Tenda Biru

38 3 10
                                    

Cover minjem punya orang!
# Siapin_Kresek_Barangkali_Mual !

ㅁㅁ Betrayal Effect ㅁㅁ

ㅇㅇㅇㅇㅇㅇㅇㅇㅇㅇㅇ

Pagi ini mendung, seperti rasaku yang kian mengabu-abu.
Sejak manik coklatku terbuka, air asin masih saja mengalir dari kelopak mata sembabku.
Menatap mendung yang bergelayut, aku teringat kunjungan Karina semalam. Pada perbincangan di tengah kemelut hatiku, di naungan bunyi hujan yang kian menderu.
Percakapan singkat yang mendobrak kesadaranku.

" Lel... ! Sudah cukup kamu susah seperti ini. Kamu nyaris kehilangan dirimu sendiri, sayang ! So, please... kembali ke diri kamu ! Ini sudah terlalu lama. " katanya sembari mengguncang kedua bahuku.

...

Aku hanya tergugu.

...

" Tapi Rin... , Mas Anto - " telunjuk lentiknya memblok kedua belah bibirku.
" Sst! Jangan dipikirkan lagi! Bukankah kamu bilang dia baru naik pangkat?"

Aku mengangguk.

" Dia sedang bertugas di sana, Sayang. Sudah barang tentu kesibukannya pun semakin padat pula ."

" Iya Rin... , aku paham. Tapi ini sudah 4 bulan dia tak ada kabar. Hiks, Aku takut! Bagaimana bila , hiks, - bila... Mas Anto... Mas ANTOOO... !" aku meraung.
Kecemasan dan watak paronoid meracuni kewarasanku.

Aku hanya takut. Sangat takut.
Aku tak ingin kehilangan! Jadi, sekencang mungkin kugeleng-gelengkan kepala, berusaha mengenyahkan sugesti-sugesti negatif yang bermunculan di pikiranku.

" Hey... tenanglah !" Karina mendekapku.
" Jangan terlalu dicemaskan, Lel... ! Buang semua ketakutan dan prasangka burukmu itu! Tuhan bisa mengabulkan ketakutanmu, Sayang. Jadi berpikirlah positive. Mungkin situasi di sana sedang genting hingga dia tak berkesempatan mengabarimu. Yakinlah dan selalu doakan yang terbaik bagi kalian berdua, hm !!? " perlahan diusapnya punggungku yang bergetar. Aku pun mengangguk.

" Ba-hiks.. baiklah... !"
Aku masih tersengguk pilu, tak peduli meski ingus dan air mataku menodai
seragam dinas... Karina.

...

Seragam.

...

Aku mendongak demi menatapnya dan bertanya , " Rin! "

" Hm? Ya, Lel? " Karina menunduk dan tersenyum menatapku.
" A- anak... anak... - "

huh~

" Anak-anak... , bagaimana mereka? " ujarku seraya mengusap air mata di wajahku.
Dia tersenyum, lalu terkekeh.

" Anak-anak sempat ribut mencarimu. Para guru sampai kalang-kabut menenangkan mereka. Hahaha." dia tergelak sesaat.

" Mereka berubah murung seminggu pertama kamu abstain, Lel."

Mataku kembali memanas.
" Ja- jadi,... "
" Mereka baik-baik saja, Laili... . "
" Apa...? Benarkah?"
Lagi-lagi dia tersenyum, lantas tertawa geli.

Ugh! Ingusku!

" Para guru berhasil menenangkan dan menghibur mereka.Yah... meski
awalnya sedikit sulit memberi penjelasan, perlahan mereka mengerti. " dia mendongak.
Aku hanya terus diam memaknai sepatah demi sepatah perkataannya.

" Sekarang mereka lebih tenang, meski di wajah mereka masih ada raut
kerisauan. Mereka begitu mencemaskanmu , Lel.
Begitu pula kami para dewan guru. Mereka, dewan guru, para penghuni
sekolah bahkan para wali murid, bahkan mbak Kunti sama mas Poci yang suka kencan di pojokan gudang itu juga, kami semua merindukanmu. Kami mencintaimu, Sayang."

Betrayal EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang