Vicka kembali meneliti pantulan dirinya di cermin. Wanita berpostur ideal itu tampak cocok dengan kemeja biru gelap yang dilapisi blazer putih berlengan tiga per empat. Kakinya yang jenjang terlihat sempurna dalam balutan celana chino hitan favoritnya. Tak lupa loafers putih bermotif bunga semakin mempercantik penampilannya hari ini. Ia ingin terlihat rapi di hari pertamanya bekerja setelah di promosikan menjado Senior Staff di kantornya. Dengan senyum riang Ia melangkah keluar dari kamarnya menuju dapur.
Dengan cekatan Vicka mengeluarkan roti dari lemari, mengoleskannya dengan selai cokelat, lalu memakannya. Di gigitan terakhirnya, Ia membuka lemari es dan mengeluarkan sebotol susu sapi murni. Dituangkannya ke dalam gelas kemudian meneguknya hingga habis. Setelah menyelesaikan ritual paginya, Vicka bergegas ke kantor. Dengan menjinjing tas berwarna khaki favoritnya, Ia melangkah meninggalkan apartment mewahnya di pusaran kota Tangerang.
Vicka terus menghela napas sambil berulang kali melihat jam tangannya. Dua puluh menit sudah sejak Ia menjejakkan kakinya di lobi apartment. Semalam, Leony — sahabatnya — telah berjanji akan menjemputnya pagi ini. Namun, hingga kini belum ada tanda-tanda kemunculan wanita berambut ikal itu.
Ponsel Vicka berdering. Cepat-cepat Ia meraih ponsel di sakunya dan melihat nama Leony tertera di layar ponsel. Ia segera mengangkat panggilan itu.
"Aduh, Leony Gita Sudira! Lo dimana, sih? Jam segini masih belum dateng juga. Kalo emang ngga sempet jemput gua, ngomong dari tadi, dong. Kalo gini caranya gua bisa terlambat!" Celoteh Vicka bertubi-tubi. "Lo tau, kan, ini hari apa? Ini hari penting buat gua, Ley! Ini hari perta —"
"Hari pertama lo naik jabatan. Okay, okay, I got it. Lo pikir gua sengaja terlambat dan bikin sahabat gua terlambat? Hellooww, Vicka, I'm in an accident here." Ujar Leony memotong ocehan Vicka.
"WHAT! Ya ampun, Ley! Sorry banget. Tapi kok bisa, sih? Tapi lo ngga apa-apa, kan? Ngga ada cedera serius, kan, Ley?" Tanya Vicka khawatir sekaligus menyesal telah mengomeli sahabatnya.
"I'm fine, it's okay. Cuma kecelakaan kecil, kok. Ini gua lagi kantor polisi. Tadi kebetulan disini ada polisi jaga, jadi masalahnya langsung di urus di kantor polisi deket sini," Jelas Leony berusaha menghilangkan kekhawatiran Vicka. "Udah dulu ya, Ley. Ada beberapa hal yang harus gua selesain dulu. Izinin gua di kantor, ya. And, mendingan lo berangkat sekarang, deh. Lo ngga mau terlambat di hari baru lo, kan?"
Vicka mengembuskan napas beratnya seraya tersenyum. Leony memang sahabat yang baik dan pengertian. Dalam situasi seperti itu, dia bahkan masih memikirkan kepentingan Vicka. Beruntung Ia memiliki sahabat setulus Leony.
"Alright, babe. Kabarin gua kalau ada apa-apa, okay? See you!" Vicka mengakhiri panggilannya. Detik berikutnya Ia meminta security mencarikan taksi untuknya.
Tak lama kemudian Ia sudah berada di dalam taksi dalam perjalanan menuju kantor. Diam-diam Vicka berdoa agar hari ini dapat berjalan baik tanpa masalah.
***
"Oke, oke. Baik, Pak. Siap. Terimakasih, Pak." Vicka menutup telepon.
Hari ini cukup sibuk baginya, mengingat kini Ia telah menyandang status baru di perusahaan tempatnya bekerja. Segunung tumpukan file diatas mejanya telah menanti untuk dikerjakan. Belum lagi Ia harus menyiapkan laporan untuk diberikan kepada direktur baru yang konon adalah putra pertama pemegang perusahaan tersebut.
"Huh, nyebelin banget! Bagaimana bisa seorang karyawan di promosikan bertepatan dengan diresmikannya direktur baru!" Gerutu Vicka pada rekan kerjanya. "Apa hari ini Hari Naik Pangkat Sedunia? Kenapa ngga sekalian aja semua orang disini dapat promosi! Huh, nyusahin aja!"
"Udahlah, Vick. Kalo ngoceh terus, kapan selesainya?" Ujar Micko — rekan kerja Vicka. "Mending lo cepet selesain semua berkas itu, then, kasih ke dirut baru kita, deh. Denger-denger, sih, dirut kita kali ini bawelnya selangit!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Tell You the Truth
Short StoryKesombongan Remi telah benar-benar membuat Vicka muak. Vicka bahkan tak merasakan secuil pun kebahagiaan di hari dimana ia seharusnya berbahagia. Dendam Vicka membuat Remi harus merasakan kesialan setiap harinya. Namun, dalam perang dingin yang terj...