Dibalik Grand Piano Putih

1.8K 44 27
                                    

Rintik-rintik hujan mulai berhenti. Bau dedaun basah mulai menyeruak, memberi sensasi terhadap indra penciuman. Masih terlihat genangan air di setiap jalanan yang berlubang. Sore ini, dua orang gadis manis sedang menuju Depok. Salah satu dari gadis itu, lebih tepatnya gadis tirus yang bernama Alyssa Saufika hanya memalingkan wajahnya kearah jalanan. Tampak dari rautnya antara sedih dan bahagia. Bahagia karena ia dapat diterima menjadi mahasiswi di salah satu Universitas ternama di Indonesia, namun membuatnya jauh dari keluarganya. Alyssa, gadis tirus asal Bandung ini akan tinggal dirumah tante sahabatnya. Sahabatnya yang tak lain adalah Sivia juga harus meninggalkan Bandung untuk mengejar cita-citanya.

Tak terasa 3 jam sudah mereka tempuh, untuh sampai ke rumah Tante Nia. Tantenya Sivia. Tante Nia adalah adik dari mama Sivia. Tante Nia hanya tinggal sendiri. Suaminya seorang Nahkoda kapal pesiar, membuatnya harus tinggal sendiri. Tante Nia tidak mempunyai keturunan. Dan karena itu dia senang saat mendengar bahwa keponakannya serta teman keponakannya ingin tinggal dirumahnya.

Mobil merah berhenti di depan rumah besar. Di depan pintu telah berdiri seorang wanita paruh baya yang sangat cantik. Ya, dia adalah Tante Nia. Sivia dan Alyssa keluar dari mobil. Terlihat senyum Tante Nia yang sangat manis. Dia mulai membantu kedua gadis itu mengeluarkan barang bawaannya.

“Akhirnya kalian sampai juga” katanya sambil mengambil koper merah Sivia. “Tante sudah nunggu kalian loh daritadi. Ayo masuk” ajaknya.

Alyssa terlihat kerepotan membawa peralatannya hingga membutuhkan sedikit waktu untuk mengikuti Tante Nia dan Sivia masuk kedalam rumah. Alyssa sedikit terpana dengan gaya rumah Tante Nia. Bagaimana tidak, gaya rumahnya sangat mewah, dan terdapat arsitektur Prancis. Beberapa lukisan mahal pun terpajang di ruang tamunya.

Kakinya terus melangkah, hingga terdapat anak tangga menuju lantai dua.

“Ayo, Via, Al, kamar kalian ada diatas, sudah Tante siapkan. Kamar kalian terpisah ya. Sudah besar-besar begini pasti lebih membutuhkan tempat privasi sendiri”

“Aduh tante gak usah repot-repot, satu kamar berdua aja kami udah senang banget. Lumayan menghemat biaya. Dan apalagi kita numpang, jadi gak perlu dua kamar Tan” balas Sivia.

Kaki-kaki itu terus melangkah, menaiki anak tangga itu. Hingga sampai di lantai dua, dan terlihat sebuah grand piano putih di sudut ruangan. Mata Alyssa terus tertuju pada grand piano itu. Tak terlewatkan sedikit pun. Membuat garis senyum di wajah tante Nia terlihat.

“Kamu boleh memainkannya. Tapi tidak sekarang. Sekkarang saatnya kallian beristirahat dan sebentar lagi waktunya makan malam, jadi kalian harus bersiap-siap karena tante udah masakin yang spesial untuk kalian.”

***

Jarum jam telah menunjukkan pukul 22:00. Dan semua penghuni rumah itu telah memasuki kamarnya masing-masing. Bahkan Alyssa yang biasanya tidur jika jarum jam tepat diangka 12 kini sudah menutup matanya usai makan malam. Mungkin karena lelahnya di perjalanan dan harus merapihkan beberapa barang membuatnya dengan mudah tertidur.

Di luar rumah masih terdengar guyuran hujan serta kilat yang menyilaukan mata. Hujan terus menerus turun sejak sore tadi.

Di kamar lain, kamar yang berwarna merah muda, Sivia hanya dapat membolak-balik kan badannya. Matanya tidak tertutup. Padahal ia sangat takut dengan kilat. Berkali-kali ia mencoba menutup matanya hingga mencoba menghitung anak domba pun tak dapat juga memajamkan matanya. Padahal badannya juga sudah terasa sangat lelah. Kini, ia bangun dari tidurnya. Mencoba keluar dari kamarnya. ‘Gue tidur dikamar Alyssa ah, kali aja gue bisa cepet tidur’ pikirnya dan membuatnya cepat-cepat berlari ke kamar Alyssa.

Tangannya memutar knop pintu. Pintu kamar Alyssa tidak terkunci, membuatnya dengan mudah memasuki kamar gadis tirus itu.

“Alyssa, gue tidur disini ya.” Badannya ia baringkan disamping gadis tirus itu. menarik selimut hingga menutupi sebagian tubuhnya.

Dibalik Grand Piano PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang