1

41 5 0
                                    

Engsel pintu bagian depan toko terdengar berderit. Terlihat seorang gadis berkacamata dengan rambut coklat hazel sepunggungnya yang dikelabang, mendorong pinggir pintu kaca depan dengan tebal delapan milimeter tersebut.

"Bonjour! Sudah cukup lama kau tidak kemari. Kurasa tugas kuliahmu cukup banyak. Terlihat dari kantung matamu yang semakin tebal saja. Baik, buku apa yang kau cari, Nona?" Ujar si pemilik toko yang terlihat sudah lama kenal.

"Bonjour!  Semester tiga kuliah ini memang membuatku adaptasi diri. Masalahnya, dosen dari beberapa mata kuliah, memang dosen yang tidak kenal belas kasihan nampaknya. Berbundel-bundel tugas diberikannya dalam sehari. Justru hari ini adalah refreshing-ku. Aku ingin mencari novel karangan Suzanne Collins yang diangkat menjadi film. Kau punya referensinya?" Balas si gadis.

"Tentu. Silahkan pilih, ada di sini buku-bukunya." Jawab si pemilik toko buku sambil menunjuk ke arah pojok ruangan.

Keluar dari toko, si gadis menelaah sinopsis dari novel yang ada di tangannya. Sambil berjalan di trotoar, ia asyik membacanya. Tak sengaja, seorang pria yang nampak seumurannya menabrak si gadis hingga ia terjatuh.

"Maaf. Aku tidak sengaja. Boleh kubantu berdiri?" Ujar sang pria sambil menjulurkan tangan.

"Terimakasih. Tak masalah, lagipula aku juga salah. Membaca sambil berjalan." Tukas si gadis sambil berdiri.

Tanpa ia sadari, kartu identitas yang sebelumnya ia kantungi di saku bajunya terjatuh di trotoar. Sehingga, sang pria melihatnya dan memperhatikannya. Sementara si gadis pergi menghilang.

"Dia sudah pergi? Menghilang begitu saja? Tak apa. Aku sudah pegang identitasnya. Esok, akan aku datangi apartemennya untuk mengembalikan kartu ini." Ujar sang pria.

***

"Wanginya sudah menandakan tingkat kematangan yang sempurna." Ujar seorang gadis berhijab yang tengah bereksperimen di dapurnya.

"Vlog dimulai!
Assalamualaikum viewers! Hi, apa kabar?! Wah, sudah beberapa minggu tidak kuunggah video di channel ini. Hari ini, aku akan menunjukkan tahapan memasak Nasi Bakar Ayam Pedas. Aku mengembangakan tekhniknya setelah sebelumnya sempat kupelajari ketika masih di Indonesia. Kita mulai saja. Pertama, ..."

Kameranya terus merekam aktivitas dapurnya. Jendela dapur dengan hiasan bunga aster di kusen terbuka lebar membiarkan udara dari luar masuk dengan leluasa. Pandangan seorang pria yang tengah memegang secangkir kopi, juga leluasa memandangi gadis tersebut -kecuali karena bunga aster tadi-. Dari balkon rumah sewanya yang terletak berseberangan dengan kost-an si gadis berhijab, ia terus memperhatikan kelihaian si gadis.

Pagi-nya seperti diberi wangi baru selain secangkir kopi robusta yang biasa ia minum setiap paginya. Wangi masakan yang menyelinap masuk ke indra penciumannya, membuat perutnya berbunyi memberi tanda untuk segera diberi makan. Ia ingin sekali mengunjungi gadis itu sembari meminta makanan yang nampaknya enak.

'Urungkan saja niatmu itu, Brahm. Kenal saja tidak.' Gumamnya sambil menyesali ketidak-kenalan itu.

Notre VoixWhere stories live. Discover now