Hariku masih serupa. Tenang dan hampa disaat yang sama. Bahkan dalam keramaian seperti saat ini, aku sedikit merasa sepi. Menanti yang sudah lama kuimpikan.
Entah apa yang aku tunggu. Dalam diam terus berhitung. Kapan kita dapat bertemu. Kapan kita benar-benar bersama. Kapan semua lelah ini berakhir. Kapan... Ah, terlalu banyak kapan.
Terbesit rasa takut. Tentang hidupmu, kebahagiaanmu. Segala lelah dan penatmu. Sesekali juga tentang orang lain disana yang mungkin saja berharap mengganti peranku. Bukan aku tak percaya. Tapi ikan yang sudah di piring masih bisa diambil kucing, kan?
Ah sudah. Jangan bahas kucing-kucing seperti itu.
Aku ingin menikmati rindu tanpa perlu khawatir apapun. Memandang senyum manis hanya melalui foto-fotomu yang kupunya. Aku paham kamu sedikit alergi dengan kamera, tapi setidaknya aku masih bersyukur menjadi perempuan ketiga yang punya gambar wajahmu, setelah ibu dan saudarimu.
Terima kasih sudah mengizinkan itu. Aku lega memiliki obat penawar rindu seperti itu. Dan semoga bukan hanya ditawar, namun juga benar-benar disembuhkan. Dua tahun lagi, bukan?
Huh! Masih lama, ya? Hahaha.
Tidak apa. Menunggu sudah menjadi daftar hobiku.