"Aku mau makan sama teh Ayin"
"Aku mau main sama teh Ayin"
"Aku mau mandi sama teh Ayin"
"Aku mau bobo sama teh Ayin"
Aku sudah terbiasa mendengarnya,ulah seorang bocah lelaki ompong berumur lima tahun yang selalu mengikutiku selama libur sekolah. Nama nya Azril Haikal Alindra,selama libur sekolah kami memang selalu berkumpul di rumah nenek di Lembang dan selama itu juga dia selalu menempel seperti lintah padaku.
Aku sebenarnya risih karena kelakuannya, sampai aku pernah bilang pada mama. Tapi mama hanya bilang kalau Azril hanya kesepian makanya sifatnya seperti itu saat bersamaku, Hal yang paling kuingat saat kecil adalah Azril yang takut bunga.
Jadi saat dia mulai bertingkah menyebalkan aku selalu mengancam akan menempatkan bunga di semua sudut kamarnya, setelah itu dia pasti akan jadi anak penurut. Tapi,sekarang dia malah menyukai bunga dan punya sebuah kebun bunga kecil di belakang rumah.
Yang tak kusangka adalah dia yang kini tumbuh menjadi seorang pemuda tampan dengan lesung pipi yang membuatnya terkesan manis,yang selalu membuatku iri. Karena saat aku tersenyum bukan lesung pipi yang muncul tapi timbunan lemak di pipiku yang tembam, oleh karena itu juga Azril sering mencubitnya dulu.
"Aku kangen teh Ayin,kenapa ngga bilang bilang kalau mau Jakarta ? aku kan bisa jemput." Kata Azril sambil merajuk.
"Kamu kan sekolah,pinterrr."ucapku sambil menahan untuk memutar mata
"Oh iya dong,kemarin aja aku rangking satu."
"iya rangking satu,dari bawah tapi."
"Enak aja,aku tuh beneran pinter."Ucapnya tak ingin kalah
"terserah deh,aku mau mandi dulu."Kataku sambil beranjak dari ranjang
"Aku ikut!!!"
"ikut kemana ?"
"Mandi,dulu juga kita suka mandi bareng." Katanya sambil nyengir
"itukan dulu Azrillll,udah deh mending kamu keluar sana."
Dengan susah payah aku mendorong badannya yang menjulang keluar dari kamar tapi dia tidak beranjak sedikit pun,malah tubuhku yang kini bergerak gerak tidak karuan untuk mengusirnya.
Dulu dia hanya setinggi daguku,dan sekarang malah aku yang setinggi dagu Azril. Kesal usahaku tak membuahkan hasil akun pun mulai mencubit lengan dan perutnya sampai menjambak rambutnya untuk membuatnya keluar dari kamarku.
"Aww teh sakit,aww ... aww ... iya iya ampun aku ga bakal gitu lagi."
Aku masih terus mencubitnya sampai akhirnya dia pun keluar dari kamar.
"Galak banget,ga usah nyubit juga bisa kali."
"Udah sana ganti baju!" Ucapku sambil berkacak pinggang.
"IYA BAWELL" teriaknya sambil berlari ke atas.
"ENAK AJA NGATAIN BAWEL DASAR OMPONG!!".
Bersambung ....
KAMU SEDANG MEMBACA
My Way
Teen FictionJakarta dan segala masalah yang menyambutku saat aku baru saja menapakan kaki disana untuk mendapat pekerjaan. Belum lagi sepupu tengil yang membuatku harus terus mengawasinya agar tidak menyebabkan kekacauan.