Sebuah Ilmu

76 6 0
                                    

                                  2
"Amell!! Kenapa kau memakai gaun pesta?" tanya Ayah tiba tiba. Seketika aku langsung terkejut. Aku harus menjawab apa? Mana mungkin aku
jujur. Pasti Ayah akan memarahiku.
-------------------------------------------------------------

"Emm itu yah.. Tadi malam aku.. Cuma nyoba nyoba baju saja.. Eh tiba tiba aku ketiduran sambil memakai gaun ini" jawab ku sambil menggaruk leher ku yang tidak gatal. Aku berbohong. Aku harus bagaimana ini? Tadi malam aku tidak pamit kepada Ayah. Apa aku harus jujur kepada Ayah. Aku takut.
"Sudah lah Amel kau jangan coba berbohong kepada Ayah! Pasti tadi malam kau pergi ke party lagi?! Iya kan?! Apa untungnya kau pergi kesana Amel!!"

Aku hanya terdiam. "Kau ini anak perempuan Amel! Tidak semestinya kau keluar malam malam! Sudah berapa kali Ayah bilang! Jangan pernah datang ke party lagi! Memalukan sa....."

"Stop Ayahh!!!!! Mengapa Ayah selalu marah marah kepada Amel!? Amel sudah besar yah! Amel punya kehidupan sendiri. Sama seperti Ayah! Ayah selalu sibuk bekerja, tak ada sedikit pun waktu yang bisa ayah habiskan bersama Amel. Betul kan yah?" Kataku memotong pembicaraan Ayah. Aku sudah muak dengan semua ini. Tak sadar aku meneteskan air mata. Aku rindu Ibu. Tiba tiba aku memikirkan Ibu. "Hiks hiks aku rindu I-I-Ibu" kata ku pelan sambil terisak. "Maaf kan Ayah Amel, Ayah memarahimu karena Ayah sangat menyayangi mu. Dan Ayah bekerja hanya untuk mu Amel. Maafkan Ayah." kata ayah dengan pelan. Ia mencium kening ku kemudian keluar dari kamar.

"Ibu aku sangat merindukan mu" Aku masih menangis.

      Aku berjalan dengan hati hati menuruni Anak tangga. Dari atas aku melihat Ayah sedang duduk di ruang tamu. Sikap Ayah sangat dingin. 'Apakah Ayah tersinggung dengan ucapan ku tadi?' batin ku dalam hati. Aku merasa bersalah. Sekarang aku sedang duduk di depan Ayah. Aku bingung harus memulai pembicaraan.'Apa aku harus meminta maaf?'

"A-ayah.. A-apa ucapan Amel tadi membuat Ayah tersinggung? Jika memang begitu maafkan Amel yah" kata ku dengan hati hati, aku tak mau membuat Ayah tersinggung lagi.
"Tak apa Amel, sudah lah lupakan masalah tadi" jawab Ayah santai sambil tersenyum.
"Baiklah Ayah, kalau begitu Amel minta izin, Amel mau pergi ke mini market biasa" pamit ku lalu bangkit dari sofa.
"Tunggu Amel, Ayah mau berbicara penting dengan mu" kata Ayah
"Duduk lah Amel" Lanjutnya
     Aku menuruti perintah Ayah. "Ada apa Ayah?" tanyaku penasaran.
"Amel, kau tahu Ayah akan di kirim ke luar negeri oleh kantor Ayah, jabatan Ayah naik Amel, oleh karena itu tempat kerja Ayah pindah ke Singapore" jelas Ayah sambil menatap mataku. Tatapan Ayah sangat dalam, tapi menampakkan raut kesedihan.
"So? Kenapa Ayah harus bersedih? Amel sangat senang jika kita pindah rumah ke Singapore. Amel tidak sabar Ayah, Amel akan sekolah di sana...kapan kita akan berangkat ke Singapore Ayah?" Aku sengat senang memdengar ucapan Ayah. Itu artinya aku akan pindah ke luar negeri. Aku akan mempunyai rumah baru, sekolah baru dan tentunya kamar baru. Di sekolah baru ku nanti aku akan memakai seragam dan rompi warna hitam legam. Sungguh indah aku sudah tidak sabar ke sana. Dan di Singapore aku akan di panggil dengan nama Margareth, karena nama Amel terlalu kampungan. Aku bemci itu. Aku membayangkan itu semua sambil meringis. Aku sudah tidak sabar.

"Amel, Kamu tidak ikut Ayah ke singapore" kata Ayah datar. Sontak aku langsung terkejut.
"Apa?! Maksud Ayah apa bicara seperti itu? Apa Ayah tega meninggal kan Amel di sini sendiri?" Aku sangat panik. Aku akan di tinggal Ayah?

--------------oke guys tunggu kelanjutannya ya.. Jangan lupa vote and coment------------------------+

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sebuah IlmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang