Sedari tadi aku membagikan kue bronis yang telah khusus dibuat oleh bunda untuk para tetangga baru. Kata bunda, untuk lebih dekat dengan tetangga baru kita. Sebenernya aku gak terlalu rela untuk membagikan bronis buatan bunda. Bronis yang dibuat bunda itu super lezat. Sehingga, membuatku selalu tergoda untuk memakannya.Tapi untungnya imanku kuat. Sehingga, aku tak memakan bronis ini.
Disinilah aku sekarang di taman kompleks perumahanku. Ada banyak yang mengunjungi tempat asri ini. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga manula ada di taman ini. Taman ini memang sangat asri, segar, dan nyaman. Ada banyak pohon yang membuat taman ini cukup rindang. Beberapa bunga pun turut menghiasi. Ayunan, prosotan tempat untuk para anak-anak bermain. Ada juga tempat khusus untuk orang yang ingin bermain skeatboard, sepatu roda, dan juga sepeda. Selain itu, juga terdapat lapangan basket. Tempat duduk seperti yang kududuki juga banyak ditaman ini.
Aku benar-benar nyaman dengan kompleks perumahanku yang sekarang ini. Senyum tak pernah lepas dari bibirku sejak aku mendatangi taman ini. Mataku memandangi orang yang sedang bermain basket. Benar-benar keren. Aku selalu berfikir ingin pintar bermain basket. Tapi ya mau bagaimana lagi, aku sama sekali gak pintar dalam olahraga apapun.
Hari mulai sore akupun memutuskan untuk pulang kerumah. Tapi tiba tiba saja ada sesuatu menggelinding ke arahku dan berhenti tepat di depan kakiku. Sebuah bola basket yang mungkin mereka mainkan tadi berada tepat di depan kakiku. Seperti gerak reflek, akupun membungkuk dan mengambil bola basket itu. Memandangi lapangan basket itu. Lapangan basketnya telah sepi. Pertanyaannya, bola ini milik siapa?
"Itu bola gue," sebuah suara yang datangnya dari arah samping menjawab pertanyaan yang bersarang di benakku. Tanganku pun terulur untuk memberikan bola basket itu kepada pemiliknya.
"Gue gak pernah lihat lo disini. Lo orang yang baru pindah kerumah besar itu ya." itu merupakan pernyataan bukan pertanyaan. Aku hanya menjawabnya dengan anggukan kepala.
"Kamu tinggal di kompleks ini?" tanyaku padanya
"Hah? Gak kok. Tapi gue biasa kesini sih buat maen basket walaupun gak setiap hari,"
Akupun mengangguk-anggukkan kepalaku mendengar penjelasannya.
"Btw nama gue Fajar, lo?"
"Aku Jane."
"Eng... Jane ngomongnya gue-lo aja deh. Gak enak gue kalau harus ber aku-kamu."
Aku menyerngit heran mendengar perkataan dari Fajar.
"Gak biasa. Yaudah kamu tetep pake gue-elo dan aku tetep make aku-kamu. Gimana?"
Tampak Fajar sedang berfikir. Sesaat kemudian ia pun berkata
"Oke deh. Gue duluan ya. Nice to see you Jane and See you next time."
"Me too Fajar."
---
Bulan bersinar terang di atas sana. Bintang juga terlihat banyak. Mungkin kerena banyaknya bintang itu yang membuat bulan terlihat terang. Sepertinya halnya seseorang yang akan selalu semangat karena dukungan temannya.
Kok aku jadi puitis gini ya?
Benar-benar malam yang indah. Aku dan adikku sedang berada di gazebo saat ini. Menikmati indahnya malam ini dengan kue bronis dan secangkir coklat hangat yang telah ku buat.
"Kak?" terdengar James mamanggilku
"Ya?"
"Besok kan udah sekolah ni, kira-kira sekolahnya bakal asik gak ya? Bakal dapat teman baru gak? Terus apa James bisa jadi salah satu most wanted guy gak ya?"
Aku tertawa kecil mendengar pertanyaan dari James barusan. Sedangkan James mendengus kesal melihatku yang sedang tertawa.
"Pertanyaanmu ini gak ada yang lebih bagus apa?" tanyaku
"Is kak Jane mah gitu." ucapnya manja
"Mending kita tidur deh. Biar besok bisa bangun pagi."
-
Tbc
Don't be dark readers guys
Vomments oke!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Semanis Teh dan Sepahit Kopi
Roman pour Adolescentskadang kau begitu manis bahkan lebih manis dari teh dan membuatku meleleh dengan kata-katamu. kadang juga ucapan dan tingkahmu begitu pahit mengalahkan pahitnya kopi. sebenarnya kau itu siapa? kau membuatku bingung dengan segala tingkahmu