When Rain Falls Down

152 5 3
                                    

Credit : Revendi_



Saat itu sedang hujan. Tetes-tetes air dari gumpalan awan abu-abu turun membasahi bumi. Embun yang dingin serasa menusuk hingga ke tulang. Menikmati hujan ini, aku duduk bersantai di teras depan sambil meneguk kopi hangat. Mengamati betapa lebatnya air yang turun dari langit. Sesekali kugosokkan kedua telapak tanganku dengan cepat, untuk membantu menghangatkan badanku yang menggigil.


Jalanan sungguh sangat sepi, hanya terlihat cipratan air yang memantul di aspal jalan. Mobil yang lewat menyalakan lampunya untuk menerangi jalanan dari kabut yang menyelimutinya. Ketika mobil itu sudah hilang dari pandanganku, aku mendapati figur yang tengah berdiri di tengah derasnya hujan ini. Aku sungguh heran, apa yang dilakukan orang itu? Apa yang dilakukannya di pinggir jalanan?


Karena penasaran, akupun melangkah masuk ke rumah untuk mengambil jas hujan dan payung dari dalam. Untuk apa lagi kalau bukan mendatangi orang itu. Aku sungguh merasa iba, jadi kuputuskan untuk menawarinya berteduh di rumah.


Aku berjalan diatas genangan air di halaman rumah menuju ke arah orang itu, sambil berteriak kepadanya. Namun seolah suaraku terbawa oleh hujan, hingga ia tetap berdiri disitu- ia tak dapat mendengarkan suaraku -.


Tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan cepat dari arah kanan, menghalangi langkahku ketika aku akan menyeberang. Genangan air yang dilindas oleh ban mobil itu mengenai jas hujanku, mengalir masuk ke celah-celahnya hingga kurasakan bajuku basah.


"Hei! Dasar mobil sial!" Teriakku kesal.


Namun aku sangat terkejut ketika mobil itu sudah menjauh. Di hadapanku, kudapati tak ada siapapun lagi yang berdiri disitu. Orang itu sudah hilang dan aku tak tahu kemana. Ini semua gara-gara mobil itu, aku jadi tak tahu kemana dia sekarang, kemana ia berpindah tempat.


Akupun berniat untuk kembali kerumah dan melanjutkan hal yang tadi kulakukan sebelumnya. Ketika aku menaiki tangga kecil di teras rumah, rasa was-was pun merayapiku. Kulihat di lantai kayu itu terdapat jejak kaki basah dan kotor, menuju kepintu rumah dan ya-masuk kedalam.


Rasa takut juga penasaran seketika menjalar di tubuhku. Aku takut jika ada seseorang yang tak kukenal masuk ke rumahku. Kau bisa bayangkan ketakutanku saat ini, Ibu dan Ayah sedang pergi keluar kota dan aku sendirian dirumah ini. Itu sungguh membuatku ketakutan!


Akupun menepis pikiran tentang hal itu dan kembali melangkah masuk. Pintu berderit saat kubuka, bersamaan dengan suara gemericik air hujan. Jantungku berdegub cepat, tak ada apapun yang aneh di sini. Tak ada jejak kaki di dalam rumah. Aku tersenyum lega, kupikir jejak kaki itu mungkin karena kakiku.


Karena gelap, kunyalakan semua lampu di ruangan rumah. Langit sungguh sangat gelap, sekarang tak ada bedanya antara siang dan malam. Aku menyeruput kopi ku sambil membalik halaman novel yang kubaca. Menunggu hujan diluar sudah reda.


Namun, tak lama kemudian aku mendengar suara gaduh di dapur. Aku terdiam sesaat, siapa itu? Siapa yang ada didapur? Kuberanikan diri untuk beranjak dan menuju ke dapur. Dan ketika aku sudah berada di ambang pintu, hal yang paling kutakutkan terjadi. Tubuhku bergemetar hebat, tenggorokanku seakan tercekat ketika kulihat figur itu- yang ada di tengah hujan tadi -berdiri di sudut ruangan, dan tangannya menggenggam pisau.


Aku reflek berlari, dan kurasa orang itu mengejarku. Keringat dingin mengalir di badanku saat aku sedang bersembunyi di lemari kecil dibawah tangga. Kututupi badanku dengan tumpukan kardus-kardus sambil berusaha mengatur nafasku yang tersenggal. Berdoa agar orang itu tak mengetahui persembunyianku. Suara hujan sayup-sayup masih terdengar, sementara keadaan disini sangat gelap meskipun ada sekelumit cahaya yang menerobos melewati celah-celah kayu. Aku menutup kedua mataku yang mengeluarkan air mata. Sungguh, aku sangat ketakutan saat ini.


Kubuka kedua mataku perlahan-lahan, mengusap air mataku dengan punggung tanganku ketika kulihat sepasang mata di depanku menatapku tajam. Aku terdorong ke belakang karena terkejut dan aku sangat panik. Aku tak menyadari bahwa ia membuka pintu lemari! Aku tak menyadari bahwa ia ada disini! Dengan sigap aku langsung menghindari cengkeramannya, melemparinya dengan kardus-kardus hingga ia terdorong ke belakang dan akupun segera berjingkat keluar dari lemari. Tak kusia-siakan waktu itu, aku segera mengunci lemarinya dengan gemetar. Jantungku berpacu sangat cepat ketika suara gebrakan keras dari dalam lemari terdengar berungkali. Aku mencoba mengacuhkannya dan menelpon 911 untuk meminta pertolongan.


Tak lama kemudian opsir polisi datang, menanyaiku apa yang sebenarnya terjadi. Aku menjawabnya dan memberitahunya bahwa orang itu sekarang ada di lemari di bawah tangga. Ketika polisi membukanya, mengarahkan senter yang ia bawa ke dalam lemari. Aku sungguh sangat terkejut, kami semua mendapati bahwa di dalam lemari hanya ada tumpukan kardus-kardus, tanpa ada orang itu!


TAMAT

When Rain Falls DownWhere stories live. Discover now