lapangan dan halaman, memasuki sebuah ruangan.
"Kyle! Dimana Jendral? Aku harus bertemu dengannya sekarang!" Tanyaku kepada Agen Trams. Dengan nafas terengap-engap. Mata penuh harap agar dia tidak sibuk.
"Dia sedang rapat bersama Kolonel Rogers. Dan tidak ingin diganggu..." belum sempat ia menyelesaikan kata-katanya aku berlari menyusuri lorong menuju ruangannya.
"Hei Oliv! Dia tak ingin diganggu!" Kyle berlari mengikuti.
***
"Jadi, kita akan melakukan serangan kepada Jerman dengan pasukan khusus didepan...."
Tok.. tok.. tok.. tok..
Pintu ruangan yang diketuk berulang kali membuat Jendral Marlon dan Kolonel Rogers berpaling ke arah pintu."Siap... Letnan Dares izin memasuki ruangan.." nafasku yang masih engap-engapan karena berlari tadi.
"Ya Dares! Masuklah!" Aku membuka pintu dan melihat wajah mereka penuh kekecewaan. Memberi hormat kepada mereka yang dijawab hanya dengan anggukan kecil, sungguh hati ini entah mengapa rasanya sangat menekanku.
"Jangan menaruh pasukan khususku dalam serangan pertama! Tetapi serangan nol Jendral!" Ujarku.
"Jelaskan maksudmu letnan!" Perintah Kolonel Rogers. Aku meletakkan koran hari ini diatas meja dan kolonel melihatnya.
"Aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi pak!" Utarku.
"Aku tak menyangka kau akan memberikan jawaban yang tepat sesaat setelah kuberitahukan hal ini Olive Dares!"
"Hanya melakukan tugasku pak. Lagipula aku sebagai pemimpin telah gagal melaksanakan tugasku!"
"Itu bukan salahmu Letnan bila pasukan utama gugur!" Ujar Kolonel Rogers.
"Ya pak. Itu salahku. Aku tidak mempersiapkan mereka untuk segala rintangan!"
"Senjata baru Jerman itu, bahkan melampaui daya pikir kita semua. Hal itu tentunya jauh dari ekspetasi manapun atau siapapun Dares!"
"Maka dari itu pak! Saya mulai dari sekarang akan mulai mempersiapkan apapun yang tidak mungkin pada Pasukan Khusus yang lain. Mohon undur diri. Pak!" Aku memberi hormat kepada mereka. Mereka hanya mengangguk. Aku pun menurunkan tanganku dan menuju pintu, tetapi saat kupegang pegangan pintu itu....
"Jangan terlalu memaksakan dirimu Oliver! Ingat mereka tetap manusia yang perlu istirahat.." sang jendral menatapnya khawatir.
"Aku sudah tau yang harus kulakukan. Tetapi terima kasih.." aku membalikan tubuhku, menatapnya dan tersenyum. "Terima kasih untuk mengingatkannya Paman Marlon" aku kembali kegagang pintuku dan keluar.
***
Semenjak dari kantor Paman Marlon tadi, aku hanya menyibukan diriku melatih keras pasukanku, memberi mereka perintah yang mungkin tak masul akal, seperti aku tak punya hati untuk merasa dan otak untuk berpikir.
Aku hanya sangat takut, dunia berputar terlalu cepat bagiku, dunia ini terlalu luas untukku gapai, banyak orang-orang yang kusayangi didunia ini yang akan kuberikan apapun bahkan nyawaku sekalian demi keselamatan mereka.
Terkadang aku mengingat sebuah pertanyaan dari Jenny yang belum pernah aku jawab,
"Apakah kau pernah merasa selalu kesepian sedangkan banyak orang disekelilingmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ballad Of Olive Dares
Historical FictionSebuah kisah tragis, sedih, penuh aksi dan petualangan seru dari abad 20 awal. Mengenai sebuah pasukan khusus yang dibentuk dan dilatih oleh seorang gadis dengan masa lalu yang membawanya menuju pembalasan dendamnya. Akankah dia berhasil melakukan p...