Walk Away (First Part)

74 11 0
                                    

Namaku Taria Vanessa. Panggil saja Aria.

Kalian mungkin tahu siapa aku. Wajahku sering muncul di televisi, membintangi film-film pendek dan berbagai macam iklan. Kadang juga menghias beberapa sampul majalah. Memang, tidak begitu terkenal, dan menjadi orang terkenal bukanlah mimpiku. Aku ingin mengikuti keluarga besarku, yang hampir semuanya berprofesi sebagai dokter. Tidak ada salahnya, kan?

Jika kalian mengenalku, maka kalian pasti juga mengenal Reyama Aditya. Dipanggilnya Rama. Dia sering menjadi lawan mainku di film pendek, lalu sering membintangi iklan denganku. Begitu juga dengan majalah. Kami sering mendapat tawaran yang sama.

Dia temanku sejak kecil. Kalian akan mengerti betapa dekatnya kami kalau kalian melihat albumku. Disana dipenuhi foto-fotoku dan Rama. Mulai dari berenang, main sepeda, petak umpet, polisi maling, dan masih banyak kegiatan-kegiatan kami di sore hari. Dulu.

TK yang sama. SD yang sama. SMP yang sama. Tetapi, saat SMA, masa-masa yang paling indah, Rama mendadak pergi.

Intinya dia pergi, pergi ke benua lain. Aku serius. Dia pindah ke Amerika. Sejak saat itu, kami langsung hilang kontak, dan tidak pernah bertemu lagi.

Oke, cukup sampai disana cerita tentang Rama. Aku cukup muak karenanya, karena ia pergi tanpa mengatakan apapun padaku. Dan ia juga pergi setelah terjadi sebuah masalah diantara aku dan dia.

Tentang masalah itu, nanti aku jelaskan.

Jadi, dimasa SMA ini, aku akhirnya memiliki pacar. Kalian pasti bisa menebak, dengan adanya Rama disampingku dari TK, semua orang mengira kami pacaran. Jadi setelah Rama menghilang tanpa kabar, ada seseorang yang mendekatiku. Namanya Ramadhantio. Untung saja, nama panggilannya bukan Rama. Ia dipanggil Tio.

Jadi, dia pacarku.

Tio selalu memberikan seluruh perhatiannya padaku. Meskipun aku tidak pernah meminta apapun padanya, dia selalu menuruti apa yang aku mau. Aku sangat-sangat menyayanginya, tetapi tampaknya Tio menyayangiku lebih. Aku tidak seperti itu. Jauh di dalam hatiku, aku masih mengharapkan Rama. Setidaknya dia harus kembali, menemuiku. Kalau dia sudah memiliki pacar disana, ya sudah. Tetapi seperti yang aku katakan tadi, aku hanya ingin dia kembali, bertemu denganku, lalu membicarakan masalah itu.

 Aku akan menceritakan masalahnya.

Waktu itu, aku dan Rama masih kelas sembilan, atau tiga SMP. Kami sedang menjalani pemotretan untuk sampul majalah. Aku dan Rama memakai seragam sekolah. Bukan seragam SMP yang putih biru, melainkan seragam sekolah swasta, yang juga seperti di luar negeri. Rok pendek diatas lutut, kemeja putih dengan dasi yang manis. Sedangkan Rama mengenakan kemeja putih dan dasi yang berwarna sama hanya saja berbeda model, lalu celana panjang. Ketika itu, fotografer mengatakan kami harus lebih mendekat lagi. Posisi itu lumayan membuatku risi, karena kami saling berdiri berhadapan. Lalu, karena Rama sedikit lebih tinggi, aku harus sedikit menengadah. Aku melupakan apa tema majalah itu, tetapi setelah pemotretan ini, aku semakin takut untuk pemotretan majalah.

Di tengah-tengah pemotretan, Rama berkata, "Aria, nanti ada yang mau kubicarakan denganmu."

"Oke."

Setelah beberapa kali difoto, Rama diminta untuk berganti. Dan model laki-laki yang baru menggantikan posisi Rama. Posisinya bahkan lebih meresahkan. Aku sangat risi dengan keadaan itu. Model laki-laki yang lain ada banyak, sedangkan model perempuannya hanya aku sendiri. Rama hanya menonton di belakang dengan wajah datar. Tampaknya dia mengerti apa yang aku rasakan. Aku sangat tertekan saat itu.

Setelah beberapa kali model laki-laki itu berganti, akhirnya sang fotografer menghentikan pemotretan.

"Hei, Taria! Senyum dong! Wajahmu yang biasa kemana?!"

Walk AwayWhere stories live. Discover now