prolog

1.6K 174 28
                                    

“Kurasa sebaiknya kita menikah.” Jongin membuka suara.

Soojung mengangkat wajahnya dari buku yang ia baca, Sejarah NAZI “Bisa kau ulang kalimatmu barusan?” Alisnya terangkat sebelah.

“Kurasa sebaiknya kita menikah.” Jongin mengulang kalimatnya. Melipat tangan didepan dadanya dan menatap lurus wanita yang duduk didepannya. Soojung tidak naif, kalimat barusan diucapkan tanpa cinta.

Soojung melepaskan kaca mata bacanya dan menatap Jongin datar, “Aku tidak tertarik dengan pernikahan, Kim Jongin.” Soojung berkata.

“Sebelumnya aku juga tidak tertarik. I’m a freeman before.” Aku Jongin. Pria itu mengambil buku ditangan Soojung saat wanita itu hendak membukanya kembali. Soojung mendengus dan menatap tidak senang kearah Jongin. Baik, ia harus menyelesaikan ini.

“Lantas apa tujuanmu, Kim Jongin?” Tanya Soojung. Pria itu tidak tertarik dengan pernikahan dan menikmati kebebasannya. Mengapa ia memilih untuk menikah sekarang? Menarik.

“Sederhana. Aku tidak ingin terjebak di neraka lebih lama.” Jongin bersedekap. “Aku membutuhkan pasangan yang sejalan denganku. Sama-sama tidak yakin dengan pernikahan. Bukankah kita memiliki banyak kesamaan? Salah satunya tidak tertarik dengan pernikahan dan memiliki ambisi untuk menjadi orang yang berpengaruh. Bukan begitu?” Jongin menjelaskan. Pria itu meraih gelas berisi espresso milik Soojung dan menyesapnya. “Aku memiliki banyak investasi. Kupikir itu akan cukup untuk memenuhi kehidupan hedonmu itu.”

Soojung memutar bola matanya, “Aku bukan wanita yang menghamburkan uang orang lain. Dan sudah jelas jika kau sebenarnya hanya mencari partner hidup” Soojung mendengus. Merasa tersinggung dengan ucapan Jongin barusan. Ia bukan wanita materialistis meski ia menyukai belanja. “Aku bukan orang lain ketika kita sudah menikah nanti.”

“Apa alasan lainnya? Kurasa itu kurang kuat.” Soojung menyilangkan kakinya. Ia cukup terkejut hari ini. Ia mendapatkan sebuah lamaran. Tidak. Ini bukan sebuah lamaran. Melainkan ajakan untuk menikah.

Jongin bersedekap. Ia memang bodoh dengan hanya memodalkan neraka sebagai alasannya, “Kakakku ingin aku segera menikah. Dia bahkan berniat untuk mencarikanku pasangan hidup.” Jongin mengaku.

Soojung mendengus pelan, “Maaf, Jongin. Kurasa sebaiknya kau mencari wanita lain untuk menjadi partner hidupmu.” Soojung merampas kembali buku ditangan Jongin. “Aku tidak ingin menikah.”

“Kenapa? Apa yang kau perlukan?” tanya Jongin. Pria itu nampak angkuh sekarang. Merasa apapun yang Soojung inginkan akan dapat ia berikan.

For your information, Jongin.” Soojung meletakan bukunya dipangkuannya. “Aku tidak tertarik dengan kehidupan percintaan, rumah tangga dan sebagainya. Dan jika kau mencari pasangan untuk meneruskan keturunanmu, jangan datangi aku.” Soojung bangkit dari kursinya. Hendak meninggalkan taman disisi gedung apartemennya.

Jongin menahan tangan Soojung, “Kita belum selesai.” Jongin berkata. Pria itu menarik Soojung untuk duduk kembali. Gadis itu mendesah keras. Apa lagi?

“Jika kau mempermasalahkan cinta, aku sudah tahu kau akan menolak jika kau akan terlibat dengan hubungan seperti itu. Tapi, aku bukan pria yang mencari cinta.” Ucap Jongin. Memberi penegasan pada Soojung agar wanita itu mau menerima ajakannya. Soojung mengerutkan alisnya, Jongin mengangkat sebelah tangannya. Meminta Soojung agar ia tidak menginterupsi perkataan Jongin, “Itu adalah salah satu alasan mengapa aku memilihmu.”

“Aku sudah bilang, aku tidak mencari cinta. Aku butuh wanita yang memiliki pikiran yang sama denganku. Kau tahu, jika aku mengajak wanita lain untuk menikah, pasti ini akan menjadi sengat sulit.” Jongin kembali bersedekap, “Wanita itu merepotkan.”

Soojung menyipitkan matanya, “Well, aku adalah wanita.” Mendengar itu Jongin terbahak, “Oh, honey, dengarkan aku dulu.” Lelaki itu menarik nafas dan menyenderkan tubuhnya pada kursi, “Kau tidak seperti itu. Wanita sangat merepotkan saat mereka memiliki cinta. Dan aku membutuhkanmu.” Jongin tersenyum.

Soojung mendengus pelan, “Kau aneh.” Komentar Soojung. Pria itu menyeringai “Kau juga. Bukankah kita ini cocok?” timpal Jongin. “What are you waiting for?” tanya Jongin.

Soojung mendesah, “Aku tidak yakin. Mungkin setelah kau mendengar ini kau akan mundur, Jongin.”

“Aku infertil.”

Merlot And RaisinWhere stories live. Discover now