Sebuah Ilmu

127 10 2
                                    

1

"Amell!!!" teriak ayah penuh dengan amarah. "Maafkan Amel ayah,Amel janji akan lebih giat belajar" kataku tertunduk penuh rasa takut. "Kau selalu saja begitu Amel!! berbicara manis tapi tidak bisa membuktikannya!! Mau jadi apa kau besar nanti Amel!!"---- Namaku Amel. Margaretha Amel Azzari. Aku siswi di smp n 01 nusa bakti. Sekarang aku duduk di kelas 7f. Hari ini adalah hari pembagian raport. Nilai ku selama selama 2 semester ini ada di benda itu. Ayah sangat marah kepadaku, karena tertera jelas ada 3 nilai di raport ku yang ditulis dengan tinta warna merah. "Ini akibatnya Amel!! Kau selalu saja sibuk dengan hendphone mu!!! Teman teman mu yang tak jelas itu dan party party yang selalu kau datangi!!!" Teriak ayah kembali. Kali ini aku benar benar takut dengan kemarahan ayah. Aku hanya bisa terdiam sambil menunduk. "Kenapa kau hanya terdiam Amel?! Kau menyesal? Semua sudah tidak ada artinya lagi! Segara masuk kamar untuk belajar Amel!!!" Bentak Ayah. Aku langsung berlari menaiki anak tangga untuk menuju kamar. Braakkk!!! Kubanting pintu dengan sangat keras. "Aaarrghhh!! Kenapa ayah selalu marah marah kepadaku. Aku tau ayah tidak menyayangiku!!" teriak ku dari kamar sambil terisak. Aku menangis. Ayah memang selalu seperti ini. Ia akan memarahi ku jika nilai ku jelek. Ya,aku hanya tinggal bersama ayah lebih tepatnya bersama ayah,mbok ijah,dan pak budi. Tanpa saudara bahkan tanpa seorang ibu. Ibu ku sudah meninggal saat aku ber usia 1 tahun. Aku tak tau pasti penyebab kematian ibu. Karena saat aku bertanya kepada ayah, ia selalu menjawab "ibu mu meninggal karena kecelakaan saat mengendarai mobil Amel".....…"apa saat itu Ayah tidak bersama Ibu?" tanyaku "sudahlah amel, kau tidak perlu memikirkan itu. Lagipula kejadian itu sudah 13 tahun yang lalu." jelas ayah beberapa hari yang lalu. Braakk!! Aku membanting semua benda yang ada di meja belajarku. Buku buku yang tadinya tertata rapi kini sudah berantakan di lantai kamar. "Huhuhuhu aku benci belajar! Aku benci sekolah! Karena itu semua aku selalu kena marah oleh ayah" kata ku sendiri, aku masih menangis. Kemudian ku rebahkan badan ku di kasur. Aku tak sadar kemudian terlelap tidur.
"Krrriiiiinnngggg!!!!" ponsel ku berdering membuatku terbangun. "Hoamm jam berapa ini?" tanya ku sendiri dalam hati. Aku melihat jam berwarna pink yang ada di dinding kamarku. Jarum jam menunjukkan angka 7 lebih 15 menit. Hah? Aku sudah tertidur 6 jam lebih. Aku segera menggapai ponsel ku yang dari tadi berbunyi. 'Kayla' nama itu terlihat jelas di layar ponselku. Aku segera mengangkat telepon dari nya. "Hallo kay? Ada apa" sapaku sambil bertanya "haii Amel!! Lo sibuk nggak? Gue mau ngundang lo nih di acara party kenaikan kelas yang di buat anak anak.. Lo bisa dateng kan pliss.." jelas Kayla. "Emm gue nggak tau kay. Tapi gue bakal usahain dateng kok. Alamatnya dimana kay?" kataku ragu. Ya memang aku masih ragu. Mengingat kemarahan ayah tadi siang. Ayah pasti tidak akan mengizinkan ku. "Oke mel.. Nanti gue sms in alamat nya!! See you" tut tut tut. Pembicaraan kita selesai. Kayla sudah menutup telepon nya.
Aku menuruni tangga dengan hati hati. Mataku terus berkeliaran kesana sini. Aku mencari ayah. "Dimana ayah?" pikirku bingung. "Non Amel sudah bangun?" sapa mbok ijah dari ruang tamu. Ia sedang membereskan bantal yang ada di sofa. Mbok ijah adalah asisten rumah tangga yang sudah bekerja selama 10 tahun lebih. Ia sudah ku anggap seperti ibuku sendiri. "Eh iya mbok, ngomong ngomong Ayah ada dimana ya mbok?" kata ku sambil melihat ke sudut sudut ruangan. "Tuan baru saja pergi ke luar kota Non, tadi sebenarnya tuan ingin berpamitan dengan non Amel,tapi tuan tidak tega membangunkan non Amel" jelas mbok Ijah "ohh begitu mbok, bagus deh kalau Ayah pergi" kata ku dengan puas. Itu artinya aku bisa ikut party sampai larut malam. "Tapi non, tuan berpesan kalau non Amel tidak boleh pergi malam ini.. Non Amel harus belajar" jelas mbok ijah lagi sambil mengelapi meja ruang tamu. "Emm,,, tapi mbok Amel sudah janji pada teman Amel kalau mau belajar kelompok malam ini" kata ku bohong. "Yasudah kalau begitu nanti saya akan menghubungi tuan Darwin"......... "Emm itu mbok..nggak usah.. Nanti takutnya mbok ijah malah mengganggu pekerjaan ayah.. Biar Amel saja yang menghubungi." ...... "Yasudah non"
"Yeeeesss!!!" di kamar aku teriak kegirangan "akhirnya aku bisa party.. Horeeee!!!"

Aku segera mempersiapkan diri. Aku  masuki kamar mandi. Selesai mandi aku memilih gaun pesta yang ada di lemari ku. Akhirnya kuputuskan untuk memakai gaun berwarna biru. "Amel amel kau sangat cantik!" guman ku sendiri sambil berputar di depan cermin.
   Jam kamarku menunjukkan pukul 21.00 aku segera berangkat ke alamat yang sudah di beri kayla. Tentunya degan diantar sopir pribadi ku yaitu pak Budi.
Sesampainya di Kafe aku langsung bersenang senang dengan teman teman ku. Kita menari bersama sambil berteriak "yeeyy kita naik kelas!!" Ya itu benar, kita memang naik kelas, tapi tidak dengan nilai yang memuaskan. Yang jelas aku tak peduli dengan itu. Lampu warna warni menerangi kafe ini sungguh indah, apalagi dengan di iringi musik rock, sungguh menyenangkan dibandingkan dengan belajar. Aku terus menari nari bersama teman teman ku, sampai aku tak sadar jam di ponsel ku sudah menunjukkan pukul 23.30. Aku memutuskan untuk pulang lagipula aku juga sudah lelah. Aku segera menelpon pak Budi untuk menjemputku. Tak lama pak Budi datang. Aku segera pulang.
   Sesampainya di rumah aku langsung menuju kamar untuk tidur. Kepalaku sangat sakit.
     Kringgg!!! Kringgg!!!! "Brisikk!!" Duakk!!! Aku segera membanting jam weker yang mengusik tidur ku. Seketika jam itu langsung mati. Aku melanjutkan tidur ku. "Amellll!!!!" tetiak Ayah. "Kyaaa!" aku kaget. Aku lansung bangun dari tempat tidur. "Bukan kah Ayah di luar kota?" pikirku. Braakkk!!! Ayah membanting pintu kamar ku lalu ia masuk. "Jam berapa ini Amel? Sudah jam 10.00 kau baru bangun? Memalukan saja! Seharusnya kau membantu mbok ijah memasak di dapur Amell" hufftt.. Sebal sekali, pagi pagi seperti ini Aku sudah kena marah. "Memang nya kenapa sih yah? Lagian sekolah Amel kan sudah libur.. Jadi nggak salah dong kalau Amel menikmati libur dengan cara tidur di kamar" Elak ku sambil kembali berbaring di kasur. "Amell!! Kenapa kau memakai gaun pesta?" tanya Ayah tiba tiba. Seketika aku langsung terkejut. Aku harus menjawab apa? Mana mungkin aku jujur. Pasti Ayah akan memarahiku.
------------tunggu kelanjutannya sobat. Jangan lupa vote and coment ya------------

Sebuah IlmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang