PROLOG

231 28 8
                                    

© scarletlunare ©

.
.
.
.

Kami bukanlah manusia yang terbiasa dengan cinta.
Kami bukanlah manusia yang terbiasa menikmati perasaan semacam itu.




Kami ... belum terbiasa.










Tapi ...








... semuanya berlalu begitu cepat, setiap denting waktu yang berdetak dengan congkak tidak mampu lagi mereka hitung. Setiap detik yang berlalu bagai mencemooh mereka semua tanpa rasa sungkan. Semesta bahkan menutup kedua matanya dan memalingkan raganya, tidak sudi menangkap eksistensi mereka.







Mereka tenggelam terlalu jauh, tidak menyadari kalau mereka hampir mati sebab terlalu terbuai oleh euforia perasaan masa muda yang menggebu-gebu, mereka buta dan serakah. Meraup semua tanpa menyadari kalau mereka saling menyakiti satu sama lain.







Tanpa diduga, kebencian itu tumbuh di sela-sela perasaan baru yang agaknya mulai menghantam telak relung hati. Iri, cemburu, marah, dan kesedihan menguasai semuanya.







Dimasa di mana mereka mulai mengenal apa itu cinta, dan mulai jatuh pada orang yang sama ... mereka hancur saat semua yang tersisa hanyalah air mata.








Ini bukan kisah cinta berwangi bunga matahari musim semi yang menyenangkan, ini adalah kisah cinta selayu guguran daun maple pada musim gugur yang mengorbankan sebuah tautan bernama ...






.

.

.

.








"Sahabat."







.

.

.

.








Wdyt? Next or no?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

We Don't Mean To Fall in Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang