BAB 1 : Special Woman...

1.5K 86 107
                                    


Sore yang cerah merupakan waktu yang tepat untuk jalan-jalan santai di sekitar komplek perumahan. Selain dapat menikmati suasana sore juga dapat melihat aktivitas orang sekitar. Melihat orang yang sedang mendampingi jalan-jalan sorenya, Belvin semakin mengembangkan senyumnya serta mengedipkan sebelah matanya. Senyum hangat tak pernah lepas dari bibirnya. Bersamaan dengan rangkulan tangannya yang semakin mengerat di pundak seorang wanita yang berjalan di sebelahnya. Mengukuhkan kepemilikannya akan wanita cantik yang akan selalu bersedia berjalan di sampingnya, dalam keadaan apa pun. Perempuan itu tersipu malu yang memunculkan rona merah di pipinya. Sungguh menggemaskan dan membuat jiwa Belvin terasa teduh. Rasanya dia ingin melihat ekspresi menggemaskan wanita itu setiap saat dan menyimpannya sebagai penyemangat jiwanya dikala perasaan sedih menghampiri. Orang-orang yang berada di taman menatap penuh kagum ke arah mereka berdua, yang seolah menjadi pasangan istimewa di taman sederhana itu. Pohon-pohon pun ikut iri menyaksikan rona merah yang tak pernah henti muncul di balik kulit tebal milik sang wanita, tiap kali bisikan sayang terdengar di telinganya.

Ah ...rasanya dunia bagai milik mereka berdua. Semua hanya numpang lewat semata di tempat itu.

Belvin mengangkat sebelah tangan sang wanita yang sudah mencuri hatinya sejak lama, mengayunkannya pelan ke udara bersamaan dengan embusan angin yang menggelitik kedua tangan mereka yang saling menempel erat. Menikmati setiap detik dan momen yang tercipta. Mereka berdua memutuskan untuk duduk di salah satu bangku taman.

"Kamu bahagia banget, Vin! Jarang-jarang senyum di bibir tipis kamu itu terbit terus-menerus. Apa ada berita bahagia yang diam-diam tidak kamu beritahukan?" Suara wanita itu begitu lembut dan enak didengar. Belvin menganggukkan kepalanya lalu melangkah ke depan wanita tersebut.

Tanpa ditanya sekalipun, pasti orang-orang yang menoleh ke arah mereka hanya melihat aura bahagia dari diri Belvin.

Perasaan Belvin sekarang seperti mendapatkan sebuah proyek besar yang dalam sekali tahap melambungkan namanya di dunia bisnis. Dia tahu, bisa mengajak wanita yang sedang tersenyum lembut kepadanya sekarang butuh usaha yang besar. Tidak satu atau dua tantangan yang harus dia lewati, terlebih lagi banyak saingan yang ingin menggantikan tempatnya sekarang.

"Aku bahagia karena hari ini aku merasa jadi pemenang. Tidak sia-sia pulang cepat dan berhasil mendapat teman kencan seorang wanita cantik." Belvin terkekeh pelan setelah mengedipkan sebelah matanya.

Memandang sekitar, Belvin melihat ada bunga matahari di sebelah kirinya. Berjalan mendekat dan memetiknya, lalu Belvin melangkah pelan ke depan wanita yang setia memandanginya sambil menggoyang-goyangkan kakinya.

Walaupun bukan laki-laki romantis seperti saudaranya yang lain, Belvin mencoba mengeluarkan sifat alami laki-lakinya untuk membuat wanita terpesona. Memiliki saudara yang punya banyak gebetan membuat Belvin dapat mengambil satu kesimpulan tentang wanita. Mereka suka dipuji dan disanjung.

Membuang segala harga diri dan sifat kakunya, Belvin akan melakukan apapun untuk membuat wanita ini bahagia. Memulai dengan setangkai bunga tidaklah terlalu buruk bagi laki-laki kaku seperti dirinya.

"Aku tahu ini hanya bunga sederhana, bunga matahari dengan warna kuning yang menyebarkan aura bahagia. Saat ini aku memang belum bisa memberikan yang terbaik dan menawarkan kebahagian sejati, tapi ...." Belvin berucap dengan lantang sambil meletakkan bunga tersebut di atas pangkuan wanita yang ada di depannya. Ucapanya terputus saat melihat pergerakan wanita itu.

"Bunga apa pun tak akan sebanding dengan kehadiranmu di sini." Sang wanita mengambil tangan Belvin untuk menyentuh dadanya. "Di sini kamu torehkan kebahagiaan tanpa syarat itu." Lalu wanita itu berdiri, mencium pelan bunga pemberian Belvin, lalu melangkah dua langkah menjauh dari Belvin.

Transaksi RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang