Part 1

17 1 1
                                    

Hanna

Ponselku yang terus berdering membuatku harus terbangun dari mimpi yang indah, setengah sadar aku menjawab telpon tersebut dengan kasar. "HEY siapa ini! jika hendak menelpon pilihlah waktu yang tepat, ini masih subuh."

"HYA! Ini saya Pak Ivan bosmu, cepat datangke kantor waktumu sangatlah tidak tepat, sekarang sudah pagi! Dan berikan hasil berita kemarin."

Akupun terloncat dari kasur dan menjawab telpon dengan nada lembut
"Hehe Bos Ivan, sorry Bos saya kira tadi telpon nyasar." tanpa pikir panjang aku langsung menutup telpon dan bersiap untuk pergi ke kantor dengan motor kesayangan ku.

Aku, Hanna Permata Dita, di umurku yang ke 25 belum pernah terfikir untuk menikah karena pekerjaanku sebagai wartawan membuatku selalu sibuk setiap harinya. Ah sial jika aku tidak kesiangan mungkin aku tidak terjebak macet, pemandangan ini sudah sering terjadi di jalanan ibu kota.

"Hey pinjam motor mu!" seorang pria bermasker dengan kacamata hitam tiba-tiba menghentikan motorku yang jalannya agak lambat karena macet.

"Apa kau gila? ini nama nya begal, Tolo..." mulutku yang di tutup sangat keras dengan tangannya tidak bisa melanjutkan ucapanku.

"Hey pinjamkan saja seperti nya tujuan kita sama, aku akan membawa mu dengan aman. Tolong acara nya hendak di mulai dan ini secara live." kata lelaki yang mendekap mulutku. Aku yang mulai sebal langsung menggigit tangan pria tersebut dan ia berteriak dengan keras "aw ahh sakit! Lepaskan."

Setelah berfikir sejenak aku pun bersepakat dan memberikan helem ku kepada peria bermasker ini. "Hey cepat orang di belakang hendak jalan, dan bawalah dengan hati-hati." ucapku dengan ketus.

Kalau difikir lagi memang aneh memberikan tumpangan pada pria asing ini, sepertinya dia memang terdesak. Wah ini gila tapi ada untungnya juga, dia hebat dalam menerobos kemacetan apakah dia si boy anak jalanan? Haha lol tak apalah jadinya aku tidak terlalu terlambat karena pria ini. Saat di jalan kami tidak berbicara apapun, lagi pula kita juga tidak saling mengenal. Tak lama kami sampai juga di stasiun tv.r tempat aku bekerja, dan tempat si pria ini akan mengadakan acara live.

"Wanita paruh baya! Terimakasih."kata pria bermasker tersebut sambil memparkir motor ku.

"Kurang ajar ye lo, aku masih gadis." ketus ku sambil memperbaiki rambut yang acak acakan karena di jalanan tadi.

"Ini helemmu aku pergi ya." ujar pria bermasker tersebut, setelah menaruh helem pria itu langsung berlari kearah pintu lift.

"Tunggu!" kenapa kau tau kalau kita satu arah? Teriak ku dari kejauhan.

"Nanti saja ya, Dah!" ucap pria bermasker itu dari kejauhan, dan pergi dengan cepat memasuki lift.

Aku bergegas keluar dari pintu lift untuk mendatangi ruang kerjaku yang berada di ujung lorong, akuu harus berjalan pelan agar tidak ketahuan bos.

"Hanna, apayang kau lakukan?" tanya seseorang yang berada di belakang ku.

"Eh copot! Astaga Bos Ivan ngapain disini." sahut ku kaget sambil mengelus dada.

"Mana dokumen nya cepat berikan kepadaku." ucap bos Ivan.

"Ini Pak Bos dokumennya, jangan marah ya hehe." aku pun memberikan dokumen dengan tangan gemetaran.

WAARPOL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang