Author : minsoo kim
Pairing : Kookmin and vmin
Rate : 15+
Length : 1k+ words
Genre : Angst, Romance, DramaDisclaimer. I do not own either of these cast, theyre belong to their own families, god and girlfriend (if theres any). The storyline and ideas came purely from my mind and brain.
Warning! Typo dimana-mana.
.
.
Hold my hand.Hold me like you used to do.
Don't ever let me go.
Cause if you ever tried to leave me,
I would never want you anymore.
.
.
"It hurts. It seriously is. Why can't you understand? Why does it hurt so much... for me to see you again.""I would never let you go no more. Please forgive me. I love you too that it hurts me to remember the past. And i do regret all of it. I'm begging you. In knees, for you to come at me and accept me again, in your life."
.
.
Sakit. Itulah yang dirasakannya saat melihat pujaan hatinya bersama orang lain, yang sudah dipastikan bukan dirinya.Tak urung dirinya dapat menahan hasrat untuk menghajar apapun yang hinggap di sekitarnya.
Bara api cemburu terus saja berkobar dalam hatinya, yang tak dapat mengalihkan pandangannya dari objek manis berdiri tak jauh darinya, bersenda gurau dengan lelaki lain tak dikenalnya siapa.
"Argh. Brengsek!" Umpatnya, kembali memukul dinding untuk kesekian kali.
Matanya yang biasanya memancarkan kehangatan kini berubah menjadi aura dendam dan dengki, dipenuhi gelojak api kemarahan yang tak kunjung reda.
Entah mengapa dirinya harus bernasib sial untuk mendapati mantan kekasihnya yang sedang bercengkrama dengan orang lain. Dan kenyataan itu cukup mampu membuatnya gila. Tak terkontrol emosinya. Begitu membuatnya menjadi sosok lelaki yang sangat temperamental.
I will make you mine again...
.
.
.
Keheningan menyelimuti keduanya yang tergelut dengan pikiran masing-masing. Tak adanya kata terucap membuat mereka hanya tergelung dalam diam. Salah satu di antara keduanya tak kunjung mengalihkan pandangannya dari sosok berparaskan manis yang terikat dan menatap kosong dinding di depannya."Jimin..." Panggilnya pada sosok manis tersebut. Tak ada jawaban. Jimin menghiraukannya. Jimin mengacuhkannya. Jimin... menganggapnya tak ada. Sontak hal itu menyadarkannya dan membuatnya geram, mengepalkan tangan dan meraih, menangkup wajah manis Jimin kuat. "Tatap aku."
Jimin lagi menghiraukannya dan suruhannya untuk kembali menatap wajah tampannya, hanya menggumam kecil, cenderung mendesis tak suka. "Tak sudi."
Menggertakan giginya, ia menatap wajah Jimin yang tak melihat ke arahnya. "Ku mohon, Jimin. Ini menyiksaku."
Jimin menoleh pada akhirnya dan menatap ke arahnya. "Menyiksa, kau bilang? Tahu apa kau tentang siksaan? Apa?" Dirinya menggertak dan membentak. "Kau tahu apa tentang rasa sakit, hah? Kau tahu apa tentang bagaimana rasanya tersakiti? Jawab, Jungkook! Apa yang kau tahu dari semua rasa itu? Jawab!" Dengan suara yang bergetar, ia melanjutkan, bertanya pada Jungkook yang tersentak dan bungkam.
Jungkook menghela napas berat. "Aku tak tahu apapun tentang hal itu. Maka dari itu, aku minta maaf. Aku tahu aku salah."
Jimin masih dengan tatapan sengit yang tertuju pada Jungkook dan sudut ujung bibir yang terangkat itu kembali berucap, "How pathetic. Now that you have no one, you come back to me and beg for my forgiveness. I absolutely have no reason of why should i forgive you." Ia mendecih.
Jungkook berdiri tepat di depannya dan terjatuh dengan lutut yang bertumpu pada lantai, menatap Jimin dengan nanar dan penuh rasa sesal. "It's true that i have no one again. But, i really, really am sorry for what i have ever did in the past. It's not that i do not love you, it's that i love you too much, that i'm being too stupid for letting you go. You absolutely have a reason to forgive me and accept me, because i wanted to fix everything and get back together with you, and start everything from the beginning."
Tetesan air mata jatuh ke tangannya yang menggengam erat tangan mungil Jimin. Dilihatnya Jimin berusaha keras menahan tangis untuk beranak sungai di pipinya. "Let me go, Jungkook. I don't dare to feel brokenhearted because of you, again. I would never dared to being hurts by you anymore. It seriously hurts for me to ever left by you. It hurts for me to feel all the pain and it clenches my heart too tight." Mungkin orang lain yang melihat kondisi Jimin saat ini akan merasa kasihan, begitu juga dengan Jungkook, dirinya merasa bahwa dia sudah menyakiti Jimin sangat parah sehingga Jimin menolaknya mentah-mentah.
Ia mengerti, begitu mengerti perasaan Jimin yang sangat kacau saat ditinggalkannya. Ia juga... juga merasakan hal yang sama saat dirinya menjauh dari Jimin. Ia merindukannya. Merindukan bagaimana sosok mungil itu begitu pas dalam dekapannya. Merindukan kecupan sayang yang ia tujukan selalu padanya. Merindukan segala tentangnya.
Jungkook tahu bahwa tak seharusnya ia mendesak Jimin untuk kembali menerimanya, tetapi ia juga tahu bahwa dirinya tak bisa jauh dari sosok pujaan hatinya itu, maka kini yang hanya dapat dilakukannya adalah menyekap sosok mungil itu sampai lelaki manis itu kembali menerimanya dalam kehidupannya.
Berdiri dan terus menatap wajah Jimin, ia mendekatkan wajahnya pada wajah Jimin, bermaksud untuk memberi kecupan manis pada bibir sang tambatan hati, yang langsung ditepis oleh Jimin yang menoleh, menghindari Jungkook setelah menyadari niatan tak terwujudnya. Jungkook sedikit menjauhkan wajahnya saat menyadari penolakan Jimin dan berucap secara lirih, "Kumohon, pikirkan kembali. Aku akan terus menunggu hingga kau menerimaku dan memaafkanku. Aku mencintaimu." Dikecupnya pelipis Jimin sayang setelah dirinya berhasil mengutarakan serentetan kata yang diharapkannya dapat menyentuh hati Jimin untuk segera memaafkannya.
.
Pegang tanganku, bersama jatuh cinta
Kali kedua, pada yang sama
.
.
.
A (not) long time ago"Dapat... hehehe," Suara lengkingan keras didengarnya, ia yang kini sedang merengkuh tubuh mungil sang kekasih yang meronta dan cekikan saat dirinya berhasil menangkap sosok mungil tersebut.
"Ish, Jungkook... Lepas," Sosok mungil itu terus saja meronta, meminta untuk sang kekasih melepas pelukannya.
Jungkook tak urung ingin melepas pelukannya. Ia menghirup aroma tubuh sang kekasih dari belakang dan mengecup sayang leher pujaan hatinya itu. "Tak mau, sayang."
Seseorang yang dipanggil dengan panggilan sayang itu mengerucutkan bibirnya saat mengetahui bahwa Jungkook tak akan melepaskannya, meski dengan apapun caranya ia meminta.
Jungkook tahu bahwa kekasihnya itu sedang merajuk, maka dengan cepat, ia mencoba mencari sesuatu untuk menghibur sang pujaan hati. "Lihatlah, Jimin. Bukankah langit terlihat begitu cantik? Seperti dirimu."
Semburat merahpun tak dapat ia sembunyikan dan tetap menghiasi wajahnya saat keduanya dalam diam memandang senja langit bersama. "Ya, begitu indah." Seperti hubungan kita saat ini..., lanjutnya dalam hati
.
.
.
.
Lagi addicted begete sm lagunya raisa yg kali kedua.Back again with me, the total annoying author ever. I'm here with another stories that has been written after i heard the song by raisa.
Ane cuma mo bilang bahwa bnyk bgt cerita yg ada di draft cerita ane, tp ane bnr2 buntu untuk ngelanjutin, jd ane cancel smua draft cerita itu, including the both stories that havent been completed ever since i wrote two of em. Ane sibuk kuliah sm ukm jd sorry ane gk ngelanjut2in, ane cenderung enak buat baca drpd bikin cerita jd maap klo ada yg nunggu kelanjutan cerita2 ane.
Peace and love,
Kimmie.