Umar

70 3 3
                                    

"Hormat grak tegak grak hormat grak tegak grak" kalimat itu terdengar lantang dan memecah kesunyian di sebuah lapangan yang telah jarang orang. Diterpa dengan sinar sang surya yang belum begitu terik dan dibawah kibaran sang merah putih mereka terus mengucapkan kalimat itu berulang-ulang. Tanpa ada  seorangpun yang berlalu-lalang. Sepi mereka jalani hanya bersama hembusan angin dan sebuah mobil sedan mewah yang terparkir dengan sebuah cekungan yang menghiasi bagian depan mobil tersebut. Dan tak jauh dari mobil sedan tersebut dapat dipandang pula sebuah motor besar yang hancur lebur bentuknya. Dengan butir-butir keringat yang mulai menghampiri bumi, mereka terus menjalani hukuman yang diberikan pada mereka. Lima menit telah mereka lalui bersama sang merah putih. Namun tiba-tiba saja saat mereka sedang memberikan penghormatan terhadap sang merah putih, terdengar suara gemuruh yang diikuti oleh gebrakan meja yang sepertinya berasal dari bangunan yang berada persis di depan lapangan tersebut. Rasa penasaran merekapun bangkit dan membuat mereka berlari memasuki kantor yang berisi orang-orang bertubuh tegap dengan seragam yang sama satu sama lain macam kesebelasan Indonesia yang ingin bertanding. Rasa penasaran merekapun sirna dan mulai berganti dengan rasa marah setelah menyaksikan teman mereka di bentak bentak oleh seorang lelaki muda berbadan tinggi dan besar.
"Apa apaan ini?" tanya seorang dari mereka dengan nada tinggi dan wajah yang tiba tiba berubah menjadi sangar.
"Kalian tak usah ikut campur dengan urusanku dan anak ini" jawab pria berbadan besar itu
"Macam mana kami tak ikut campur dengan masalah yang menimpa kawan kami sendiri" ujar seorang dari mereka
"Sudah tak usah banyak omong, kalau engkau berani hadapilah kami berempat" tambah yang lainnya
"Kalian ingin melawanku? Apakah kalian sudah bosan hidup?" jawab pria tersebut dengan nada menantang. Kemarahan merekapun sudah melewati ambang batasnya. Ya benar keributanpun tak dapat dihindari. Namun belum lama berlangsung, semua orang berseragam itu langsung dengan sigap melerainya. Dengan perkelahian, masalah itupun malah bertambah panjang sampai-sampai pimpinan di kantor tersebut, ikut turun tangan untuk menanganinya.
"Ada apa ini? sang surya masih tertidur kalian sudah membuat kekacauan" tanya sang pimpinan
"Maaf pak ini ada sedikit masalah" jawab orang berseragam  itu sambil memandangi bumi tempat ia berdiri
"Ya sudah aku yang ambil alih masalah ini kau tanganilah yang lain" ujar sang pimpinan
"Baik pak" jawabnya singkat.

Ayam berkokok saling bersahut-sahutan menandakan bahwa sang surya telah terbangun dari tidurnya. Aku pun tidak berbeda dengan sang surya. Dengan semangat, aku kembali hidup dan bersiap siap untuk berangkat sekolah. Aku membersihkan badanku dan dilanjutkan dengan menyantap sarapan yang telah tersedia di meja. Namun sebelum aku meninggalkan pintu rumah, aku memiliki ritual khusus yang tak jarang dilakukan di zaman ini yaitu membuka telepon genggam pintarku. Kemudian kala aku membuka telepon pintarku tiba-tiba saja ada panggilan yang hendak masuk ke teleponku yang tak lain tak bukan berasal dari dia.
"Hey kawan kau bisa tak jemput aku sekarang aku tak bisa berangkat sebab tak satupun angkutan yang melintas di sini"
"Oke aku akan berangkat tak lebih dari lima menit lagi"
"Kutunggu kau kawan"
Panggilan itupun berakhir dan aku segera meninggalkan pintu rumahku. Umarpun bersiap-siap untuk mengantarku menuju sebuah bangunan yang dihuni oleh temanku tersebut. Jarak dari rumahku ke sana sebenarnya tak terlalu jauh. Namun, Umar senantiasa mengantarku. Karena Umar adalah sahabatku yang tak pernah membantah semua kata-kataku sebab dia tak dapat berbicara, tak dapat mendengar, dan juga tak dapat melihat. Namun, kalian tak perlu kasihan dengannya karena sebenarnya dia adalah.......... motorku. Lima menitku pun berlalu bersamanya dan telah dapat dipandang sebuah bangunan kecil yang di depannya terlihat seorang anak yang sedang menggendong tas dengan keringat yang menghiasi wajahnya. Namun, aku merasa seperti ada sesuatu yang janggal disini sebab tak jauh dari anak tersebut terlihat pula tiga orang anak yang masing-masing sedang menunggangi kuda masa kininya.
"Hey cepatlah kemari!" seru seorang anak yang berdiri di depan sebuah bangunan kecil tersebut
"Loh kok ada mereka bertiga juga" tanyaku kaget
"Iya soalnya tadi aku telepon mereka juga untuk menjemputku"
Dari situ kamipun berangkat ke sekolah bersama-sama. Kamipun memacu kendaraan kami dengan cepat. Namun dewi fortuna kali ini tidak berpihak kepada kami Bermaksud untuk menghindari sebuah bis yang ugal ugalan, aku malah menghampiri sebuah sedan mewah berwarna putih. Setelah terjatuh, akupun segera turun dari motorku dan lari terpontang panting. Namun, ternyata dia tidak lari mengikutiku. Dari kejauhan, akupun memandangi kedua sahabatku yang hampir membuatku menangis. Disatu sisi, ada Umar yang wajahnya menjadi tak karuan, dan disisi lain, ada dia yang tak tahu apa apa malah harus menanggung perbuatanku. Sungguh tak tega aku melihatnya. Akhirnya akupun bertindak untuk kembali menghampiri dia. Teman temanku yang telah jauh meninggalkan kami berduapun kembali jua untuk menolongnya. Setelah kejadian tersebut, kamipun dibawa ke sini. Kami berempat dihukum ringan, sedangkan hanya dialah yang ditindak lanjuti.
Jadi begitu pak ceritanya.Pak bangun pak
Oh sudah maghrib ya

Suratan Dari LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang