Untuk pertama kalinya, Meliodas bermimpi. Ketika dia membuka matanya, tampak dirinya tergeletak di dunia putih yang terlihat fana. Dirinya tak mengerti apa-apa. Perlahan Meliodas bangkit lalu berjalan di antara dunia putih itu. Langkah kakinya terus terantuk dengan dasar yang ia pijak. Pikirannya tak karuan dengan berbagai pertanyaan bagaikan orang amnesia. Langkahnya terhenti ketika seseorang memanggil namanya.
"Meliodas!".
Suara itu, sangat Meliodas kenali. Spontan laki-laki berambut pirang itu menoleh bertepatan hembusan angin kencang meniup anak-anak rambutnya.
"Liz?".
Orang yang memanggilnya itu tersenyum manis. Senyuman khas yang membuat nostalgia indah bergulir cepat. Nostalgia itu membuatnya tersiksa.
"Sudah lama kita tidak bertemu", kata Liz lembut.
"Ya, sudah lama", jawab Meliodas dengan suara sedikit parau.
Pikirannya berkecamuk. Orang yang dulu ia cintai kini berdiri di hadapannya. Meliodas seakan-akan tidak berdaya.
"Meliodas ayo kita jalan-jalan," ajak Liz.
Meliodas mengangguk, lalu mereka berjalan beriringan menembus dunia putih itu. Pelan-pelan dunia putih itu berubah menjadi pemandangan padang bunga krisan yang indah. Benar-benar cantik, puji Meliodas dalam hati.
Mereka terus berjalan hingga akhirnya sampailah mereka di sebuah bukit hijau dengan pohon sakura besar yang tertanam di puncaknya.
"Ini tempat kesukaan," kata Liz.
Meliodas tak merespon."Meliodas".
Untuk kedua kalinya, Liz menyebut namanya. Membuat perasaan Meliodas berdesir halus dan sesak.
"Apa?," tanya Meliodas.
"Aku sangat mencintaimu".
Matanya membulat kaget. Nafasnya tercekat. Ketika Liz berkata seperti itu, ingin Meliodas menjawab, tapi entah kenapa di benaknya terpikirkan wajah "Elizabeth". Wanita lugunya itu.
Nostalgia di masa lalu dengan Liz tampak beruntun menghantamnya tapi semua itu menghilang dengan digantikannya wajah yang kini selalu menemaninya. Elizabeth perempuan pujaan hatinya yang sekarang.
Mendadak Meliodas tersenyum miris. Ditatapnya Liz lekat-lekat. Perlahan-lahan Meliodas menundukkan kepala dan menghembuskan nafas yang tadi ditahannya. Setelah itu, Meliodas mengangkat kepalanya yang tadi tertunduk. Dia harus menyelesaikannya, harus.
"Kau tahu, aku selalu tersiksa akan kenangan kecil tapi berharga yang selalu kita buat di masa lalu". Meliodas berhenti sejenak. Ia berusaha mengatur kata yang sesuai.
"Dan sungguh, setiap aku bermimpi menatapmu menghilang dari bagianya dunia, aku selalu marah dan tak bisa dipungkiri kalau aku semakin mencintaimu.., tapi kini aku bertemu seseorang yang ku anggap sebagai penawar rasa emosional ini. Dia mencintaiku apa adanya dan begitu juga aku, sekarang ini pun aku ingin terbangun dalam mimpi ini dan segera melihatnya yang selalu tidur manis di sampingku..".
Meliodas menggigit bibir bagian bawahnya. Ia takut membuat Liz sedih akan perkataan selanjutnya.
"Maaf Liz, aku sangat mencintainya lebih dari apapun tapi rasa cintaku untukmu masih ada tersisa di sini," kata Meliodas sambil menunjuk dadanya.
Liz tersenyum. Satu persatu, bulir air matanya jatuh menetes. Liz berusaha menghapus air mata itu, tapi semakin lama--air mata itu menjadi aliran yang tak bisa terhenti.
"Aku bahagia apa yang kamu katakan, Meli..".
"Awalnya aku cemas melihatmu terperangkap oleh bayangan-bayanganku, tapi untunglah ada perempuan itu dan aku senang kalau kau benar-benar mencintainya", ujar Liz lirih.
Meliodas mengangguk,"ya, aku benar-benar mencintainya".
Liz memalingkan wajahnya. Berusaha menutupi wajahnya yang memerah karena menangis walaupun tak bisa dipungkiri kalau Meliodas sudah terlebih dulu mengetahuinya.
"Jadi ini perpisahan kita?" Tanya Liz.
Meliodas tersenyum kecil lalu mengendikkan bahunya dan berkata,"mungkin".
Tetesan air mata yang tadi tumpah langsung ditepis cepat oleh Liz. Walaupun masih terlihat ada bekasnya.
"Hanya ini kepastian yang ingin kulihat langsung darimu, Meli dan sebelum mimpi ini usai aku ingin satu hal janji darimu", ujar Liz pelan.
"Apa itu?" Tanya Meliodas.
"Jagalah perempuan bernama Elizabeth untukku ya?".
Meliodas mengangguk," tanpa kamu minta aku akan selalu menjaganya".
Liz menengadahkan kepalanya. Hatinya hancur tapi merasa lega. Kini jawaban yang selalu menggentayanginya kini musnah. Ia senang karena orang yang drinya cintai bahagia tapi juga sedih mengetahui sosok yang Meliodas cintai bukan dirinya melainkan orang lain. Liz benar-benar tergantikan, tetapi masih hidup di sudut relung hatinya Meliodas.
Satu terpaan angin berembus melewati jarak yang dibuat oleh keduanya. Perlahan, Liz menghilang dalam pandangan Meliodas begitu juga sebaliknya. Dua belah pihak itu masing-masing lenyap dalam hembusan angin bunga krisan yang menjadi saksi bisu kenangan terakhir mereka.
Semua kenangan itu, terkubur rapi dengan menimbulkan luka goresan yang dalam di hati. Semua sudah berakhir dan menjadi jelas.
***
"Meliodas-sama!".
Pelan-pelan Meliodas membuka mata. Rasanya sangat berat tapi mendengar suara perempuan itu, dirinya rela.
Bola mata Meliodas melirik sayu ke arah sosok yang menatapnya dengan tatapan cemas.
"Emm.. ada apa Elizabeth?" Tanya Meliodas sambil bangkit dan memposisikan dirinya duduk menyender di dinding.
Bukannya menjawab, Elizabeth justru memeluknya erat. Meliodas kaget dan heran.
"Meliodas-sama, anda menangis jadi saya khawatir..", kata Elizabeth lirih.
'Menangis?'.
Meliodas menyentuh matanya dan benar, bekas air mata yang basah mengenai tangannya. Teringat dalam memori kejadian mimpi yang dialaminya dan sungguh, mengingatnya membuat hati Meliodas terenyuh sakit.
Dirinya kembali menangis dalam pelukan Elizabeth. Elizabeth semakin mempererat pelukannya. Perempuan itu tidak mengerti apa yang terjadi, tapi dia berusaha untuk menghibur sosok yang dipeluknya. Dalam hati Meliodas bertanya akan sesuatu yang tak kan pernah ada jawabannya. Pertanyaan itu adalah,
'Di suatu saat, apakah dia bisa melepaskanku seperti aku melepaskannya secara rela?'.
~The end~

KAMU SEDANG MEMBACA
see you again
FanficSemua orang tahu betapa cintanya Meliodas terhadap Liz. Sangat besar melebihi apapun. Tapi, Liz telah hilang untuk selama-lamanya. Bayangan Liz selalu menghantui diri Meliodas hingga ia bertemu dengan Elizabeth. Perlahan Meliodas menyukai perempu...