Bagian 01

13 0 0
                                    


03 Maret – Rabu

"Selamat pagi."

"Pagi."

Ini adalah sekolahku, SMA Sudirja. Sekolah swasta yang dibangun ditengah sebuah kota kabupaten. Tidak jauh dari sini, berseberangan dengan jalan terdapat sebuah taman. Lalu pada bagian selatannya agak lebih jauh terdapat pantai selatan.

Walaupun sekolah swasta, SMA Sudirja termasuk dalam jajaran SMA favorit di Jogja. Fasilitasnya pun lengkap. Mempuyai lapangan olahraga sendiri baik itu lapangan sepak bola, tenis, badminton, basket, dan masih banyak lagi. Akan tetapi, dari semua itu yang terpenting di sini adalah... mayoritas murid wanita kecantikannya di atas rata-rata!

Bukan berarti itu tujuan utamaku berada di sekolah ini loh.

Malah sebaliknya. Aku sejujurnya tidak tertarik dengan mereka. Jangan berfikir kalau aku suka sejenis ya! Hanya saja...aku tidak tertarik. Itu saja.

Waktu belajar kami di sekolah dari hari Senin sampai Jumat saja. Dari pukul 07.00-15.30 WIB pada hari Senin – Kamis, sedangkan pukul 07.00-15.15 WIB pada hari Jumat. Sebenarnya hari Sabtu merupakan hari libur, namun banyak siswa menggunakan hari tersebut untuk exstrakulikuler mereka.

Extrakulikuler itu sendiri adalah kegiatan non-pelajaran formal yang dilakukan di luar jam belajar kurikulum standar. Sekolah kami memberi kebebasan kepada siswa untuk membentuk suatu kelompok yang bertujuan mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuan siswa dalam berbagai bidang di luar bidang akademik.

Setelah terbentuk dan tentu saja disetujui oleh dewan sekolah dan OSIS, sekolah akan memberikan ruangan serta dana untuk memfasilitasi kegiatan kelompok extrakulikuler. Dana yang dimaksud bisa termasuk untuk menyewa guru pembimbing khusus. Kalaupun kurang kita bisa mendapatkan dana lebih. Ya harus ada syarat khusus untuk itu, bisa dilihat dari jumlah anggota, peralatan keperluan extra, dan lainnya.

Untuk prestasi ataupun kemenangan dalam kompetisi, sekolah tidak akan memungut sepeserpun dari hadiah atau royalti dari hal tersebut. Walaupun begitu, nama dari sekolah akan tetap ikut sih.

Jadi tidak heran untuk hal ini pengawasannya sangatlah ketat.

"Permisi."

Tiba-tiba saja dari arah pintu datanglah seorang gadis berambut hitam panjang. Tidak lain adalah Elizabeth Anastasari.

Bagaimana aku mengenalnya? Bukan berarti aku memiliki mata dewa kematian. Tapi si anak satu ini, dalam angkatan kami tidak ada yang tidak mengenalnya. Bisa dibilang dia merupakan primadona satu angkatanku.

Tapi pagi-pagi begini tumben sudah patroli. Tertib sekali dia.

Apa dia sedang mencari cowok idaman?

Kalau begitu kamu datang di kelas yang tepat. Di sini ada satu loh! Tidak. Tentu saja yang kumaksud anak sebelahku. Anak dari direktur ternama di kota ini, pandai, berkarisma, dan tamvan. Kurang apa lagi cobak? Lalu ini rahasia loh—Dia masih jomblo. Nah silahkan para gadis untuk segera mendaftar!

"Saya mencari seseorang dari keluarga Faisal!"

"Oh? Jika kamu maksud Antonio Faisal, dia ada di sebelah sana," salah seorang teman kelasku menghampiri Elizabeth dan menunjuk tepat di mana aku sedang duduk.

Setelah mengucapkan 'terimakasih', Elizabeth berjalan menuju ke arahku.

Tunggu dulu, kenapa dia mencariku? Kayaknya aku tidak melakukan apa-apa belakangan ini. Selain status ke-jones-anku yang menyebar luas dengan mudahnya bagai tumbuhan sejenis jamur, aku hanyalah anak polos yang selalu duduk manis di kelas. Oh—hey, apa itu mengganggumu, wahai gadis populer?! Ini bukanlah virus yang berbahaya yang—

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 02, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Three Days Before SatnightWhere stories live. Discover now