Sudah 2 tahun mereka saling kenal, bahkan sempat menjadi sangat dekat. Namun kehidupan itu adalah sebuah roda terkadang di atas terkadang pula di bawah.Itulah yang di rasakan oleh kedua namja bermarga Kim itu. Mereka adalah teman sekelas yang tidak terlalu akrab, tetapi itu tidak menghalangi rencana Tuhan yang tak terduga itu bukan!
.
.
Namja mungil dengan tahi lalat di pipi kanan berbentuk hati itu berjalan menuju kelas barunya. Kenaikan kelas sudah terlewati, pembagian kelas pun sudah di laksanakan.Setelah mengetahui kelas barunya, dengan segera ia mendatangi ruangan yang akan menjadi tempat ia menuntut ilmu di angkatan yang lebih tinggi.
Kim Jinhwan. Sudah menduduki bangku yang ia pilih dan menurutnya menarik. Bangkunya berada di urutan paling belakang dekat jendela yang langsung menampilkan lapangan basket.
Jinhwan lebih memilih mendengarkan lagu melalui headset putihnya di bandingkan berkenalan dengan orang-orang asing di kelasnya. Headset sudah menggantung di telinga putihnya dan juga tasnya yang ia letakkan di atas meja, ia berencana menggunakannya sebagai bantal. Ya Jinhwan sedang mempersiapkan segala kebutuhannya sebelum ia berpetualang di alam mimpi.
*
"Kita akan bertemu saat jam istirahat" Jiwon atau lebih akrabnya Bobby melambaikan tangannya pada chingunya. Mereka berpisah setelah melewati tahun pertama SMA di kelas yang sama."Ne...datanglah ke kelasku!" Hanbin membalas lambaian tangan sahabatnya itu. Kemudian ia melenggang menuju ke kelasnya yang berada jauh dari kelas Bobby dan Chanwoo. Hanbin berjalan beriringan dengan Junhoe, si namja absurd, ambigu, sok cool, dan selalu membanggakan wajahnya yang bilangnya tampan itu. Semuanya semakin lengkap dengan sikap esnya, ia begitu dingin dengan orang yang baru saja ia kenal bahkan bisa saja ia berlaku kasar pada orang tersebut.
Hanbin dan Junhoe duduk di barisan nomor dua dari belakang. Tepatnya di dekat jendela. Sebenarnya mereka memiliki sasaran untuk duduk di belakang paling pojok namun sayangnya bangku itu sudah di duduki oleh namja yang sedang tertidur pulas di dengan tas sebagai bantalnya.
Sangseng-nim sudah memasuki kelas Hanbin, Jinhwan dan Junhoe. Selang beberapa jam mereka mendengarkan berbagai kata yang keluar dari mulut namja paruh baya itu.
Teng...teng...teng...
Jam istirahat sudah mengalun di telinga seluruh murid. Beberapa detik setelah bel. Kantin telah di penuhi oleh manusia-manusia yang kelaparan.
"Ahh...jadi tidak ada yang sebangku denganku huh?" Jinhwan mendengus kesal menatap bangku sebelahnya kosong. Ia memang namja yang tertutup dan terkenal kecuekkannya terhadap apapun, kecuali hal yang menurutnya penting.
"Hm. Siapa peduli. Toh aku bersyukur tidak akan ada yang ribut dan menyontek padaku" ia bermonolog sendiri seraya membuka kotak bekalnya.
*
"Kau beli apa hyung?" Junhoe bertanya pada teman-temannya tanpa menatap mereka."Aku beli roti saja. Dan aku bukan hyungmu" Chanwoo menjawab pertanyaan Junhoe kemudian memberinya pernyataan membuat sang empu berdecak malas.
.
"Kita ke kelasku saja. Kajja" Hanbin memimpin teman-temannya dengan cara berjalan paling depan menuju kelasnya."Ne. Duduklah di depan sini" Junhoe menyuruh Bobby dan Chanwoo menduduki dua kursi yang ada di depan mereka. Mereka hanya menurut.
'Hm...mereka terlihat akrab' Jinhwan berujar di dalam hati setelah melihat Hanbin DKK mengisi kursi di hadapannya.
"Namja di belakangmu manis bin...dia sendirian...kau tidak berkenalan? Siapa namanya?" Bobby melihat Jinhwan yang sedang menatap keluar jendela dengan headset yang sedari tadi belum ia lepas.
"Huh? Ah...aku belum berkenalan pada siapapun disini hyung. Benarkan Jun?" Hanbin menggigit rotinya setelah menjawab pertanyaan Bobby. Junhoe mengangguk menyetujui pernyataan Hanbin. Mereka mengisi waktu istirahat hanya dengan mengobrol dan bercanda tawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kehidupan
FanfictionBerawal dari sebuah Organisasi menjadi sebuah 'Kehidupan' yang baru.