Ketukan-ketukan Jiwa bagi Para Penuntut Ilmu dari Kisah Lika-liku Perjalanan Sal

111 2 0
                                    

Ilmu adalah sebaik-baik bekal yang diraih oleh seorang hamba dari majelis-majelis ulama dan orang-orang yang berilmu. Dalam meraihnya, seorang pencari ilmu harus mengerahkan dan mengorbankan segala kemampuannya. Lika-liku mencari ilmu tidaklah semulus dan semudah apa yang kita bayangkan, bagaikan sampan kecil yang mengarungi samudera luas yang tiada bertepi dan penuh dengan terpaan ombak, angin dan badai yang terkadang siap menghempas sampan dan pengendaranya.

Siang hari kemarin (25/07/2015), tepatnya pukul 10:00, Panitia Dauroh dan Tablig Akbar Nasional Wilayah Makassar-Sulsel 1436 H mengadakan rapat paripurna dalam mempersiapkan segala yang diperlukan dalam menyambut para pencari ilmu.

Di sela-sela rapat, disampaikan bahwa para penuntut ilmu dari berbagai daerah di Sulawesi akan berdatangan dan berbondong-bondong ingin menghadiri majelis ilmu ‘Dauroh & Tablig Akbar Nasional’

Tidak kalah semangatnya para ustadz dan ikhwah (kaum muslimin) dari luar Sulawesi sudah melakukan registrasi dan persiapan berangkat ke Negeri Makassar –semoga Allah menjaganya dari segala keburukan-.

Berita yang sampai kepada kami, mereka yang akan hadir dari Aceh, Jakarta, Jawa, Papua, dan lainnya.

Kepada mereka, kami ucapkan :

أَهْلاً وَسَهْلاً وَمَرْحَبًا بِطُلاَّبِ الْعِلْمِ

Kedatangan mereka membuat ahlus sunnah di Makassar amat berbahagia menyambut para pencari kebaikan itu –semoga Allah membalasnya dengan kebaikan dan berkah-.

Sekadar memberikan nasihat penggugah jiwa, kami tuliskan untuk para saudara fillah yang menghadiri dauroh masyayikh tahun ini, di Kota Makassar, dan lainnya. Semoga saudara fillah mendapatkan siraman jiwa yang menumbuhkan semangat.

Ikhwah (saudara) fillah sekalian, meninggalkan kampung halaman, rumah, keluarga, dan handai tolan merupakan perkara yang berat bagi jiwa manusia. Sebab, kepergian itu akan menjadi beban pikiran bagi seseorang dalam hal keluarga, panjangnya perjalanan dan kondisi yang akan dia hadapi dalam perjalanan atau keadaan susah-senang yang yang ia akan rasakan di negeri orang.

Seorang penuntut ilmu dan pencari kebaikan tidak akan mampu meraih ilmu yang ia kejar, kecuali ia harus bersusah payah dengan mengerahkan tenaga, pikiran, waktu, harta, bahkan jiwanya siap dikorbankan.

Tidak ada yang dapat meraih berkahnya ilmu, kecuali dengan pengorbanan dan kesabaran yang mengiringi langkah-langkah kakinya dalam menapaki jalan-jalan ilmu. Segala penderitaan dan gundah gulana dalam mencari ilmu tak akan terasa indah dan manis, melainkan si pencari ilmu harus bersiap menghadapi segala cobaan yang akan menerpa dirinya. Ia jadikan segala rintangan sebagai pemanis langkahnya dan kenangan indah yang memompa semangatnya.

Seorang pencari ilmu yang jujur mencari ilmu, harus mengingat dan menulis dalam benaknya sebuah ucapan masyhur dari seorang ulama tabi’in yang benama Abu Nashr Yahya bin Abi Katsir Al-Yamamiy (wafat 132 H) -rahimahullah-, saat beliau berkata,

لاَ يُسْتَطَاعُ الْعِلْمُ بِرَاحَةِ الْجِسْمِ

“Ilmu itu tak akan mampu diraih dengan kesantaian (kenyamanan) badan.” (Atsar Riwayat Muslim dalam Shohih-nya (no. 612)]

Dari awal keberangkatan, ucapan ini harus terngiang-ngiang dalam benak si pencari ilmu agar segala kesusahan dan penderitaan yang ia alami dalam perjalanan pergi atau pulang ke kampung, akan terasa ringan.

Ketahuilah, ilmu tak akan datang kepadamu begitu saja, tanpa engkau memberikan kepadanya “sebuah mahar berharga” berupa pengorbanan yang merupakan lambang keikhlasan atas kecintaanmu kepada ilmu. Tidakkah engkau membayangkan seorang pemuda yang mengidam-idamkan seorang wanita sholihah yang akan ia persunting untuk menjadi pengantar dirinya menuju alam bahagia ‘surga’ yang penuh kenikmatan. Kamu akan melihat pemuda ini akan bersusah payah, pagi sampai sore banting tulang untuk mengumpulkan harta untuk membeli sebuah mahar yang ia akan berikan kepada calon pendampingnya.

Ilmu Dalam Pandangan IslamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang