Bab 1

44 7 7
                                    


Dengungan khas sebuah processor memenuhi penjuru ruangan, terdengar samar namun tetap ada. Ruangan kedap suara yang dilengkapi dengan fasilitas canggih serta satu set komputer multifungsi dengan pemrosesan menggunakan suara dan hanya bisa diakses satu orang saja. Sebuah kemajuan teknologi yang menguntungkan penggunanya karena meminimalisir pencurian data secara fisik.

Seorang pria berjalan mendekati set komputer yang berada di tengah-tengah ruangan. Ia menyentuhkan ujung jarinya pada layar virtual, memberi perintah untuk pemindaian retina mata dan mengaktifkan mode penguncian ruangan.

"Leila Abreu, tampilkan data." Pria itu duduk menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Ia diam menunggu mesin di depannya selesai melaksanakan perintah yang ia berikan.

Data completed

" Leila Abreu. Russia, August 26th,1990. Anak tunggal Johanson Abreu dan Kinanti, status menghilang. Dimitri Volkov, status ayah angkat. Penduduk negara bagian New York. Apartemen 95 Wall, 95 Wall Street, New York, NY 10005, Amerika Serikat. Pendidikan, Moscow Aviation Institute. Pegawai Control Data Corporation, divisi akuntan."

"Divisi Akuntan Control Data Corporation, Leila Abreu."

Access Denied

Pria itu menarik sudut bibirnya ke atas. Ia menegakkan punggungnya, memerintahkan mode kontrol manual. Jemari tangannya bergerak lincah di atas papan ketik menuliskan bahasa mesin yang sangat rumit menjadi terlihat mudah, seolah-olah hanya menuliskan sebuah buku harian.

Ia bersiul ketika layar menampilkan isi dari back door file Leila. Layar itu menampilkan foto Leila memakai setelan hitam dengan rambut digulung rapi. Wajah gadis itu datar menghadap ke arah kamera tanpa ada senyuman yang menghiasi. Di bawah foto itu hanya terdapat satu baris kalimat catatan.

Leila Abreu, International security device. Unit crime section.

"Jadi...." Pria itu menyeringai menatap lekat ke arah foto Leila yang ada di layar.

"Hello, Nona Abreu."

***

Suara bising kendaraan berasal dari jalanan menandakan padatnya aktivitas hiruk pikuk di kota New York. Kota yang tidak pernah tidur disematkan untuk kota itu yang selalu dipenuhi hiruk pikuk aktivitas warga yang terjadi 24 jam penuh. Siapa pun tidak terlalu merasakan kesepian jika hidup di New York walaupun hanya seorang diri. Berjalan sendirian pada waktu dini hari bukan lagi menjadi hal yang menakutkan. Setidaknya, untuk peluang berpapasan dengan seseorang bahkan sekumpulan orang sangat memungkinkan.

Sama halnya dengan Leila, dia menyukai kota ini. Suara bising dan keramaian yang biasanya dianggap sebagai hal yang menjengkelkan bagi sebagian orang, berubah menjadi hal yang menyenangkan bagi Leila. Dia merasa aman dan tenang.

Leila semakin menyurukkan kepalanya ke dalam bantal seakan tidak rela berpisah dengan benda empuk berwarna putih itu. Dia menggeram kesal ketika suara deringan ponselnya tidak kunjung berhenti. Leila membuang selimutnya ke sembarang arah. Tangannya menggapai ponsel yang berada di nakas sebelah kanan ranjang. Leila terdiam membaca caller id yang tertera pada ponselnya.

"Ya, Sir." Jawab Leila kaku.

"Tidak perlu formal padaku, Leila. Suaramu terdengar seperti tikus yang terjepit." Suara kekehan terdengar dari seberang telepon.

Leila mendengus mendengarnya "Ada perlu denganku, Tuan Rodriguez?" Leila memperjelas suaranya ketika menyebutkan nama atasan tempat Leila bekerja.

"Ada pekerjaan untukmu. Datanglah, akan kujelaskan nanti."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang