Part 6

530 66 4
                                    

Salah sebenarnya jika Soojung berpikir, dengan cara itu ia bisa menyelamatkan kebahagiaan sahabatnya, karena justru Shinhye jadi terganggu dengan sikap Soojung yang membingungkan.
"Kemana dia?" Jonghyun bertanya setelah beberapa saat ikut mengawasinya di sana.
"Tidak tahu. Sikap dia hari ini aneh sekali, aku jadi bingung."
"Iya, kemarin juga kelakuan dia aneh, membuat kita panik, bingung dan cemas."
"Apa yang terjadi?" Shinhye menoleh.
"Ada cowok yang tidak kita kenal membawanya pergi, dia sampai meninggalkan mobilnya di Cafe. Waktu mau mengejar kita kehilangan jejak, makanya lantas kita menunggu mereka di Cafe. Tapi saat dia kembali, dia tidak mengatakan apapun. Dia diam seribu bahasa." jelas Jonghyun panjang.
"Lalu cowok yang membawanya?"
"Kita hanya nelihat wajahnya selintas karena dia tidak turun dari mobil..."
Dada Shinhye langsung menyesak. Jongsuk! Pasti dia cowok asing itu. Selalu, setelah kehadirannya berbagai persoalan datang bermunculan. Mengapa Jongsuk tidak pernah berhenti menyakitinya? Tanpa pamit dan bicara sepatah katapun kepada Jonghyun, Shinhye berlalu dari hadapan cowok itu yang juga kebingungan melihat tingkahnya tiba-tiba seperti orang linglung.
🐜

Belum lagi masalah perih hatinya sirna, Jongsuk hadir lagi dan mengacaukan ketentraman yang baru dibangunnya. Bukan saja dirinya seorang kali ini yang diganggunya tetapi juga orang-orang di sekitarnya. Kenapa Jongsuk tak puas menyakitinya?
Shinhye menjatuhkan tasnya ke lantai diikuti tubuhnya kemudian. Bersimpuh di kaki tempat tidurnya. Terasa letih yang teramat sangat. Semuanya yang dahulu bermunculan dalam benak. Sekuat tenaga ia mengusirnya, tapi gambaran-gambaran masa lalu itu tak mau pergi.
"Ini Hacci, Halmeoni! Hacci yang sering aku ceritakan itu."
Siang itu, sepulang sekolah Jongsuk menuntunnya bertemu dengan wanita tua yang luar biasa Jongsuk banggakan.
"Hm...." Wanita itu meneleng dari balik kaca silindris yang bertengger di atas hidungnya. "Siapa namanya?" Ia bertanya dengan suara yang seperti bergema. Kuduk Shinhye sampai merinding.
"Park Shinhye, Halmeoni!"
Shinhye maju setindak mendekati wanita yang terduduk angkuh di kursi kerja dan memandangnya seperti hendak memangsa. Di rumahnya pun ada nenek setua ini, tapi tidak menyeramkan seperti ini.
"Terangkan siapa kamu! Nama, asal usul dan orang tuamu. Apa pekerjaan mereka?" Shinhye menelan ludah, ia tidak merasa nenek tua ini sedang mencandainya.
"Halmeoni ini apa-apaan?" Jongsuk pun protes.
"Seperti yang kau tahu, Halmeoni tidak mau cucuku bergaul dengan anak sembarangan. Anak yang tak jelas asal-usulnya."
"Halmeoni!"
"Kau cukup duduk dan diam di situ, Jongsuk-ah!"
"Tapi Halmeoni..."
"Ayo ceritakan siapa kamu!" Wanita tua itu tajam menatap manik mata Shinhye tidak hirau dengan Jongsuk yang bahkan berteriak melarangnya.
Sedangkan Shinhye tidak bisa bicara, mulutnya terkunci. Sekujur tubuhnya menggigil.
"Dengar, cucuku ini hanya boleh berteman dengan anak-anak yang jelas latar belakangnya. Jelas kedudukan orang tuanya. Bila tidak begitu, aku tidak mengijinkan kau dekat-dekat dengannya."
Napas Shinhye turun naik dengan interval yang pendek. Dengan mata nyalang ditatapnya perempuan itu nanar. Letupan kemarahan mengganjal di dada. Tapi ia ketakutan, tidak bisa melakukan apapun.
"Eommoni, apalagi yang eommoni lakukan sekarang?" sebutir air jatuh ke pipi, ketika sesosok tubuh hadir diantara mereka. Menggugat dengan keberanian yang sudah sekian lama dipendamnya.
"Karena aku tidak mau apa yang telah kau lakukan diulang oleh anakmu."
"Eommoni keterlaluan! Sikap eommoni bahkan tidak dewasa. Eommoni sadar apa yang telah eommoni lakukan? Mereka hanya anak-anak. Jangan bawa-bawa masa lalu itu."
"Bagaimana mungkin aku tidak mengingat masa lalumu. Dia berani membawa anak perempuan ke rumah ini, sama seperti yang kau lakukan dulu."
"Apa salahnya? Mereka terlalu kecil untuk melakukan apa yang Eommoni sangka. Mereka hanya berteman, Eommoni!"
"Awalnya memang dari berteman, sama seperti kau dengan cewek Italia-mu itu. Lalu apa yang terjadi setelah pertemanan kalian? Apa yang kamu lakukan setelah pernikahanmu dengan bule itu tak kurestui? Sama sekali kau tidak melihatku sebelah mata."
"Eommoni...." Ia menghela napas, melirik Shinhye yang terduduk dengan pipi membasah. "Lupakan yang Agashi alami hari ini!" ayah Jongsuk mengelus rambutnya. "Antar temanmu pulang, Jongsuk-ah!" Kemudian ia menuding Jongsuk yang berdiri tak jauh dari mereka.

Tertatih-tatih Shinhye meninggalkan tempat yang tak kan dilupakannya seumur hidup. Mereka yang bertengkar suaranya masih terdengar bergantian, membuat kuduk Shinhye kian meruap.
"Jangan berpikir yang tidak-tidak dengan kedekatan mereka, Eommoni. Mereka terlalu kecil untuk mengerti kata jatuh cinta." Shinhye menggigit bibir.
Pada kenyataannya, diusianya yang masih sangat muda itu ia sudah merasakan jatuh cinta pada Jongsuk. Cowok berdarah Italia yang belum lama menjadi temannya.
"Maafkan Halmeoni ya! Halmeoni masih trauma dengan pernikahan orang tuaku lima belas tahun yang lalu. Sekarang meski kehadiran Eomma yang bule bisa diterima di sini, tapi Halmeoni belum bisa melupakan kekecewaannya. Jika kamu sudah mengenalnya dengan baik, kamu akan tahu betapa Halmeoni orang yang baik. Gigitannya tidak sekeras gonggongannya, Hacci-ah!"

Shinhye sakit hati. Tapi cukup dirinya saja yang mengetahui dan merasakan. Ia pun berusaha percaya dengan apa yang Jongsuk katakan. Ia mau memaafkan serta melupakan semuanya itu. Seperti yang Jongsuk minta. Namun ia lupa untuk mencatatnya baik-baik dalam benak. Untuk ia jadikan pelajaran yang berharga. Dan seiring dengan berjalannya waktu, keluguannya menganggap hal itu sebagai hal yang wajar yang pula lupa untuk ia jadikan kekang akan perasaannya terhadap Jongsuk. Yang semakin ia tahan justru semakin menjadi.
Mata hatinya tak bisa ingkar, bahwa kian jauh ia mengenal cowok itu, kian jatuh ia dalam pusaran rasa yang membuatnya mabuk kepayang.
Shinhye menyukai segalanya tentang Jongsuk. Menyukai sekaligus mengagumi. Kagum akan kecerdasannya, kagum akan wawasannya yang seolah sekuas lautan, dan mungkin sedikit kagum akan ketampanannya. Sedikit. Sebab andai ditubuhnya tidak mengalir darah Italia pun, yang notabene menjadi kontribusi atas tampangnya yang lebih dari bagus itu, ia tetap akan menyukainya. Semuanya tentang Jongsuk sangat mempesona di matanya.

Dan kebahagiaan seperti tiba di puncaknya saat Jongsuk dengan gamblang menjawab perasaannya yang terpendam. Hari-hari yang terajut begitu indah. Cowok itu seolah tiada celanya. Shinhye menyayanginya amat sangat. Setiap cerita yang buruk mengenai Jongsuk yang ia dengar dari kiri dan kanan, tak pernah mengusiknya. Kepercayaan yang tertanam di hatinya mampu meyakinkan dirinya bahwa Jongsuk satu-satunya manusia yang terbaik di dunia yang mencintainya sepenuh jiwa. Sama halnya dirinya kepada cowok itu.
Dan ia tidak perlu menangis saat apa yang ia ragukan itu terjadi. Jongsuk menggandeng cewek lain serta memperlakukannya dengan mesra di hadapannya, sebab sesudah itu Jongsuk kembali lagi padanya dengan beribu penyesalan.

TBC...

Love Is Real ThereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang