Hai, author baru disini. Ini novel pertamaku di wattpad. So, please vote and comment.
Brian POV
Hari ini aku akan terbang ke Canada untuk pindah tempat tinggal. Bukan bersama keluargaku. Tapi, bersama kawan kawanku yang berada dalam satu band. Ya, kami pindah karena kami sudah menjadi satu band terkenal sekarang. Westlife. Itulah kami. Kami terdiri atas 5 member yaitu Nicky Byrne, Kian Egan, Shane Filan, Mark Feehily, dan aku sendiri Brian McFadden.
Sebenarnya, ada plus minus kami menjadi band terkenal. Plusnya, kami akan dikenal oleh orang di seluruh dunia dan minusnya adalah waktu untuk keluarga terbabat habis oleh jadwal tour dan show. Tapi ibuku bilang, "tidak apa apa selama itu membuat ibu bangga, ibu tidak akan mempermasalahkannya," begitulah ibuku bilang.
Aku segera mempacking barang barang dan baju bajuku yang ada dalam lemari. Sebenarnya, berat meninggalkan rumahku ini. Tapi apa boleh buat?
"Brian,"
Suara lembut dari ambang pintu membuatku menoleh."ya, ada apa bu?" aku pun menoleh. Ibu menghampiriku yang sedang merapikan baju.
"ibu bangga melihatmu sekarang nak, " ucap ibu sambil tersenyum, "jaga dirimu baik baik ya," ibu langsung mendekapku. Ia menangis dalam dekapanku. Air matanya membasahi kemeja putihku. Tapi tidak apa apa. Aku tahu rasanya ketika orang yang kita sayangi pergi untuk sekian waktu tertentu.Ibu pun melepas dekapannya. Ia cepat cepat menghapus air matanya, agar tidak terlihat olehku. Tapi terlambat, aku mengetahuinya. Aku pun meghapus air mata ibuku yang sudah jatuh membasahi pipinya.
"sudah bu, jangan menangis. Aku janji jika ada waktu luang, aku akan pulang kerumah. Aku janji, " aku tersenyum untuk menenangkannya. Lalu, mendekapnya sekali lagi.
Pihak manager sudah menjemputku. Ia sudah menunggu di depan teras rumahku dengan mobil hitamnya. Aku akan pergi meninggalkan Dublin.
Ia pun membantu memasukkan barang barangku ke bagasi mobil. Ibu hanya melihatku yang akan siap siap pergi. Lalu aku masuk ke dalam mobil. Sekali lagi, aku menoleh dan tersenyum melihat ibu. Ibu membalasnya dengan senyuman hangatnya.
Aku pun memasuki mobil. Deru mesin mobil mulai menyala. Tapi entah kenapa, ini seperti musik perpisahan. Ah, mungkin ini pikiranku saja.
Setelah menyala, aku hanya bisa pasrah. Karena mobil ini akan membawaku pergi jauh dari Dublin. Aku menoleh ke jendela belakang. Aku melihat ibu melambaikan tangannya padaku. Aku membalasnya dengan lambaian dan senyum pahit. Lama kelamaan tubuh ibuku menghilang dari pandanganku. Aku kembali duduk seperti semula. Aku mematung.
Setelah sampai bandara, supir tadi membantu menurunkan barang barangku. Aku melihat teman temanku sudah standby di ruang tunggu bandara. Ada Shane, Nicky, Kian, dan Mark disana. Aku pun menghampiri mereka.
"hey Brian," sapa Nicky sambil memelukku ala laki laki. Lalu disusul Shane dan Kian. Tapi temanku yang satu ini tampaknya benar benar tak peduli padaku. Ia melengos pergi begitu saja. Aku tak mengerti.
"nanti kau juga akan mengerti," ucap Kian sambil tersenyum dan menepuk pundakku. Aku pun tersenyum saja.
Pesawat 107 keberangkatan Canada akan segera mendarat. Bagi para penumpang harap bersiap siap.
Suara pemberitahuan tadi membuat aku cepat cepat bergegas. Aku segera mengeluarkan tiket pesawat. Begitu juga Brian, Kian, dan Nicky. Tunggu, ada yanga kurang. Ah, dia Mark.
"dimana Mark? " tanyaku saat akan memasuki pintu pesawat.
"paling sudah duluan," jawab Nicky dengan entengnya.
Hah? Duluan?
Rasanya anak yang satu itu mistis sekali.Ketika sampai di kursi yang akan kutuju, benar saja ia sudah ada disana. Ia sedang asik mendengarkan iPOD nya sambil membaca buku.
Aku pun duduk tepat di depannya. Aku jadi begidik ngeri.
"jangan takut, Dia memang begitu. Kalau kau sudah mengenalnya, kau pasti mengerti, " ucap Kian yang lalu duduk disebelahku.
Aku benar benar aneh dengan anak yang satu ini.
Daripada memikirkannya lebih baik aku melihat pemandangan diatas awan ini. Benar benar indah. Lautan awan biru membuatku terpana.Dan dengan pesawat ini aku akan meninggalkan Dublin. Terbang menuju kehidupan baru.
Segitu dulu ya, please vote dan comment nya
Love,
Author
KAMU SEDANG MEMBACA
They Wanted Your Soul
HorrorSemenjak terkenal dan pindah ke asrama di Canada, hidup Shane dan kawan kawannya berubah 180 derajat. Keanehan sering terjadi di asrama mereka. Terutama pada Shane. Seakan penghuni asli asrama itu menginginkan jiwa Shane. Belum lagi kelakuan Mark y...