part 2

14 1 0
                                    

#Past Time : 2007#

"Dengan mas Nathan". Panggil seorang suster yang sontak membuat Nathan bangkit dari kursi yang didudukinya. Dengan santainya Nathan berjalan masuk keruangan dokter Ana. Dokter Ana adalah dokter yang menangani penyakit Nathan saat ia difonis bahwa dalam otaknya ada kanker yang menyerang saraf otak.

"Saat ini mungkin tidak terlalu berbahaya, tapi saya sarankan kamu harus cepat-cepat operasi Than. Kanker yang ada diotak kamu lama-lama akan berkembang dan akan menyebar."Tanpa rasa takut, seolah sudah biasa mendengar ocehan dokter itu Nathan hanya mengangguk paham apa yang disampaikan oleh dokter Ana.

Setelah beberapa menit berada diruangan serba putih itu Nathan keluar dan melangkahkan kakinya menuju apotik untuk menebus resep obat yang diberikan oleh dokter Ana.

Sesampainya dirumah Nathan kaget dengan kedatangan Aira dirumahnya tanpa sepengetahuan Nathan. Dengan asiknya Aira berbincang-bincang dengan mama Nathan sambil tertawa bahagia. Nathan sendiri melihat itu ikut tersenyum kecil, merasa senang bahwa kekasihnya bisa seakrab ini dengan keluarganya.

"Hai Than." Sapa Aira saat melihat Nathan menghampiri mereka berdua. "Aku sudah menunggumu sejak dari tadi, darimana saja ?" tanya Aira kepada Nathan.

"A-Aku hanya pergi jalan-jalan sekitar komplek ini saja. Siapa suruh kesini gak bilang-bilang dulu." Sahut Nathan dengan gelagapan karena gugup dan bingung harus bilang apa kepada Aira. Nathan tak ingin Aira tahu tentang penyakit yang dideritanya saat ini. Biar mama dan kakaknya saja yang tahu akan kondisinya yang menyedihkan itu.

"Kamu sudah makan Ra?" tanya Nathan untuk mengalihkan pembicaraan."Kalau belum, ayo kita makan diluar sudah lama kita gak jalan bareng." Ajak Nathan yang hanya disahuti dengan anggukan kepala oleh Aira.

"Ma, Nathan keluar dulu sama Aira." Pamit Nathan kepada sang ibundanya. Mama Nathan hanya mengganguk dan menampakkan mimik yang menyiratkan bahwa Nathan sedang membawa putri orang dan harus mengantarkannya pulang kerumah. Nathan hanya tersenyum menatap mamanya yang sangat konyol itu.

setelah selesai makan Nathan tiba-tiba saja menggenggam tangan Aira erat diatas meja.

"Ra, ada yang ingin aku omongin sama kamu." Nathan hanya menatap manik mata Aira dengan nanar.

"ngomong aja Than." Titah Aira agar Nathan melanjutkan omongannya.

"gini Ra. Aku ingin ngelanjutin kuliah di jakarta dan akan tinggal disana untuk beberapa tahun kedepan." Aira hanya diam dan dia tau bahwa Nathan tak suka jika omongannya dipotong maka dari itu Aira menunggu kelanjutan dari apa yang dibicarakan Nathan.

"Mungkin keputusan ini salah. Tapi kamu tahukan harapan mama satu-satunya dikeluarga aku adalah aku sendiri. Aku Cuma ingin ngebahagiain mama Ra, aku gak mau ngebuat mama kecewa." Aira terus menyimak apa yang Nathan keluarkan dari mulutnya.

"Aku harus fokus sama kuliah aku Ra, aku ingin memperioritaskan kuliah aku dan aku gak mau mikirin apapun hanya belajar dan belajar." Nathan mulai menundukkan kepalanya sejenak setelah itu dia kembali menatap manik mata Aira yang dengan setianya menungu kelanjutan ceritanya.

"bahkan pacar?" sela Aitra ditengah-tengah pembicaraan Nathan.

"Bukan gitu Ra. Aku hanya ingin fokus kuliah dulu dan aku gak mau ngecewain mama." Nathan mulai merasa ada gejanggalan yang menderanya saat ini, dia tahu bahwa Aira kan marah.

"terus" jawab Aira singkat sambil terus memandang mata huzzel milik Nathan.

"Aku rasa hubungan kita sampai disi saja." Seketika itu pula pertahanan Aira mulai memudar, air matanya dengan gampang melewati pipi tirusnya. Jelas, Aira sakit hati dengan perlakuan Nathan yang memutuskan hubungan sepihak ini. Namun bukan Aira kalau ia tidak bisa mengontrol emosinya. Aira tertawa kecil kepada Nathan

"Aku udah tahu kalau kamu bakalan bilang gini sama aku." Jawab Aira yang notabennya tidak terima dengan sikap Nathan saat ini.

"Kamu tahu?" tanya Nathan yang bingung dengan tingkah Aira.

"iyah Aku tahu Nathan, ngomong-ngomong kapan kamu berangkat kejakarta?" tanya Aira untuk mengalihkan pembicaraan yang membuat dada Aira terasa sesak.

"Besok. Iyah besok aku berangkat kejakarta." Jawab Nathan yang disahuti dengan anggukan saja oleh Aira.

"Kamu gak pulang ini udah malam, besok kamu berangkat kejakarta pagi kan?" sebenarnya Aira ingin Nathan pergi karna dia sudah tidak kuat mempertahankan sisi lemahnya, tapi dia terus berusaha untuk mengontrol emosi yang sudah ada diatas ubun-ubunnya.

"Sebenarnya aku berangkat siang dan rencananya besok pagi aku ingin kerumahmu." Jawab Nathan dengan nada kesedihan yang kentara.

"besok pagi aku ada janji sama wota jadi aku gak mungkin bisa nemuin kamu. Kamu hati-hati yah." Bohong Aira kepada Nathan karna dia tahu kalau sampek besok pagi dia bertemu Nathan Aira tidak akan lagi bisa menahan tangisnya didepan Nathan.

***

#Real Time : 2016#

Jarinya terus menari diatas keyboard laptopnya yang setia menemani perjalanan karirnya selama ini hingga mencapai kesuksesan menjadi seorang penulis. Saat ini tepatnya diruang kerja, Aira sedang mencurahkan isi hatinya kedalam buku yang akan diterbitknnya nanti.

Dia mengingat kembali kenangannya saat bersama Nathan betapa menyesalnya dulu dia. Aira masih ingat betul saat Nathan memutuskan hubungannya secara sepihak. Aira juga ingat setelah kejadian malam itu dia menangis hingga matanya sembab seperti mata panda. Dan membuat wajah Aira seperti manusia tanpa jiwa.

Lagi-lagi dering ponselnya membuat Aira menoleh dan melihat nama yang tertulis dilayar teleponnya.

"hallo, siapa?" tanya Aira dengan nada gugup yang begitu kentara.

"Aku Lisa Ra, temen sekelas kamu dulu waktu dikelas XII IPA A, inget gak?" jawab lisa dengan semangatnya.

"Ada apa Lis?" sahut Aira singkat karna saat ini memang dia sedang malas untuk beraktivitas apapun.

"Gini Ra, minggu depan anak-anak seangkatan kita mau ngadain reunian dibandung, kamu gimana dateng gak? Datenglah Ra aku udah lama ni gak ketemu kamu." Rengek Lisa kepada Aira yang hanya dibalas dengan senyuman tipis, betapa bodohnya Aira bahwa Lisa tidak akan melihat senyumannya itu.

"Baiklah akan aku usahakan untuk datang." Jawab Aira yang sontak membuat Lisa disana memekik kegiranagn.

" yaudah Ra sampai berjumpa disana yah, aku tunggu kamu. Bye " stelah itu Lisa menutup sambungan teleponnya dengan Aira. Sedangkan Aira hanya geleng-geleng kepala betapa tidak habis pikir bahwa teman yang sudah lama tidak berjumpa dengannya begitu sama sifat dan tingkahnya sejak dulu. Namun hanya Lisalah yang bisa mengerti persaan Aira.

***

If I Did The DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang