Minggu ini toko bungaku sangat ramai, mengingat besok adalah hari valentine. Ya, hari kasih sayang, banyak pasangan yang datang untuk membeli bunga untuk orang terkasihnya. Aku juga tidak lupa memberikan bunga untuk orang yang paling aku sayangi didunia ini, bukan, aku belum punya pacar, bunga ini tentunya buat bunda. Aku sengaja memesan bunga mawar pelangi yang jarang bahkan sulit ditemui, aku meminta pak Min untuk membawakannya malam ini, bunga mawar itu khusus untuk bundaku saja, tidak dijual.
"Neng, ini bunga pesenannya"
"Pak Min masuk dulu, di luar mau hujan kayaknya"
"Ah ga usa, mau langsung, nanti kemaleman"
"Oh gitu, yauda makasih banyak ya pak"
"Iya atuh neng sama-sama"
"Ini uangnya pak"
"Ga usah, anggep aja ini hadiah buat neng, sekali-sekali ga usa bayar ga apa-apa"
"Jangan pak, ini ambil, Bianka marah nih kalo pak Min nolak"
"Ga usa, nanti diganti aja sama jahe anget yang suka neng buat untuk bapak minggu depan"
"Yauda kalo gitu mah, makasih banyak ya pak Min"
"Iya neng sama-sama, yauda bapak permisi dulu yah neng, samlikum"
"Walaikumsalam pak, pak tunggu sebentar"
"Iya, kenapa, neng?"
"Ini buat bapak" menyodorkan setangkai bunga mawar pelangi untuk beliau.
"Waduh, buat bapak ini neng?"
"Iya, diterima ya pak"
"Nuhun atuh"
"Sama-sama pak"Entahlah, malam itu aku menjadi sedih, teringat ayah, aku merasakan kasih sayang yang begitu dalam dari seorang pak Min, ia bekerja keras untuk anaknya, anak perempuan satu-satunya. Ah, ayah aku rindu kau.
"Kak Tina duluan yah, itu bunganya udah Tina rendam di dalam pot, es batunya juga sudah Tina masukin"
"Oh, iya makasih ya Tin, hati-hati", aku menyeka air mataku.
"Iya kak, sama-sama"Aku rasa besok malam mengajak bunda pergi ke makam ayah adalah hal yang paling tepat, sudah 2 minggu aku tidak ke makam ayah karena cukup sibuk di toko ini. Semoga besok kerjaanku tidak terlalu banyak.
"Aku pesan yang itu"
"Ga dijual" tanpa melihat matanya
"Aku bayar berapapun"
"Kalo harganya 1 M lo mau bayar juga!"
"Buat siapa?"
"Penting banget lo tau itu bunga buat siapa"
"Aku mau"
"Guenya nggak, mau apa lo?"
"Bagi satu"
"Ngeselin yah, yang lain banyak yang itu ga dijual, ga denger ya lo?"
"Pelit"
"Bodo"
"Kemana?" Dia nanya
"Siapa?"
"Si cantik"
"Tina?"
"Iya"
"Libur"
"Oh"
"Lo kesini ga niat beli bunga?"
"Nggak, kan lo bilang tadi ga dijual"
"Terus nanyain Tina, lo suka sama dia?"
"Kalo iya kenapa?"
"Ya..... Gapapa, kan cuma nanya"Hari itu mungkin bukan hari kasih sayang buat gue, rasanya pengen cepet-cepet tutup toko abis itu pergi sama bunda, ternyata dia suka sama Tina, wajar aja sih, ngerangkai bunga aja pinteran Tina daripada gue, buat pita juga gue kadang masih suka kependekan sebelah. Gak ga mungkin apa-apaan ni gue ngomong kayak gini?
"Mba, Hallo?" Sambil melambaikan telapak tangannya di depan muka gue.
"Ah, iya kenapa"
"Mba ngelamun, ya?"
"Saya ojek online mba, mau ambil pesenan bunga dari pelanggan"
"Oh, iya mas maaf-maaf yah, sebentar boleh saya liat pesenannya yang mana yah?"
"Ini mba" sambil menunjukkan sepucuk kertas.
"Oke tunggu sebentar ya mas, saya ambil dulu kebelakang"Itu adalah pesanan bunga terakhir hari ini, aku memang sengaja ga buka ordean buat hari ini, aku ga mau bunda kecewa, karena aku sudah terlalu sibuk dan lagipula kami berdua mau makan malam setelah pulang dari makam ayah nanti, Ah semoga bunda suka dengan bunga rangkaianku hari ini, bunda tunggu aku yah.
"Bi, kamu dimana, sayang?" Berbicara lewat telepon
"Sebentar lagi bunda, ini udah mau pulang kok"
"Yauda, apa bunda susulin aja sayang ke toko?"
"Ga usa bun, ini udah selesai, bunda dandan aja yang cantik yah, kan mau ketemu sama ayah" aku tertawa.
"Kamu tu yah bisa aja, yauda bunda tunggu ya"
"Iya bun".Pemakaman hari ini tidak begitu ramai seperti tempat-tempat makan yang sedang dipadati para pasangan yang sedang dimabuk cinta merayakan hari kasih sayangnya, Ah baguslah, aku bisa lebih khusuk memanjatkan doa untuk ayah hari ini. Aku juga membawa bunga untuk ayahku, bunga mawar merah, itu bunga yang sering ayah kasih waktu masih pacaran sama bunda, dan bunda kalo udah dikasih bunga mawar merah sama ayah bawaannya seneng banget katanya. Soalnya dulu lagi musim-musimnya lagu Roma Irama kata ayah, yang judulnya "Sekuntum Mawar Merah", tapi ayah cuma kasih satu tangkai, kata bunda bukannya romantis sih sebenernya tapi ayah ngirit. Aku selalu tertawa jika sudah mendengar cerita ayah dan bunda tentang masa-masa pacarannya dulu, sekarang giliran aku dan bunda yang kasih ayah bunga, tapi ga satu tangkai, kita ga pelit kayak ayah. Aku tertawa, bunda juga.
"Ayah, Bi sama bunda pulang dulu yah, ayah suka kan sama bunganya?"
"Iya sayang pasti ayah suka"
"Bun, rasanya ayah selama hidup ga ada penyakit jantung, tapi kok ayah bisa kena serangan jantung ya, bun?"
"Emmm, sayang ga baik ngomongin ini di depan makam ayah kamu, nanti ayah sedih loh, yuk kita pulang udah mau magrib juga ini"
"Yauda deh, dah ayah" aku mencium nisan ayah, diikuti oleh bunda setelahnya.Kami mampir ke masjid terdekat, mengingat azan magrib sudah berkumandang, bunda tidak pernah memperbolehkanku meninggalkan shalat, katanya jika meninggalkannya sekali saja maka terputuslah rezeki kita. Habis dari shalat aku dan bunda menuju tempat makan yang cukup romantis untuk anak dan ibunya ini, di saat orang-orang berpasangan makan bersama, aku tetap setia dengan bundaku. Kami sudah sampai, tempat yang kupesan juga sudah disediakan.
Sekitar 10 menit makanan sudah datang, dan aku meminta pada pegawainya untuk membawakan bunga yang sudah aku sediakan untuk diberikan kepada bunda, alangkah terkejutnya bunda ketika mengetahuinya. Ia langsung memelukku dan mencium keningku.
"Makasih" katanya sambil menereskan air mata.
"Sama-sama bunda, udah jangan nangis bun malu diliatin orang"
"Iya yah" menghapus air matanya.Sembari menikmati makanan yang sudah kami pesan, tak lama ada seorang laki-laki yang wajahnya sudah tidak asing lagi, iya benar itu Si Cuek, ngapain dia kesini, ah mungkin dia mau ngerayain valentine sama pacarnya kali, eh peduli apa gue ngomong barusan.
Dia memesan meja tepat berhadapan dengan mejaku dan bunda, hanya saja mejanya sedikit menyerong ke arah kiri, namun tetap saja segala gerak-gerikku terbaca olehnya. Makanan ini tiba-tiba menjadi keras seolah susah untuk diangat hanya dengan menggunakan sendok dan garpu, tidak kenapa jantungku mulai berdebar seperti ini, lagian ngapain juga dia pesen meja tepat dihadapan mejaku, menyebalkan. Tapi, aku juga penasaran dia menunggu siapa disini, karena kulihat ia hanya datang sendirian, tidak bersama siapa-siapa.
"Hei" ia mengacungkan tangan kanannya kearah pintu
"Disini"ia memberikan kodeMataku refleks menengok kearah pandangannya, seorang wanita bisa dibilang masih dibawahku umurnya, menggunankan dress berwarna peach selutut, dengan sepatu heels warnanya senada dengan bajunya, tas tangan kecil di sebelah kirinya, dan makeup yang membuat mukanya menjadi lebih dewasa dari umurnya. Cantik. Mereka mulai cupika cupiki di depan gue, lalu wanita itu memeluk Si Cuek seakan sudah tidak bertemu cukup lama, lalu dia duduk, dan memesan menu yang ada.
"Sayang, bunda ke toilet sebentar yah"
"Iya bun, sebelah kanan yah"Mereka ngobrol seakan asik dengan dunia mereka sendiri, ketawa-ketiwi, sesekali dia melihat kearahku, matanya sangat tajam, aku nunduk dan pura-pura ngaduk makanan yang ada di mejaku. Entahlah, kali ini aku yakin wanita itu bukan ibunya. Jangan pikir aku cemburu ya, tidak. Aku cuma menebak-nebak saja, lagipula dia kan pelanggan tetapku, sedikit tau tentangnya tak apa bukan?
Aku dan bunda pulang duluan, sedikit tidak tahan berada disana, tiba-tiba seisi ruangan terasa panas, mungkin AC-nya mati. Ketika keluar dari pintu aku berpapasan dengan ibu-ibu yang sudah tak asing lagi, tapi aku lupa pernah menemuinya dimana, ketika ibu itu melihatku ia langsung berbalik dan memandang wajahku, sambil berkata " Kamu Bianka, kan?", namun belum sempat menjawab bunda sudah memanggilku dari dalam mobil, aku hanya mengangguk-anggukan kepalaku saat itu.
Di mobil aku mengingat-ingat lagi siapa ibu itu, lalu aku ingat ia adalah ibu-ibu yang datang bersama Si Cuek di toko saat itu, apa mungkin ibunya datang untuk diperkenalkan dengan wanita yang ada bersamanya tadi? Oke, baiklah aku tidak akan ikut campur sejauh ini, menyusahkanku saja.
Yang paling penting, hari ini berjalan dengan lancar. Bunda suka bunganya dan makanannya. Ya, itu saja.