BAB 2 : Marcel Si Perana

358 40 33
                                    

Detak jam berdentum lambat diiringi suara pelan rintik hujan yang mengenai jendela kaca. Hening! Itulah yang terjadi saat ini. Di sudut ruangan, Marcel menikmati pemandangan hilir mudik mobil yang tampak kecil.

Mengembuskan napas pelan, Marcel mengeluarkan sebuah foto dari dompetnya, memandangi wajah cantik yang terukir di sana sambil tersenyum. Sudah waktunya atau lebih tepatnya Marcel untuk bergerak. Menandai buruannya agar tidak diambil orang lain. Atau selamanya dia harus menyesal karena tidak punya keberanian.

"Cel, kok malah bengong? Kamu nggak pulang?"

Laki-laki itu terkejut dan menoleh ke pintu. Di sana berdiri seorang wanita yang tampak begitu anggun. Setelah seharian bekerja tetap saja wanita itu tampak anggun, bahkan lebih bersinar. Itulah isi pikiran Marcel.

"Kamu sudah selesai? Ayo pulang!" Marcel mengambil jasnya yang terletak di atas kursi dan melangkah mendekat. Tatapan matanya selalu menghindar dari kedua mata indah itu.Marcel tidak tahan saat tatapan mereka bertemu, biarlah dia sesekali mencuri pandang dan menikmati kepuasan yang berpendar di hatinya.

"Besok kita jadi jalankan, Cel? Aku sama Beni udah susun rencana buat kita dan kamu nggak boleh nolak lagi."

Saat mereka melangkah menuju lift, wanita yang berada di samping Marcel kembali bersuara. Suaranya terdengar tegas dan tersirat sedikit permohonan. Marcel menoleh sebentar untuk memberikan senyuman tipis. Tanpa diminta sekalipun dia sangat ingin mengajak wanita itu jalan, hatinya tidak dapat didustai bahwa dia memiliki perasaan spesial.

"Aku usahain ya, Sha! Kamu kan tahu kalau akhir tahun banyak proyek yang mesti aku selesaikan."

Wanita itu—Marsha mengembungkan pipinya. Dia memegang sebelah tangan Marcel lalu menggoyangkannya.

"Aku rindu sama kamu, Cel. Aku rindu saat-saat kita jalan bertiga."

Sambil tersenyum kecut, Marcel mengacak rambut Marsha. Ada rasa bersalah dalam dirinya. Menghindar bukanlah hal yang mudah apalagi sampai merelakan. Marcel mencoba melakukan itu semua demi Marsha. Mengubur rasa dalam dirinya supaya persahabatan mereka tidak hancur. Jika saja Beni—sahabatnya tidak mengatakan bahwa dia ingin meminang Marsha, mungkin Marcel dengan senang hati meluangkan waktu untuk dia. Menjaga dan menjadi laki-laki yang selalu siap sedia setiap kali wanita itu membutuhkan pertolongan. Seperti dulu, ya seperti dulu.

"Keadaan mama kamu gimana, Cel? Apa masih banyak laki-laki yang ingin meminangnya?"

Marsha kembali bersuara, dia menyandarkan punggunya pada pintu mobil sambil memainkan ujung rambut. Saat ini mereka sudah berada dalam mobil Marcel dan sudah kebiasaan Marcel bakal mengantarnya pulang.

"Sehat, ya walau dia lagi pusing sama tingkah anak bungsunya." Marcel mengalihkan tatapannya sebentar sebelum kembali fokus menyetir. Detak jantungnya tiba-tiba tidak tenang dan pikirannya mulai berfantasi. Wajah cantik Marsha yang dipolesi bedak tipis dengan lipstik warna merah selalu berhasil menghipnotis dirinya. Wajah ramping dengan kaki jenjang yang dilapisi kulit putih membentuk imajinasi-imajinasi liar untuk memiliki wanita itu. Tapi tetap saja semua itu hanya mampu berada dalam imajinasinya. Mulutnya selalu terkunci rapat dan keberaniannya memudar setiap kali ingin menyampaikan perasaannya.

"Kamu beruntung ya memiliki keluarga yang hangat, saling menjaga dan saling support." Wanita itu menerawang saat mengucapkannya. Seperti ada kepedihan yang tidak ingin diketahui oleh orang lain.

"Kamu juga beruntung, Sha. Memiliki Ayah yang begitu sayang serta sahabat-sahabat yang selalu ada disamping kamu." Dan aku yang selalu mencintai kamu.

Kata-kata terakhir hanya mampu diucapakan dalam hati. Masih belum saatnya, atau saat itu tidak akan pernah datang. Mungkin Marcel akan selalu memendam dan mempertahankannya, seolah-olah apa yang telah dipersiapkannya selalu ciut setiap kali mata indah itu bertemu dengan matanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Transaksi RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang