Prolog

62 30 33
                                    

Hal yang paling ditunggu untuk anak sekolahan sudah pasti jam istiharat. Perut keroncongan minta diisi dengan yang manis, yang asin, yang pedes, dilengkapi sama yang seger.

Wah banget kan?

Membayangkannya saja sudah membuat cewek itu menelan saliva beberapa kali. Apalagi hari ini butuh asupan lebih karena guru killer abis jam istirahat bakal masuk kelas. Jelasin tentang trigonometri yang sampe sekarangpun dia belum paham. 'Ini yang susah materinya apa gue yang lemot yah?' Batinnya sambil membereskan buku pelajaran barusan.

Langkah kakinya bergerak berirama dengan ketukan sepatu yang menelusuri sepanjang koridor kelas sampai ke kantin. Seperti biasanya, dia makan ditemani kursi yang kosong. Karena bagian tengah kantin selalu penuh sama anak famous, jadilah dia duduk agak pojokan dikit. Yah, yang penting kan makanannya.

Sip lah. Bakso sudah didepan mata. Kecap, saos, cabe, sudah diambilnya dari meja sebelah. Eits, belum lengkap tanpa jus mangga kesukannya. Sambil menuggu jus datang, dia pun meracik bakso yang ada di depannya.

"Neng, ini jusnya," kata Pak Supri si tukang jus buah menyodorkan gelas penuh berisi air, susu serta buah mangga yang telah diblender itu.

Cewek itupun menjawabnya dengan sopan sebagai rasa terimakasih karena minuman kesukannya telah hadir menemaninya saat ini.

"Mangtap ini mah," gumamnya sambil berusaha memasukkan isi dalam sendok ke mulutnya. Surga dunia~ yang abis kelaperan dengerin guru bercuap-cuap disuguhin makanan yang bikin hati hangat dan pikiran jernih.
Masih ada waktu 20 menit lagi sebelum ketemu guru killer, cewek itu pun menikmati makannya dengan sangat, sangat menikmati.

🔔🔔🔔

Di suatu ruang kelas yang berbeda tampak ricuh oleh sebagian anak laki-lakinya. Mondar-mandir, telpon sana-sini, serta saling bertanya satu sama lain mengenai ini itu.

"Woi, Vin! Cepetan elah keburu masuk istirahat nih!" teriak salah satu cowok diantara mereka. "Bentar, bos dikiiittttt lagi, hehe.." jawab si nama Vino yang dipanggil tadi. "Gue tunggu diluar ye buruan!" ucap si bos dengan keras sambil berjalan di luar kelas.

Sebelumnya, kenalin dulu nih cowok yang dipanggil bos itu paling diincer sama anak-anak cewek lain. Namanya Regan Aditya. Anak kelas 11 IPA-2 SMA Karya Sejati. Bisa dibilang dia anak yang pinter, ganteng, tajir.

Pinter? sudah ketauan dari dia yang anak ipa terus langganan juara umum.

Ganteng? Dilihat dari jauh sudah kelihatan mirip sama Arbani Yasiz kata orang.

Tajir? Dari ujung kaki sudah menampakkan sepatu bermerk. Kendaraan yang dibawa juga sudah dicap sebagai sesuatu yang mahal oleh orang-orang.

Nikmat Tuhan manalagi yang engkau dustakan, girl(s)?

Setelah persiapan selesai, mereka pun berjalan beriringan dengan si bos yang memandu didepan. Setiap koridor kelas yang dilewatinya menyambutnya dengan heboh. Anak cowok bersiul-siul sementara anak cewek menatap heran. 'Ada apa gerangan si Regan semangat banget?!?!'

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai ditempat tujuan. Kantin tercinta. Tentu saja hal itu mengalihkan perhatian isi kantin dengan kedatangan seorang Regan Aditya bersama rombongan anak-buahnya secara tiba-tiba. Matanya menelusuri seluruh bagian kantin yang kemudian langsung tertuju pada seorang anak cewek duduk sendirian.

Tak dihiraukannya pandangan semua anak lain. Kakinya bergerak perlahan menghampiri gadis itu. Rambut yang lurus tergerai indah dengan poni yang menutupi jidat lebarnya itu. Mata yang berwarna hazel lembut itu selalu membuatnya merasa nyaman.

Gadis itupun berhenti beraktifitas setelah dikiranya ada tubuh yang menghalangi cahaya didepannya. 'Siapa?' Batinnya bertanya tidak berani berucap karena pandangan seluruh isi kantin yang melihat mereka berdua.

Mereka berdua...

Berdua...

dua...

Kata itu menggema ditelinganya. Tanpa dia sadari cowok itu maju selangkah sehingga gadis itu bisa melihat name tag yang tertera disana. Regan Aditya. Matanya membulat seketika. Hampir saja dia tersedak oleh salivanya sendiri. Kalo dia udah masukin tuh bakso ke mulutnya mungkin aja tuh pentol langsung ketelen bulat-bulat. Oh astaga!

Melihat reaksi gadis itu, Adit tersenyum sekilas. Diambilnya sebuket bunga dari tangan Vino untuk diserahkan pada gadis itu. Tangannya terjulur menyerahkan bunga mawar itu sambil tersenyum tulus.

"Tasya Mentari, maukah kamu jadi pacarku?"

🔔🔔🔔

Author's expression

Prolognya dulu nihhh biar enyakk.

Sebelumnya makasih yang udah mau baca cerita ini 😂😂
.
.
.
Silakan komen dan saran buat cerita ini. Msh byk yg perlu gue pelajari utk bikin cerita.

Semoga sukaaa ❤❤❤ 

You Are GamerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang