Mama

15 1 0
                                    

Haiiii!!! Zhaf datang dengan tema oneshot nih. Maaf ya kalau gak dapet feelnya. Sorry ya

Udah kuy. Segini dulu. Cekidot.
.
.
.
.
"Ayo, sayang. Kamu pasti bisa. Baca aja ya sebisa kamu." Kalimat penyemangat terlontar dari seorang wanita berparas cantik pada seorang gadis kecil bertubuh gemuk dihadapannya.

Gadis itu menggeleng takut. "Aku takut mah. Kalau salah, gimana?" Gadis itu menunduk dengan menahan tangisnya yang siap pecah.

Wanita yang dipanggil 'mamah' itu mengelus surai gadis kecil itu lembut. Seolah mendapat semangat, gadis itu mendongak. Menatap jelas mata sang mamah dengan binar lucu.

"Aku bisa mah!" Ia mulai tersenyum kembali. Hingga giliran nya tiba.
.
.
"Hahahaha," Tawa hambar seorang gadis remaja 15 tahun sembari memangku sebuah album foto kenangan.

Selanjutnya tak terdengar lagi kekehan atau tawa. Hanya ada isakan demi isakan yang keluar. Matanya sudah dibasahi oleh air mata penuh kenangan.

"Mah...hiks...aku ka--hiks...kangen." Gadis itu terus terisak dengan album foot yang ada di genggamannya.
.
.
Flashback....

Ingin rasanya ia berteriak. Menghentikan apa yang ia lihat saat ini. Menghentikan pertikaian antar orang dewasa dihadapannya ini. Tapi nihil,tangannya malah sibuk menutup telinga nya sambil menangis pelan.

"KAMU NGGAK LIHAT ADA ANAK KITA?! KASIHAN DIA! MENTALNYA BISA AMBRUK!!" Seru seorang wanita yang sudah menjabat sebagai 'mamah' dari gadis itu.

"Kamu yang teriak-teriak dari tadi! Azhara,kamu masuk kamar aja sayang, ya? Besok 'kan Zhara sekolah." Ucap sang ayah dengan lembut pada Azhara, gadis malang itu.

"Nggak! Aku mau pergi aja. Ayah sama mamah berantem terus. Aku pergi aja!" Tolak Azhara pada ayahnya. Ia merasa kecewa pada semua yang ia hadapi.

Sang mamah menarik Azhara menuju kamarnya. "Zhara sayang. Zhara nggak boleh gitu sama ayah. Udah, sekarang tidur, mimpi yang indah sayang." Sang mamah mengecup dahi Azhara lembut. Setelahnya mamah keluar kamar Azhara. Membiarkan sang anak termangu sendiri diatas kasur nya.

Pagi ini suasana terlihat tak hangat lagi. Sang mamah masih setia memasak,sedangkan ayah sudah tak terlihat lagi dipelupuk mata Azhara.

"Pagi anak mamah. Yuk, makan." Sang mamah meletakan sepiring nasi goreng spesial buatannya. Azhara hanya menatap sang mamah dengan tatapan sendu.

Azhara tahu bahwa sang mamah tercinta merasa tersakiti dengan sikap ayahnya. Ia tak bisa melihat sang mamah bersedih.

"Mamah harus kuat." Seolah dihujani bunga-bunga, hati sang mamah sangat lah hangat. Ia merasa sang anak menyemangati hidup nya yang hampir saja kelam.

"Nggak, sayang. Udah makan terus siap-siap. Nanti telat." Azhara segera mengangguk.

Flashback end...
.
.
"Coba aja....hiks....du-dulu nggak ad--hiks....ada pengganggu....hiks....mamah...." Ucap gadis itu sendu. Mata,pipi dan wajahnya sudah dibasahi oleh air mata. Masih setia juga buku album itu bertengger diatas paha gadis itu.
.
.
Flashback....

"Hiks....mamah....aku nggak mau mamah pisah sama ayah....hiks...." Tangis itu meluncur dengan bebas dari Azhara.

"Emang Azhara mau, kalau mamah sama ayah terus berantem? Nggak 'kan?" Sang mamah menghapus jejak airmata yang tertinggal dipipi Azhara.

Ia terdiam. Meski ia tahu itu pasti berat. Ia memang tak mau keduanya bercerai, tapi jika tidak maka ada yang akan sakit disana. Ia juga tak mau hal itu terjadi.

