Little baby

162 5 0
                                    

Malam yang dingin dengan pemandangan yang menyejukan di apartemenku. Aku sendirian dengan novel yang selalu ku pegang dalam jangka waktu kurang lebih tiga hari. Ku baca kata perkata dalam novel itu, berusaha mencari tahu siapa tokoh jahat dalam novel percintaan itu dan berusaha untuk memecahkan rasa penasaranku dibalik bandrol yang ku tukar dengan rupiah.

"Hai Agnes!" Sapa tetangga sebelah apartemenku yang perutnya terlihat berat karena bobot bayi di dalamnya.

"Eh mbak Grace, sini mbak kita obrolin tentang si Amile lagi," Aku menyapa balik dan mengajaknya bergosip tentang Amile, sepupunya yang sangat menyebalkan itu.

"Ah kamu, tapi sekarang aku mau belanja, mumpung ada diskon diskon gitu, berlakunya sampe jam 12 malem nih, jadi harus buru buru deh,"
Mbak Grace memang suka sekali belanja. Sampai sampai dia menghabiskan waktu liburnya dengan belanja dan belanja. Suaminya meninggal tepat dua bulan yang lalu, kini dia tengah mengandung bayi pertamanya yang hanya tinggal menghitung hari untuk kelahiranya.

"Ya ampun si mbak, malem malem gini kebelet melahirkan lho mbak, hahaha," Canda-ku

"Ah kamu bisa aja, yuk ah duluan ya!" Mbak Grace menggendong tas blink blinknya dengan memegang perutnya yang besar itu.

Akupun melanjutkan membaca novel yang membuat hatiku berdebar sekaligus penasaran akan endingnya.

•••

Kurang lebih satu minggu-pun mendatang, aku bergegas pergi ke kantor karena waktu masuk kantor tinggal 23 menit lagi. Di tambah kemacetan di jalan yang menghambat niat baikku untuk mencari modal hidup.

Dengan cepat, aku menaiki taxi berwarna kuning kehijau hijauan. Dan tak lama, teleponku berbunyi dan ternyata yang menghubungiku yaitu mbak Grace.

"Hallo, ada apa mbak?" Tanyaku dalam telepon.
"Semalam mbak udah lahiran nih, yang bantuin mbak si Amile soalnya dia kebeneran lagi di rumah mbak. Katanya dia mau pamitan, besok dia mau pergi ke Singapur. Gaya banget kan? Hahaha, pokoknya kamu nanti jagain mbak ya, hehe, sekalian curhat curhatan deh," Pinta mbak Grace dari sebrang sana.

"Wah wah, hebat nih si mbak. Nanti siang aku kesana ya," Aku memutuskan menemani mbak Grace karena jadwal kerjaku kini hanya pagi sampai siang saja, selebihnya temanku yang menjadi penanggung jawabku.

Singkat cerita, aku sampai di rumah sakit terdekat yang aku akui, memang menyeramkan. Aku datang ke kamar mbak Grace dengan sejuta ceria menanti bayi kecil yang akan menjadi tetangga kecilku, hihi, aku memang sangat suka bayi tapi aku kurang tertarik dengan pernikahan di masa mudaku kini.

"Hi mbak," Aku membuka pintu kamar rumah sakit sambil tertawa kecil.

"Mbak sendirian?" Tanyaku.

"Iya nih, si Amilah malah pergi ke Singapur," Mbak Grace mengganti nama Amile menjadi Amilah.

Aku dan mbak Grace bercerita sambil menunggu anaknya bangun tidur. Kita memang sudah seperti saudara, sering berbagi cerita sedih, senang, bahkan menyeramkan. Tak ada tetangga di apartemen yang baik hati selain mbak Grace. Dia mendapatkan uang dengan cara menjual baju baju dan aku selalu membantunya, karena suaminya yang meninggal tak akan bisa lagi menafkahinya.

"Jadi mbak mau pulang kapan?"

"Besok lah paling, mbak udah gak sabar nih,"

Akupun menunggu waktu, dan saat mbak pulangpun datang juga. Ah, aku bahagia sekali bisa memiliki tetangga lucu seperti ini.

Sesampainya di apartemen, mbak Grace memintaku menjaganya namun penanggung jawabku kini sedang sakit, jadi aku harus bekerja fullday dan aku tak bisa menjaganya sepenuh hari.

"Gimana dong mbak? Maaf ya," Aku merasa kasihan.

"Idih si Agnes, gak apa apa lah kamu itu suka bikin malu si mbak, hihi,"

Akupun melanjutkan pekerjaanku yang sudah menjadi tanggung jawabku. Membantu mbak Gracepun harus aku lakukan karena mbak Grace sering membantuku. Ah ayolah Agnes, semangat!

Doll or babyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang