Yang di atas itu evelyn ya...
**********
'Lalu sekarang bagaimana ?' Fikirku.
*************
EVELYN POV
argh..... gila. Apa yang harus ku perbuat sekarang. Sekarang sudah malam hari. Sepanjang hari tadi aku hanya berada di kamar. Malas untuk bertemu dengannya. Iya dia... siapa lagi kalo bukan rafael. Sungguh aku sangat heran bahkan bingung. Sebelum aku tidur semalam rafael nggak kepentok sesuatu kan ? Masa tiba-tiba tadi pagi dia berbeda sekali seperti semalam.
Semalam dia sangat cuek,sikapnya dingin dan nggak banyak bicara. Dan pas tadi pagi dia sangat bawel, pemaksa, sangat ramah dan yang membuatku sangat kaget dia se enak jidatny-.... eh maksudnya seenak dirinya tiba-tiba mengklaim diriku bahwa aku adalah miliknya, kekasihnya. Oh my... mungkin kalo wanita lain pasti akan dengan senang hati menerima nya. Berbeda denganku, tentu aku menolaknya. Aku tidak mengenalnya. Bahkan yang aku ketahui tentangnya hanyalah nama nya saja.
Oke lupakan untuk sementara waktu dulu. Aku ingin keluar.. aku sangat lapar.
Kalian tau kamarku ini ada di lantai 2. Oh ya di sebelah kamarku kan adalah kamar rafael. Apa dia masih ada di dalam ? Ah aku tidak peduli pada nya. Aku lalu turun ke bawa. Aku menuju dapur. Membuka kulkas. Dan hanya beberapa bahan makanan saja.
"Ha.... baiklah aku akan masak steak dan spagetti saja"
***********
"Hai sweety"
"Uukkhh....Rafael !!!"
Coba kalian bayangkan saja kalian sedang enak-enaknya makan, tiba-tiba saja di kagetkan seperti barusan. 'Dasar gila...' batinku.
"Kau tidak membuatkanku juga sayang ? Kau jahat sekali"
"Kau bisa minta para maidmu atau dirimu sendiri untuk membuatnya, raf"
"Aku mau nya kau yang membuatkanku. Aku ingin mencicipinya" kata rafael sambil duduk di bangku sebelahku di meja makan.
"Besok saja. Aku sudah malas untuk memasak lagi. Lagi pula aku harus pulang, raf"
"Apa kau bilang ?" Kata nya dengan nada tidak mengenakan. 'Firasat buruk nih' batinku.
"Eh... ma-maaf bukan itu maksudku. Aku harus pulang karna aku harus mengambil pakaian dan barang yang penting bagiku. Iya begitu, raf"
Raut wajahnya berubah dari yang terlihat menahan emosi menjadi melembut. 'Untung saja... selamat. Selamat gue' batinku.
"Tidak perlu. Biar orang suruhanku yang akan mengambilkannya"
"Ta... ta-pi raf..."
"Tidak ada tapi-tapian sweetheart. Kau tidak akan bisa keluar dari rumahku selain mendapat persetujuanku."
"Argh.... kau gila. Dari awal seharusnya aku tidak perlu mendatangimu saat itu. Aku sungguh-sungguh MENYESAL kau tau raf" kataku dengan emosi yang selama ini ku tahan.
Sungguh aku sudah tidak tahan dengan sikap egois,pemaksa, dll.
Aku ingin kebebasanku kembali..."KAU BERANI-BERANINYA ...."
PLAK ...
BRUGH....
ARGH......
Rafa menarik rambutku. Lalu melemparku sampai kepalaku membentur meja makan. Darah segar mengalir di pelipisku. Lalu Menarik rambutku kembali.
"Sa-sakit.... he...hentikan... kumohon. Please rafa"
"Sakit heh ? Cup..cup...cup sakit ya ? Kamu sih bikin aku marah... jadi aku harus seperti sayang" kata nya dengan senyuman smirk devil andalannya.
"Raf... kumohon.... maafkan aku. Lepaskan....please"
"Sekarang kau tau kan sifatku yang sebenarnya ? Ini lah aku sayang. Apapun akan aku lakukan agar kau bisa bersamaku walau harus melukaimu." Kata nya masih dengan senyum smirknya.
Aku hanya bisa menganggukan kepalaku saja pertanda mengerti.
"Hahahahaha...... good girl. Sekarang kembali kekamarmu,bersihkan dirimu dan jangan pernah keluar jika aku tidak meminta nya. Kau mengerti ?"
Lagi-lagi aku hanya bisa menganggukan kepalaku. Dia
Melepaskan jambakan rambutku dan tanpa banyak basa basi lagi aku langsung pergi ke kamarku lagi. Sungguh sakit sekali ....*******
Hai i come back.... sorry baru sekarang. Kemarin aku very-very sibuk masalah kehidupanku. And sorry juga cuman sedikit. Sungguh belum ada inspirasi lagi.
Dan makasih juga udah pada ngevote dan coment cerita aku.
Sungguh aku benar-benar terharu ternyata ada yang suka cerita gaje aku hehehe.
Pokoknya see you next bab wkkwwkkw ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Psycho
RomanceApa yang harus aku lakukan ? Dia selalu tau dimana keberadaanku. Dia selalu datang padaku. Dia memaksaku dan mengklaim diriku bahwa aku adalah miliknya seorang. Andai saja tragedi itu tak terjadi padaku... Andai saja waktu itu aku tak menolongnya...