"Udah ah nangis nya. Mamah nggak suka liat Azahra sedih. Azhara harus bisa kaya mamah. Kuat, tegar, berani. Azhara harus bisa, ya sayang." Ucap sang mamah dengan lembut. Isakan Azahra juga mereda.

"I-iya mah. Azhara bisa." Sebuah senyum terukir dengan tulus dari mulut Azhara. Sang mamah melarikan Azhara pada pelukan hangatnya.

"Makasih udah mau jadi anak yang kuat untuk mamah." Sang mamah mengelus lembut surai Azhara.

Flashback end....
.
.
"Ini foto terakhir kita ber-empat, ya mah? Kakak jadi kangen kita yang dulu." Tak ada lagi tangis dari gadis itu. Hanya tawa hambar yang tersisa. Bukan hanya ia yang tak terima atas semua yang menimpa keluarga kecil mereka. Tapi ada sang adik yang juga merasakan.

"Kakak kangen mamah. Semoga mamah sehat selalu disana. Kakak nggak mau denger mamah sakit. Apalagi sakit hati," diam. Ia hanya diam sejenak. "Kalau ada yang sakitin mamah,aku yang bakal maju pertama untuk mamah." Ucapnya ber-monolog.
.
.
Flashback....

"Ayo, kakak sama adek mau makan apa?" Tanya sang mamah ketika Azhara,adik dan sang mamah tengah mengantri didepan kasur sebuah restoran ayam dari Amerika itu.

"Adek mau burger ya mah." Ucap sang adik manja. Azhara hanya mendengus tak suka.

"Kakak yang nasi aja mah." Ia menjawab dengan seadanya.

••••

Acara makan kali ini sudah selesai. Sang mamah membawa Azhara dan adiknya menuju rumah sang nenek. Sang mamah berniat untuk beristirahat karena nantinya ia akan lelah dalam perjalan yang cukup lama.

"Azhara, adek. Dengerin mamah ya. Kalian harus bisa mandiri. Kalian nggak boleh nakal. Nurut ya sama eyang,sama tante. Jagain eyangnya. Selama mamah pergi jangan nakal, ya." Sang mamah berlutut menyamakan tinggi badannya dengan kedua anaknya.

"I-iya mah." Jawab Azhara dengan lirih. Ia berusaha menahan semua perasaan sedihnya. Ia tak mau terlihat cengeng dihadapan sang mamah.

Sang adik sudah menangis dan menghambur kedalam pelukan sang mamah. Azhara yang tak kuasa melihat hal itu hanya dapat menahan airmata itu.

•••••

Seolah malam begitu cepat,ia tak sadar bahwa ini sudah pagi. Jejak air mata yang kering masih membekas. Ia ingin sekali menangis pagi ini. Tapi niat nya ia urung karena harus pergi sekolah.

Ia menjalani segala aktifitas seperti anak normal lainnya. Normal dalam artian anak lain memiliki kasih sayang lengkap kedua orangtuanya.
.
.
1 years later....

Tak terasa bahwa usia Azhara sudah menginjak 14 tahun. Pada bulan Oktober, tepatnya 26 Oktober ini ia semakin bertambah tua. Usia 14 tahun ini adalah masa sulit bagi nya. Merayakan ulang tahun tanpa adanya kedua orangtua disisi nya. Pertama kali baginya berulang tahun tanpa ada ada keduanya disisi nya. Seandainya ia bisa merubah bagaimana hari ini, ia akan dengan senang hati merubah hari ini.

Flashback end....
.
.
"Semoga tahun depan diusia kakak yang ke-16, kakak bisa rayain bareng sama kalian ber-tiga. Walau tahun ini kakak rayain sendirian. Hehe." Tawa itu hambar, penuh rasa kecewa.

Satu hal yang ia percaya dari semua pengalaman ini; ia percaya bahwa suatu saat akan ada hari dimana ia dapat merasakan hangatnya kasih sayang kedua orangtuanya seperti anak-anak lain diluaran sana.
.
.
.
End....

Yaaaay!!! Akhirnya selesai juga. Ini sengaja aku post hari ini. Ya, emang sih tadi sore ini udah jadi. Tapi berhubungan aku mau post tanggal 26, jadi aku post sekarang.










Saengil chukkae ZHAF!!!!!! *lah ngucapin sendiri😂🔫

MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang