"Kamu lagi dimana, Sar?". Sebuah pesan singkat pertama yang kubaca saat aku baru saja menyalakan handphone. "Hmm 10 missed call". Batinku. Dengan segera aku menelpon balik kepadanya. Kepada Kenda.
"Halo sayang, maaf HP aku mati dari pagi. Ada apa?".
"Ada apa? Kamu yang ada apa? Kenapa tiba-tiba ngilang?". Nada suaranya terdengar panik. Tapi dari jarak sejauh ini aku bisa merasakan wajahnya yang tenang dan matanya yang menyejukkan.
"Ciyeee panik ya? Nyariin ya?". Kataku sambil tertawa terkekeh.
"Ih malah ngeledek. Kamu kenapa?".
"Hemm kamu yang kenapa? Tumben banget nyariin aku kayak gitu. Biasanya cuek banget".
"Mulai deh kamu bahas masalah itu lagi. Katanya mau aku berubah, giliran aku berusaha perhatian kamunya malah begitu".
"hehehe ya akunya jadi bingung aja".
"Ah kamu mah serba salah. Cowok selalu salah. Aku sebel".
"Dih emang gitu kan? hahaha".
"Udah jangan ketawa. Jadi, kamu kemana seharian ini?".
"Hehehe maaf-maaf. Hmm aku hari ini hmmm......". Aku melihat ke arah tas merah yang tergeletak di kasur. Tas yang baru saja aku dapatkan dari seorang sahabat sebagai hadiah karena mendapat pekerjaan baru. Iya sahabatku, Haidar.
"Sarah.... Kok diem? Jawab dong....".
"Eh.... hmm aku sebenernya gak kemana-mana. Tapi emang lagi pengen ngilang aja. Sengaja. Biar kamu nyariin aku hehehe".
"Iiiiiiiih sampe segitunya. Aku panik tau!". Kenda terdengar sangat kesal sekaligus terasa lega karena menurutnya aku baik-baik saja. Tidak ada sesuatu yang buruk terjadi padaku hari ini.
"Maaf, kamu kalo gak digituin kan mana pernah perhatian sama aku".
"Tau ah. Jangan begitu lagi yah. Aku kan udah bilang aku bakalan berubah. Aku gak mau jadiin kamu pengemis perhatian lagi. Gak perlu ngilang supaya dicari. Jangan bikin panik lagi yah".
"Hmmm Kenda.......".
"Kenapa? aku salah ngomong ya......?". Tanya Kenda lemah. Terasa sekali ia seperti ketakutan salah bicara. Tapi sebenarnya bukan karena itu, bukan.
"Hmm bukan". Jawabku singkat.
"Trus kenapa?".
"I love you, Kenda. I love you". Kalimatku diiringi air mata yang mengalir deras ke pipi. Bibirku bergetar menahan tangis yang lebih hebat, tapi aku masih berusaha berbicara. Kukatakan berulang kali, "I Love you".
"Sarah....... kamu nangis? Maaf, aku salah ya?".
"I love you".
"Sar........".
"I love you".
"I love you too, Sarah... Jangan nangis lagi....".
"Aku tidur dulu yah. Selamat tidur Kenda. I love you". Aku sudah tidak bisa menahan lagi untuk menangis. Tanpa menunggu Kenda bicara lagi, segera aku putuskan sambungan telpon dan melemparnya ke atas tempat tidur. Aku lirik tas merah yang masih tergeletak itu lalu aku lempar ke arah lemari. Dan........ aku menangis sejadi-jadinya. Maaf Kenda, hari ini aku bukan sengaja menghilang darimu. Tapi aku memang secara tidak sadar menghilang karena aku sedang bersama Haidar. Hari ini Haidar mengajakku bertemu. Kami tidak membicarakan perihal lamaran, Haidar hanya ingin memberikanku hadiah. Tapi, seharian. Ya, seharian. Dan aku begitu menikmati momen bersama Haidar hari ini, bahkan sepertinya aku melupakanmu untuk sejenak. Maaf Kenda. Maaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite Pain
RomanceLuka. Sakit? Iya. Tapi bagaimana jika aku menyukai rasa sakitnya? Semacam candu yang membuat aku ingin merasakannya lagi, lagi dan lagi. Semacam racun mematikan tapi tidak membuatku langsung mati, hanya membuatku merasakan sakit berkepanjangan hingg...