1

2.2K 209 36
                                    

.
.
.

Hunter X Hunter © Yoshihiro Togashi

Rate: Saya mau bilang ini K+, tapi ya ... Mungkin ini T(?)

Warning: Kind of AR, Killua mungkin OOC, dan ini menjurus Sho-ai, tapi lebih ke temen posesif. So what--;;;
.
.
.

. I .

Dulu ... Ketika latihan--siksaan-- yang ia terima melebihi dari batas yang bisa ia terima, pikirannya adalah tempat mundur yang aman baginya.

Killua masih ingat, ketika dulu ia mencari suatu tempat di mana ia bisa menyendiri hanya dengan pikirannya. Dan ia bisa tenang kembali.

Sekarang, di tengah hamparan rerumputan tinggi dan suara kecil yang hanya berasal dari hembusan angin kecil dan gemerisik dedauan, bisik-bisik kecil yang berada di pikirannya terasa seperti neraka.

Ada sebuah bagian di dirinya yang masih belum bisa melepaskan masa-masa kecilnya. Bagian yang tak pernah disentuh oleh keluarganya, dan baru Killua sadari ketika ia bersama Gon.

Sebuah bagian yang mengiginkan hidup penuh tawa dan kebebasan dan kebahagiaan--dan tidak terkekang dan kelam dan penuh tuntutan.

Killua hanya belum sadar betapa bergantungnya ia kepada Gon.

Ketika Gon--Gon ... Temannya, sahabatnya (dan segalanya baginya) --sekarat, (nafasnya tak teratur, jedanya terlalu lama, organnya, tubuhnya--) loncatan pikiran di dalam kepalanya membuat ia gila.

Killua merasa dunianya hancur. Dan mungkin lebih baik dunia hancur saja. Karena Killua tak mampu membayangkan kehidupan tanpa Gon. Karena Gon adalah cahayanya. Penerangnya. Dan lebih dari itu Gon adalah satu dari sedikit orang di dunia ini yang bisa membuatnya bahagia--(karena, Alluka, adiknya yang ia cintai telah direnggut darinya, dan ia tak bisa berbuat apa-apa. Terlalu lemah dan ketakutan)--

Dan Gon, dengan senyum cerahnya, cara pikirnya, dan cara ia bertingkah, jauh lebih mempesona dibandingkan ribuan bahkan milyaran manusia di bumi ini.

Dan Gon jugalah orang pertama yang meraihnya, dan memperjuangkannya (Karena kau adalah temanku, Killua!), dan terus bersamanya.

Karena Gon adalah satu dari sedikit manusia langka di bumi ini (terlalu naif atau berani, barang kali keduanya), yang tetap menerima Killua dan mempercayainya sepenuh hati meski ia tahu bahwa Killua adalah pembunuh, dan oleh karena itu bisa membunuh orang kapan saja.

Waktu mereka bersama tak selama waktu yang ia habiskan dengan keluarganya. Tapi Gon, keberadaan Gon lah yang membuat ia bahagia. Killua bisa menghitung dengan jari tangannya berapa banyak tawa yang pernah ia keluarkan di dalam lingkup keluarga Zoldyck.

Dan Killua tak pernah bisa membayangkan Gon mengkhianatinya. Baginya kata berkhianat dan Gon memang tak cocok berada di dalam satu kalimat.

. II .

Setelah itu, semua yang terjadi bagai rentetan scenario yang sama sekali tidak ingin ia ulang. Setiap detik terasa seperti siksaan. Karena, oh God, bagaimana jika ia terlambat barang sedetik dan Gon tak akan terselamatkan?

Too TightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang