Satu

13 2 1
                                    

" kenapa lo telat? ". Dias menutup buku catatannya lalu membersihkan mejanya yang sudah mulai berantakan.

Yang ditanya tidak merespon sama sekali. Ia masih saja asik menulis tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya. " idih ditanya juga ".

" Diasss!!! Ini angka 5 atau huruf s, sih??". Ava melepas headsetnya lalu beralih menatap Dias yang sudah mau beranjak pergi dari tempatnya.

Dias menoleh lalu kembali mendekat ke bangkunya. "Kampret monyet! Pantes aja gak jawab orang di buntu".

" Lo kalo nulis bener dikit kek ". Ava menunjuk tulisan pada buku Dias.

" Rabun! Tulisan bagus gini gak bisa baca ".

" Ambigu iye".

" Ini 5, bukan s. Gini aja bingung. Mangkanya dateng pagi. Uda nyalin tugas komen". Ava tidak memperdulikan ucapan Dias, tanpa aba aba ia langsung mengambil alih buku dari tangan Dias.

" Thankyou!!!". Ava kembali duduk di tempat duduknya. Saat menyadari kedua temannya tidak lagi bersuara. Ia mendongak menatap sekitar. " Eh!! Kalian mau kemanaaa woyy!!!".

"Sialan gue ditinggalinn!!!". Seperti biasa gadis itu kembali menulis dengan sangat cepat. " Gue belum sarapan astagaa!!".

*****

" Ganas". Ica menatap Ava yang sedang makan nasi campur dengan begitu lahap. " Gak makan berapa tahun sih?".

Ava mengambil botol minum Ica lalu meneguknya. " Hwee kenyang". 

" Btw lo kenapa telat?". Dias menoleh kearah Ica. Sama seperti hal sebelumnya gadis itu tidak merespon. " emang minta di gorok si Ava". Dias membuka snacknya. " Gue tadi juga nanya eh dia malah di buntu kupingnya".

Ava mengendus sebal. " Gue masih minum. Ntar keselek. Tadi gue gak denger ya lo nanya gituan".

Dias memutar kedua bola matanya malas. " Ibuk gue yang telat bukan gue. Lagian uda lama juga gue gak telat jadinya gue nostalgia deh".

Ava mengedarkan pandangannya menatap sudut kelasnya. Sepertinya guru fisika nya sudah memasuki kelasnya.

" Eh kayanya pak Edi-" ucapan Ava tiba tiba saja menggantung ketika matanya menatap seseorang.

Dias dan Ica saling menatap.

" Sumpah lo demi apa pak Edi gak masuk?". Ica membungkam mulut Dias dengan tangannya.

" Eh wajah lo kenapa jadi serem gitu?" Dias menatap sekelilingnya mencoba mencari objek yang sedang diperhatikan oleh sahabatnya itu.

Senyum Ava seketika mengembang. " Anjirrr ituu cowo yang tadi pagi ketemu sama guee!!! Ganteng bangeeettt".

Mata Ica dan Dias membulat dengan sempurna. " Jadi telat lo kali ini bawa berkah?". Ava mengangguk antusias.

Tangan perempuan itu bergerak maju kedepan menunjuk segerombolan lelaki yang sedang duduk di sudut ruang.

"Gue gak pernah liat. Apa dia anak baru?". Dias menatap Ica sambil berpikir. " kok gue kaya kenal ya?".

Sepertinya kali ini jantung Ava yang selalu menjadi korbannya. Tanpa ia sadari matanya telah bertatapan dengan lelaki itu,memang tidak lama namun setidaknya akan ada sebuah harapan nantinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 13, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang