Beautiful Death

266 32 0
                                    

Salju yang turun memenuhi jalanan pinggiran kota seoul dan udara yang dingin tidak membuat Luhan mengurungan niatnya untuk berjalan menuju supermarket di persimpangan jalan.

Suara teriakan seseorang membuatnya menghentikan langkah dan menatap penasaran gang gelap disamping kanannya. Rasa penasarannya membuncah saat ia mendengar suara teriakan yang perlahan berubah menjadi cicitan dan perlahan menghilang, membuatnya memberanikan diri untuk melangkah memasuki gang tersebut.

Luhan menghentikan langkahnya saat melihat sosok dihadapannya. Sosok itu, dia tampak seperti malaikat, rambutnya yang hitam legam bergoyang tertiup angin. Kulitnya yang putih pucat tampak kontras dengan mata peraknya yang berkilat merah oleh pantulan sinar bulan. Mantel putih yang dipakainya berkibar tertiup angin bak sayap malaikat.

Sosoknya seperti malaikat, malaikat yang jatuh kedalam dosa, malaikat yang bersimbah darah. Salju yang berjatuhan disekitarnya semakin menegaskan keindahannya. Lautan darah yang mengelilinginya semakin menegaskan sisi berbahayanya. Sosoknya semakin dipertegas oleh sinar bulan merah yang melatarbelakanginya, ia tampak indah tetapi juga menakutkan.

Otaknya memerintahkannya untuk segera berlari meninggalkan tempat ini, meninggalkan namja berbahaya itu. Tetapi Luhan tidak bisa berpaling dari sosok itu. Sosok yang sangat indah sekaligus menakutkan.

Luhan hanya dapat memandang pria itu. Ia bisa merasakan pergulatan didalam hatinya. Ia terpukau dengan apa yang ia lihat tetapi ia juga bisa merasakan seluruh bulu kuduknya meremang.

Ia terdiam terpaku ditempatnya berdiri, matanya masih menatap sosok itu. Ketika sosok itu balas menatapnya, dan mata rusanya bertemu dengan mata elang milik
pria itu, ia bisa merasakan jantungnya berdetak lebih keras, seluruh tubuhnya mulai bergetar hebat.

Otaknya berteriak semakin keras, memerintahnya untuk segera pergi dari tempat ini. Tetapi ia tidak bisa menggerakkan seluruh tubuhnya.
Tubuhnya bagai mengkhianatinya, terhipnotis sepenuhnya oleh tatapan itu. Ia menarik nafasnya saat namja itu mulai bergerak mendekatinya.

Ada sesuatu dalam diri namja itu yang membuatnya tertarik sekaligus ketakutan. Ia bisa merasakan betapa kelamnya jiwa namja itu, betapa gelapnya emosi namja itu. Ia memang tidak bisa mengetahui perasaannya dengan pasti karena yang bisa ia rasakan hanyalah kegelapan yang amat sangat.

Kegelapan yang bisa membuatnya tersesat dan tenggelam. Kegelapan yang bisa membuatnya hidup dalam penderitaan. Tetapi kegelapan dalam diri namja itulah yang menghipnotisnya, membuatnya tampak misterius. Indah sekaligus berbahaya.

Luhan ingin bisa merasakan tenggalam didalam kegelapan hati namja itu, tetapi ia juga tidak mempunyai nyali untuk mengetahui lebih jauh. Segala sesuatu yang ada dalam diri namja itu tampak seperti kontradiksi bagi Luhan.

Saat namja itu berdiri tepat di depan Luhan, Luhan membelalakkan matanya. Ia semakin yakin bahwa namja ini benar – benar indah, tetapi semakin berada di dekatnya, Luhan semakin bergetar hebat.

Ia bisa merasakan rasa takut yang tadi mulai merayapinya perlahan kini semakin membuncah. Ia bisa mencium bau amis darah yang menyeruak dari sosoknya. Namja itu menatap Luhan lekat – lekat. Ia menyunggingkan senyumnya. Senyum memikat yang tampak seperti Lucifer.

"Well.. well.. bukankah ini sudah lewat jam tidur, apa kau tersesat?" Suara yang terdengar penuh ejekan itu mengembalikan kesadaran Luhan dari keterpukauannya. Ia masih saja menatap namja itu, tidak sanggup melakukan apa pun.

"Sayang sekali, seseorang secantik dirimu jika harus mati.." Namja itu melanjutkan seraya mengangkat satu tangannya membelai pipi Luhan.

Luhan terkesiap, ia melangkahkan satu kakinya mundur ke belakang. Tetapi ia hanya bisa mundur sejauh itu karena tangan namja itu yang tadi membelai pipinya saat ini mencengkram erat dagunya, dan satu tangannya lagi melingkar disekeliling punggung Luhan. Ia mendekatkan bibirnya ke telinga Luhan dan berbisik.

"Maaf saja aku tidak bisa melepaskan saksi mata, tetapi.." Namja itu berhenti sejenak, sebelum melanjutkan.

"Aku bisa membuat pengecualian untukmu" Ia mendorong Luhan dengan keras, mendorongnya jatuh di atas tumpukan salju yang menutupi jalanan.

Luhan merintih kesakitan. Namja itu kemudian merenggut sweater yang dikenakannya, dan merobek paksa kemeja yang dikenakan oleh Luhan, memperlihatkan kulit putih susunya.

Luhan memberontak, mengguncangkan seluruh tubuhnya sekuat tenaga, bersikeras
menghindar dari sentuhan namja itu. Sentuhan yang membuat badannya terasa menggigil dan ia tahu itu tidak ada hubungannya dengan udara malam.

"Le.. Lepaskan aku…" hanya itu yang sanggup meluncur dari bibir merahnya. Seakan mengabaikan perkataan Luhan, namja itu semakin mempererat genggamannya dipergelangan tangan Luhan dan menariknya ke atas kepala Luhan, berusaha untuk dapat memandang seluruh tubuh Luhan semakin jelas. Senyumnya tampak dingin dan mengejek.

"Hey bocah, aku tahu jauh di dalam lubuk hatimu kau menginginkan ini" katanya seraya menggerayangi satu tangannya di seluruh tubuh Luhan.

"Ti.. tidak.. lepaskan aku!" Luhan  menyangkal. Tetapi namja itu tidak menghiraukannya. Ia melepaskan gesper dan pengait celana jeans yang membalut kaki Luhan, menyentaknya sekaligus dengan dalamnya, menarik lepas celana tersebut dari tubuhnya.

Luhan mulai terisak. Udara dingin mulai merayapi seluruh tubuh telanjangnya. Ia tidak pernah memperlihatkan dirinya seperti ini sebelumnya.

"Hmm.. Cantik sekali, melebihi bayanganku." Namja itu bergumam, masih memasang senyum mengejek yang seperti iblis.

Luhan mulai panik. Ia semakin mengguncangkan seluruh tubuhnya, meronta dengan kuat. Setiap sentuhan yang ia rasakan dari namja itu membuat perasaannya semakin takut dan jijik.

"Hentikan!" Ia berteriak, berusaha mengeluarkan suaranya dari sisa tenaganya. Teriakannya dibalas dengan tawa terkekeh namja itu. Ia mengambil gesper Luhan dan mulai melilitkannya di pergelangan tangan Luhan.

Luhan berusaha memberontak tetapi ia tahu tenaga namja itu jauh lebih besar dari dirinya sendiri. Namja itu bangkit berdiri dan menindihnya. Namja yang tadi tampak seperti malaikat dimatanya sekarang tampak seperti malaikat kematian.

Matanya berkilat aneh, Luhan bisa melihat seringainya yang dingin dan menakutkan. Bulan merah yang melatarbelakangi pria itu tampak seperti darah yang menetes ke permukaan.

Ia memasukkan satu tangannya ke dalam salah satu saku mantelnya. Walaupun mata Luhan mulai kabur oleh genangan air mata, ia masih bisa memastikan apa yang dilihatnya.

Dan itu adalah sebuah pisau. Pisau perak yang berkilau memantulkan sinar bulan. Ia bisa melihat tetesan darah yang menetes dari pisau itu, darah yang melekat di pisau itu adalah darah dari yeoja yang baru saja dibunuh oleh namja itu, darah dari yeoja yang saat ini tubuhnya terbujur kaku dengan kondisi yang mengenaskan tak jauh dari tempatnya berada. Darah yang sama dengan yang tadi ia lihat disekeliling pria itu.

Sekarang pria itu mengangkat pisau perak dengan satu tangannya, dan ia berkata.

"Sayang sekali aku harus membunuhmu, tetapi kematian yang biasa tidak akan cocok untukmu. Aku akan membuat kematian yang indah untukmu, sangat indah seindah dirimu."

Beautiful DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang