Langit dengan warna biru yang mewarnai. Awan seakan berarak melihat kejadian di bumi. Suara merdu terdengar dari paruh burung yang bertengger di pohon. Angin sejuk menerpa wajahku kala membuka jendela kamarku ini. Segar dan sejuk.
Hari minggu tak menjadikanku untuk bermalas-malasan. Selalu ada semangat di diriku. Bahkan mungkin semangat ini selalu berkobar layaknya api yang membakar.
Jane Alicia Lea. Orang biasa memanggilku Jane. Aku hanyalah gadis dengan segala kesederhanaanku. Mata almond coklat gelap yang diturunkan bundaku. Rambut yang senada dengan warna iris mataku dan sedikit bergelombang. Wajahku yang tirus dan kulitku yang bersih.
Cantik, manis, ramah, baik. Penilaian orang yang sering mereka katakan padaku. Kurasa mereka sedikit berlebihan dalam menilaiku. Aku tak seindah itu bukan. Aku hanya manusia biasa.
Baiklah aku akan segera bergegas. Mandi dan sarapan pagi bersama keluarga. Aku tak akan melewatkan sedikitpun kebersamaanku dengan keluarga. Jarang sekali kita bisa berkumpul. Ayahku yang terlalu sibuk dengan perusahaannya dan bundaku yang selalu sibuk dengan pasien di rumah sakit. Akan tetapi, aku bukanlah orang yang kekurangan akan kasih sayang orang tua. Mereka selalu menyempatkan waktunya untukku. Bertanya akan bagaimana hariku setiap waktunya. Mereka yang terbaik untukku dan aku selalu bersyukur memiliki mereka.
---
"Kita akan pindah mulai besok sayang.""Pindah? Kenapa kita harus pindah bun?" tanyaku heran
"Ayahmu akan mengurus perusahaan kita yang disana jadi kita semua harus pindah."
"Lalu bagaimana dengan bunda?"
"Bunda juga telah dipindahkan kesana, sayang. Kamu mau kan?"
"Kalau aku sih mau-mau aja bun. Yang penting kita tetap bersama."
"Kalau begitu selesaikan makananmu dan mulailah berbenah dan jangan lupa untuk memberitahu adikmu."
"Baik bun."
Akupun bergegas menghabiskan sarapanku. Setelah selesai, aku melangkah ke arah kamar adikku. Adikku, James Devano Lea 2 tahun lebih muda dariku. Seperti anak muda yang lain, syndrome hari minggu juga melekat pada James. Tapi setidaknya ia tak pernah bangun lebih dari pukul 8 pagi dan sekarang masih pukul setengah 7. Akan menjadi sejarah ia bangun pagi pada hari libur -kalaupun ia bangun-.
'Tok tok tok'
Walaupun aku tahu ia belum bangun, aku harus tetap mengetuk pintu terlebih dahulu bukan. Jadi aku mengetuk pintu dan barulah aku masuk. Pemandangan yang pertama aku lihat kamar yang lumayan berantakan dengan adikku yang berada dikasur dan terbalut selimut. Melihat wajahnya yang gak banget untuk ditonton. Iler ada disekitar mulutnya yang menganga dan terdengar suara mengorok. Nyenyak sekali tidurnya.
"James, bangun deh." ujarku dengan suara yang kulembutkan.
Seperti perkiraanku, dia belum bangun. Sekali lagi aku membangunkannya dengan sedikit kugoyangkan badannya dengan tanganku. Yang kubuat membuahkan hasil. James terbangun dari tidur tidak cantiknya itu.
"Ada apa kak? Inikan hari minggu, biasanya juga bangunin pas jam 8? Atau ini emang udah jam 8?" ujarnya yang masih belum sepenuhnya sadar.
"Belum kok, ini masih pukul setengah 7. Tapi ada yang ingin bunda katakan sama kamu. Jadi, bunda nyuruh kakak untuk bangunin kamu"
"Oh oke. Kalau begitu james mandi dulu deh."
Akupun keluar dari kamar james dan menuju kamarku untuk berbenah. Hampir semua barang atau mungkin semuanya aku bawa. Semua barangku ini begitu penting buatku. Oleh karenanya aku bawa semu.
"Jane, kemari sebentar nak!"
Kudengar suara teriakan bunda dari lantai bawah. Akupun menghampiri bundaku itu.
"Ada apa bun?"
"Kita tidak jadi pindah besok. Kita akan pindah hari ini setelah kita selesai berbenah. Jadi jika Jane sudah selesai berbenah bawa barangmu ke bawah. Bunda sudah memberitahu adikmu tadi."
"Baik bun. Jane sebentar lagi juga selesai berbenahnya kok bun."
"Yasudah kamu lanjutkan saja."
Akupun melanjutkan kegiatanku yang sempat tertunda.
Capek juga ternyata. Huft..
Sebentar lagi aku tidak akan menempati ruang ini lagi. Ruang yang menjadi saksi dari puzzle hidupku. Mungkin aku akan merindukan kamar ini. Tapi aku harus move on bukan? Aku harus melangkah maju. Kehilangan sesuatu mungkin berarti akan membuat kita mendapatkan sesuatu yang lebih baik dari apa yang telah hilang itu.
---
Aku didepan rumah baru ku kini. Rumah ini lebih besar dari rumah kami yang dulu. Kata ayah rumah ini memiliki taman bunga di halaman belakang dominan bunga yang kusukai, yaitu bunga matahari dan bunga anggrek. Juga terdapat gazebo dan dua buah ayunan dekat gazebo. Selain itu, juga terdapat kolam renang.
Aku melangkah menuju kamar yang telah diberitahukan bunda tadi. Kamarku berada dilantai dua sebelah kamar James. Kamar ini juga lebih luas dari kamar sebelumnya. Kamar ini memiliki balkon yang mengarah pada lapangan komplek di perumahannya. Selain itu juga terdapat jendela kaca ukuran besar dengan sofa di sampingnya. Aku bisa melihat taman bunga indah di rumahku ini dari jendela itu.
Aku senang dengan kamar baruku ini. Kamar yang begitu indah. Barang-barangku pun sudah selesai dipindahkan semuanya kesini.
"Sayang, bunda telah mendaftarkan kamu kesekolah dekat sini. Jadi dua hari lagi kamu bisa mulai sekolah di sekolahmu yang baru." ujar bunda yang baru saja masuk ke kamarku
"Oke bunda."
-
Tbc
My first story in here
Semoga gak jelek-jelek amat
Don't forget for vote and comment
KAMU SEDANG MEMBACA
Semanis Teh dan Sepahit Kopi
Teen Fictionkadang kau begitu manis bahkan lebih manis dari teh dan membuatku meleleh dengan kata-katamu. kadang juga ucapan dan tingkahmu begitu pahit mengalahkan pahitnya kopi. sebenarnya kau itu siapa? kau membuatku bingung dengan segala tingkahmu