Bagian 1

123 17 32
                                    

"Bye eomma, appa aku akan segera pulang setelah acaranya selesai nanti, berhati-hatilah"

"Hem, kau juga Soojung-ah" ayah Soojung melambaikan tangannya.

Belum lama mereka keluar dari plataran kampus Soojung sudah terdengar suara tabarakan yang memekakan telinga.

"BRAAKKK"

"Soojung-ah itu mobil yang ditumpangi kedua orang tuamu" banyak orang yang mengatakan padaku, tapi tubuhku seakan menolak untuk bergerak menghampirinya.

Lalu aku merasakan ada seseorang yang menarik tanganku dari belakang dan aku mengikuti langkah kakinya yang sedikit berlari sekarang mendekati kerumunan orang-orang itu. Dan benar itu mobil yang ditumpangi oleh kedua orangtuaku tapi keadaanya sekarang terbalik aku bisa melihat kedua orang tuaku dan sopirnya disana. Aku pun berlari mendekat kearah mobil tersebut tidak lagi memperdulikan teriakan orang sekitar memperingatkanku agar tak mendekat karena sekarang ada api disekitar mobil.

Tubuhku terjatuh lemas di jalanan melihat salah satu tangan eomma sudah tergulai lemas tak berdaya dan berlumur darah. Aku hanya memegangi terus tangan eomma dan terus memanggil namanya. Aku menagis sejadi-jadi aku tak tahu bagaimana ini bisa terjadi pada mereka.

"Hiks....Eomma......Appa.....hiks..."

Tak lama akupun mendengar suara sirine ambulan dan juga polisi mereka mendekat kearahku untuk mengevakuasi kedua orang tuaku dan sopirnya. Mereka membawaku menjauh dari mobil kedua orang tuaku. Tapi aku terus meronta tak mau menjauh dari mereka, tapi usahaku sia-sia karena ada 2orang yang mempunyai badan besar sudah mengangkat tubuhku menjauh.

"Aku tak mau menjauh dari kedua orangtuaku tuan, aku mohon",

"Tenanglah nona, kami akan menolong mereka sesegera mungkin. Jadi kami mohon untukmu tetap tenang",

"Apa kau bilang tenang, lihatlha keadaan orang tuaku sekarang", teriakku pada kedua orang itu.

"Tapi kalau kau masih tetap disana maka kau juga akan bernasib sama dengan orang tuamu nona, apa kau tak melihat api itu, huh? ", teriak pria itu tak kalah kencangnya.

"Soojung-ah, tenang lah ada aku disini", sehun berusaha menenangkanku sekarang. Aku pun terus menangis didalam pelukan sehun, dan hanya bisa melihat kedua orang tuaku dari kejauhan.

Mereka berhasil mengeluarkan tubuh eomma, mereka berusaha keras untuk mengeluarkan tubuh appa dan juga sopirnya karena tubuh mereka terjepit sebagian badan truk sekarang. Tapi api semakin membesar dan mulai menjalar.

Seketika aku mendengar suara intrusi untuk menjauh dari area kecelakaan, dan---

"BUMMM"

Suara ledakan pun terdengar sangat kencang. "Apppppaaaaaaa" teriakku. Aku mencoba meronta agar lepas dari pelukan sehun, tapi tubuh ini lemas tak mempunyai tenaga. "Sehun, appa. Appaaaaaaaaa". Aku terus memangil appa. Setelah itu aku merasakan tubuhku ringan seperti kapas yang melayang dan disekitarku menjadi gelap.

Entah sudah berapa lama Soojung selalu bermimpi tentang kecelakaan yang menimpa kedua orang tuanya itu. Dia terbangun dengan keadaan basah akan keringat dingin, tubuhnya bergetar. Nafasnya terengah-engah seperti habis mengikuti perlombaan maraton. Tangan Soojung menyambar gelas yang terletak di nakes samping tempat tidurnya tapi ternyata dia kurang beruntung karena, gelasnya kosong.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 20, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

- You - [ Slow Update ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang