Never Forget

5.9K 592 42
                                    

Part ten of Kookv Drabble Collection

Never Forget

Kookv ; Bts Fanfiction

Warning : BL, Just find it your self ;), DLDR
.
.
.
Enjoy
.
.
.

"Hai, Tae!"

Jeon Jungkook memasuki ruangan serba putih itu dengan ceria. Mengamit buku tebal di sela jarinya.

Mengabaikan bau obat-obatan menusuk, pemuda itu menarik kursi dan duduk di samping ranjang Taehyung.

Jendela yang sengaja dibuka lebar membiarkan sinar matahari sore memasuki ruangan itu, memberikan suasana temaram menenangkan.

Taehyung hanya mengerjab bingung sebelum tersenyum tidak enak. "Maaf?"

Jungkook tersentak menyadari kebodohannya. "Ah, ya, maaf aku lupa memperkenalkan diri. Aku Jeon Jungkook, kekasihmu."

Manik karamel itu membuka lebar. "Maaf, aku benar-benar minta maaf, Jungkook." Jungkook tersenyum maklum. "Tidak masalah. Sesuai janjiku kemarin, aku membawa novel Sherlock Holmes untukmu."

Taehyung mengangguk walau ia tak mengingatnya. "Um, bisa kau bacakan, Jungkook?" Si pemuda tampan mengangguk antusias. "Tentu saja."

Sesi bercerita Jungkook dimulai, Taehyung memandangi wajah tampan yang sedang asyik membacakan novel untuknya dengan sedih.

"...- kan Tae?"

Taehyung tersentak kaget. "Ah, ya?" Jungkook mengerutkan keningnya. "Kau tidak mendengarkanku?"

Taehyung menunduk dalam. "Maaf, aku melamun."

Sebuah tangan hangat mengelus kepalanya, ketika menatap keatas, ia menemukan wajah tampan Jungkook tersenyum lembut kearahnya. "Jangan sedih begitu, tidak apa-apa. Aku akan membacakannya ulang untukmu."

Dan Taehyung hanya bisa mengangguk dan memusatkan atensinya pada cerita yang dibaca Jungkook.

.

"Aah, ternyata wanita itu membunuh dirinya sendiri ya? Sungguh tak disangka!"

Jungkook mengangguk senang. "Benar, dan yang lebih luar biasa lagi, ini kisah asli yang terjadi sekitar tahun 1903."

Taehyung berdecak kagum. "Lain kali, bacakan aku kasus yang lain juga, Kook." Jungkook tersenyum. "Tentu saja, aku janji."

Jungkook meringis dalam hati. Ini sudah yang ketiga kalinya ia membacakan kasus itu untuk Taehyung. Tapi tak masalah, asal Taehyung bahagia, Jungkook akan terus melakukannya sampai kapanpun yang Taehyung mau.

Tanpa disadari, warna senja mulai nampak. Memberikan semburat oranye menyedihkan. Menandakan matahari akan memberikan nyawanya untuk membiarkan sang bulan bernafas.

Jika matahari rela memberikan nyawanya, maka Jeon Jungkook akan memberikan seluruh waktunya untuk Kim Taehyung. Berapa lamapun itu.

Panggilan pelan meluncur dari mulut mungil Taehyung. "Jungkookie?"

"Ya, Tae?"

Taehyung memberikan senyum perih, membuat Jungkook tak mampu menahan air matanya. "Maafkan aku."

Jungkook memaksakan sebuah tawa, mencairkan suasana yang tiba-tiba mendingin. "Untuk apa?"

"Untuk melupakanmu kembali esok hari." Hati Jungkook serasa diremas kuat, memberikan denyut menyakitkan. "Tidak masalah."

"Itu sebuah masalah, Jungkook!" Taehyung meninggikan nada suaranya, itu hal yang mengejutkan.

Jungkook bergerak maju, mendekap Taehyung erat. "Aku tidak apa-apa, Taehyung."

Taehyung menggeleng kuat. "Kau tidak bisa terus menerus seperti ini, lanjutkan hidupmu dan lupakan aku."

Jungkook menangis. Menangis dalam diam yang menyesakkan. "Tidak, kumohon jangan. Aku tidak masalah dengan semua ini, hanya tolong biarkan aku tetap menemanimu."

Tangis Taehyung pecah, membasahi kaus putih yang dipakai Jungkook. "Sekelebat ingatan tentang dirimu menghantuiku, memberikan rasa bersalah yang dalam. Aku tidak bisa, Jungkook."

"Kau memang melupakanku, tapi rasa itu masih ada kan?"

Taehyung mengangguk putus asa. "Masih sangat besar, Jungkook."

Jungkook tersenyum di sela tangisnya. "Selama perasaan itu masih ada, aku tidak akan menyerah."

Tangis Taehyung semakin keras memecah keheningan malam. Mungkin, Taehyung akan kembali melupakannya esok hari. Tapi, Jungkook tidak akan menyerah, ia akan kembali memasuki ruangan ini hari berikutnya memperkenalkan dirinya lagi seakan ia orang asing.

Otak Taehyung melupakannya, tetapi hatinya tidak. Dan alasan itu cukup membuat Jungkook bertahan.

Takdir memang kejam, seakan mempermainkan mereka dalam jalinan penuh luka. Tak masalah, hari yang indah akan datang.

End

Author's note :

Dipersembahkan khusus untuk mereka semua yang berjuang melawan alzheimer. Saya sangat salut :") Buat kalian semua, Never Give Up! God has his own plan.

Juga, buat BabyJ_im yang request seme tersiksa :") udah yaaaw. Duh sumpah, pas saya buat ini saya nangis mikirin masih banyak orang di luar sana yang senasib sama Tae di fic ini :") Stay strong guys.

Okay, karena saya gak bisa bikin endingnya nyesek gini, saya kasih omake nya :")

Omake

Jungkook kembali memasuki ruangan yang sama seperti hari sebelumnya. Memantabkan hati untuk memberikan senyum terbaiknya untuk Taehyung.

"Sore, Tae!"

Jungkook membayangkan tatapan bingung dan pertanyaan tentang siapa dirinya terlontar dari mulut Taehyung, bukan sebuah pelukan hangat dan ucapan selamat datang yang mengejutkan.

"Sore juga, Kookie."

Maka, ketika hal itu terjadi, Jungkook pecah dalam tangis bahagia. Tak henti mengucapkan perasaan syukur tiada tara.

"Kim Taehyung, kau tidak melupakanku?"

Taehyung tersenyum sumringah sembari mengusap rambut Jungkook menenangkan. "Kau Jeon Jungkook, kekasihku, yang setiap hari tanpa lelah mengunjungiku walau aku melupakanmu."

Jungkook memandang tak percaya. "Demi Tuhan! Bagaimana...?"
Taehyung terkekeh senang. "Pabbo! Kau tak menyadarinya? Bukankah kemarin aku meminta maaf padamu? Itu artinya aku mengingatmu, Jungkookie!"

Dengan perasaan senang luar biasa, Jungkook mendekap Taehyung erat dan mengangkatnya sedikit. "Dokter bilang keadaanku membaik, hampir sembuh total. Aku boleh pulang besok."

Jungkook terus mengecup bibir Taehyung menyalurkan rasa bahagia yang membuncah. "Aku mencintaimu, Tae."

Taehyung membalas kecupan Jungkook dan menjawab, "Aku juga mencintaimu, Kookie."

Fin

Kookv Drabble CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang