Kaminaga x OC

154 15 38
                                    

.

Joker Game © Koji Yanagi
That Morning © Yuzu Nishikawa
[Kaminaga x OC! Lucifenia Vessalius]

'FF ini ku dedikasikan untuk Vessalius04'

Don't Like, Don't Read!

Enjoy it!
.
.


Sinar mentari pagi menembus masuk melalui celah gorden sebuah kamar pemuda yang sedikit terbuka, seolah meminta sang pemilik ruangan untuk membuka mata, ditambah nyanyian merdu burung gereja yang berada di pohon luar kamarnya.

Kaminaga, pemuda bersurai coklat yang masih mengelung tubuhnya dari balik selimut bergerak tak nyaman akibat terpaan sinar mentari. Matanya menyipit terbuka, masih membiasakan diri menerima cahaya masuk Indra penglihatannya. Ia beranjak bangun dan duduk, menatap selimut yang kini hanya menutupi kakinya dengan pandangan kosong karena sebagian nyawanya masih berada di dunia mimpi.

Mimpi, ahh benar juga.

Bibir yang tadi membentuk garis lurus kini tertarik keatas. Ia tersenyum, senyum yang begitu lebar hingga mungkin bisa merobek pipinya, mengingat betapa indah mimpinya tadi membuatnya memulai hari dengan senyum lebar yang terlihat menyeramkan.

Lucifenia Vessalius.

Nama gadis yang muncul di mimpinya. Gadis yang menjadi pujaan hatinya, yang sayangnya harus terpisah karena mereka berbeda benua.

Gadis yang dikenalnya setahun lalu saat dirinya menjadi siswa pertukaran pelajar di negeri London. Gadis yang merupakan sepupu dari sahabatnya di London. Gadis yang membuatnya jatuh hati, tapi sayang ungkapan hatinya tak tersambut.

Sudah tak terhitung berapa kali Kaminaga memberi kode pada gadis manis tersebut, tapi tak ada satupun kode yang terpecahkan. Apakah kode pendekatan yang digunakan Kaminaga terlalu rumit? Rasanya tidak. Ia hanya bersikap seperti biasa, mengucapkan berbagai macam pujian manis pada gadis tersebut layaknya ia memperlakukan wanita yang lain.

Sampai akhirnya ia nekat mencurahkan isi hatinya tapi tetap saja gadis itu tak menanggapi kode pendekatannya.

Mereka dekat, tapi dekat layaknya sahabat. Kaminaga meringis mengingatnya.

Ia menyambar ponsel pintarnya diatas nakas samping ranjangnya, jarinya bergerak lincah mengetik layar sentuh ponsel tersebut membentuk untaian kalimat.

'Good morning Vessa-chan :D hei, hei apa kau tau tadi aku tadi bermimpi sangat indah dan aku ingin menceritakannya padamu.'

Ponsel diletakan kembali diatas nakas, Kaminaga meraih botol minum disebelahnya dan menenguknya hingga tandas.

Ponselnya berbunyi, lampu diatas berkedip tanda ada notifikasi chat masuk. Kaminaga mengambil ponsel tersebut dengan berbunga-bunga, tak disangkanya sang gadis akan segera membalas pesannya.

'Kaminaga apa kau tau perbedaan jam antara London dan Tokyo? Ini masih tengah malam untukku mengucapkan selamat pagi!'

Kaminaga menepuk dahinya keras, ia lupa perbedaan 9 jam antara tempat tinggalnya dengan tempat tinggal si gadis. Dengan cepat ia segera membalas pesan tersebut.

'Maaf Vessa-chan, apa aku menganggu tidurmu? D: kalau begitu aku akan menceritakan lain kali.'

Tidak butuh waktu lama Kaminaga sudah mendapatkan kembali jawaban pesannya.

'Tidak, kebetulan aku baru mau tidur. Kau bisa menceritakannya padaku, seperti apa mimpimu itu.'

Kaminaga tersenyum kembali ketika mengingat mimpinya itu, dengan cepat ia mengetik huruf-huruf di ponselnya membentuk cerita.

'Aku bermimpi, disebuah kebun yang memiliki bunga-bunga cantik, kau mengenakan wedding dress yang kontras warnanya dengan bunga-bunga ditempat itu, dan aku mengenakan tuxedo putih :D banyak teman-teman kita disana, lalu aku tak tau apa yang mereka katakan tapi dapat kulihat senyum bahagia dari wajahmu yang cantik Vessa-chan. Hei, jika dimasa depan mimpiku itu terwujud, bagaimana menurutmu? :D'

.

'Hei, jika dimasa depan mimpiku itu terwujud, bagaimana menurutmu? :D'

Kode keras.

Gadis bersurai hitam dan bermanik biru muda itu membaca pesan dengan mata setengah terpejam. Walau matanya mengantuk tapi bibirnya tersenyum merasa senang karena mendapat pesan dari pemuda itu. Ia mengerti maksud dari pertanyaan yang pemuda itu kirimkan padanya. Ia bukannya tak peka, ia hanya mencoba menjaga komitmen yang sudah dijanjikan pada dirinya sendiri, bahwa ia tidak akan menjalin hubungan spesial dengan pria manapun selama ia masih mengenyam pendidikan di bangku sekolah menengah atas.

Ia juga tidak membenci pemuda itu, justru ia pun balik menyukai pria tersebut, tapi sekali lagi komitmen yang sudah ia janjikan pada dirinya sendirilah yang membatasi dirinya dengan pemuda itu; lupakan fakta jika mereka berbeda negara saat ini.

Matanya yang setengah terpejam menatap ponsel dengan tidak fokus, pikirannya melayang bingung jawaban apa yang harus ia berikan sebagai balasannya. Ia tidak mau memberi jawaban yang dapat menumbuhkan harapan atau mematahkan harapan pemuda itu sekarang. Ia ingin memberikan jawaban yang netral.

"Entahlah..." ucapnya melirihkan jawaban yang mungkin pas untuk balasan pesan pemuda itu.

Ia berusaha membuka sedikit matanya, menatap layar ponselnya dengan pandangan buram dan tidak fokus, lalu mengetik balasan yang sudah ia pikirkan.

Setelah menekan tombol enter, ia tersenyum puas. Rasa kantuk yang menyerang membuatnya menyerah untuk membuka mata dan ia mulai terlelap menuju dunia mimpi.

.

Bunyi notifikasi masuk ke ponselnya. Kaminaga yang tengah push up dikamarnya sebagai media olahraga pagi, langsung mengambil posisi duduk bersila menyandar pada ranjangnya, dan mengambil ponselnya untuk membaca balasan dari sang pujaan hati.

Senyum lebar yang merekah diwajahnya perlahan memudar. Bagai tersambar petir di pagi hari yang cerah, Kaminaga merasakan rasa sakit bukan hanya di hatinya tapi diseluruh tubuhnya.

'Enyahlah Kaminaga.'

Dua kata yang menjadi balasan dari sang pujaan hati, membuat hari cerah Kaminaga seperdetik kemudian menjadi hari suram yang gelap. Bagai batu karang yang  dihantam ombak dilautan, hati kaminaga mulai terkikis sedikit demi sedikit.

"Hei kak, mau sampai kapan kau tidur? Cepat bangun dan turun sarapan!"

Gadis bersurai senada dengannya membuka pintu kamar tanpa permisi. Kaminaga menatapnya dengan wajah sendu seraya merentangkan tangan dan berkata,

"[Name]-chan kakak butuh pelukan darimu."

Gadis yang tingginya terpaut 10cm itu menatap datar sang kakak dan menutup pintu kamarnya tanpa permisi seraya berucap,

"Enyahkan niatmu itu lalu turun habiskan sarapanmu."

Dua kali penolakan dari dua gadis yang disayangi olehnya hanya dalam kurun waktu 5 menit. Boleh Kaminaga menangis sekarang?

Fin
.

Inspirasi cerita kudapat saat chattingan dan hampir aja salah ketik wwww

Kenapa ku pake OC? Karena dari awal ceritanya memang ku buat untuk Vessalius04 di atas FF Lemonnya //ga

Sorry for error and typo.

Well, see ya~

.
Yuzu Nishikawa
11 November 2016
.

That MorningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang