AFTER THE DIVORCE

85 3 1
                                    


"Bagaimana ayah dan ibu pertama kali bertemu, tidak kah kalian saling mencintai ketika kalian menikah dulu?"

Jonghoon menatap anak perempuannya dengan tenang, ia masih menyusun jawaban yang paling masuk akal untuk ia sampaikan pada putrinya itu.

"Nayoung, kamu sebaiknya segera tidur, besok pagi ayah yang akan mengantar kamu dan Haejoon ke sekolah."

**

"Aku ingin bercerai."

Jonghoon ingat sekali malam saat Hana mengatakan sesuatu ketika mereka sedang bersama.

Salju yang tipis menyelimuti jalan-jalan di seluruh penjuru kota, setelah salju pertama turun kemarin pagi.

Sepanjang perjalanan, Hana sama sekali tidak bicara sepatah kata pun. Padahal Jonghoon sangat mengenal istrinya yang selalu menyukai salju, bahkan pertama kali ia mengenal Hana adalah ketika musim dingin empat belas tahun lalu. Saat itu dirinya baru saja melakukan perjalanan panjang dari Hannover, malam itu ia tidak dapat menemukan jaketnya setelah ia boarding. Perjalanan dua puluh jam itu pun akhirnya berakhir ketika pesawatnya berhasil mendarat di Korea Selatan. Seharusnya Seungho menjemputnya, tetapi Seungho memberitahu bahwa ia tidak jadi bisa menjemput ketika ia sedang di pesawat. Ia pun harus menunggu sebuah taksi untuk mengantar dirinya. Suasana bandara saat itu sedang sangat ramai walaupun udara di luar bandara sedang sangat dingin, salju yang turun sangat deras. Di saat semua orang di sana mengenakan jaket dan mantel terhangat mereka, Jonghoon malah tidak mengenakan jaket ataupun mantel.

Namanya akhirnya dipanggil, ia mendapatkan sebuah taksi dan buru-buru masuk ke dalamnya, karena telapak tangannya sudah mulai membiru dan bergetar, jika seandainya ia harus menunggu taksi lebih lama lagi, ia tidak akan kuat dengan udara yang menusuk itu.

Jalan satu-satunya yang dapat dilalui oleh mobil tertutup salju yang tebal karena badai salju yang menerpa wilayah itu beberapa hari lalu. Ia akan pergi ke rumah Seungho yang tidak berada di tengah kota, rumah Seungho berada di pinggiran kota yang masih jarang penghuni. Sang supir taksi menghentikan mobil sedan itu dan berkata pada dirinya bahwa ia tidak bisa melanjutkan perjalanan. Satu-satunya cara hanyalah dengan berjalan kaki. Sang supir taksi berbaik hati meminjamkan sweater tipisnya pada Jonghoon yang sama sekali tidak mengenakan pakaian hangat. Jonghoon mulai berjalan memasuki jalan setapak yang tertutup salju tebal. Ia menenteng kopernya, tidak bisa menariknya karena salju itu gembur.

Setelah berjalan kaki hampir lima ratus meter, ia merasakan tubuhnya bergetar menggigil, ia menghentikan langkahnya kemudian melihat sekeliling, di samping kanan-kirinya pohon-pohon besar menjulang tinggi. Rumah Seungho masih berada dua ratus meter di depan sana, ia harus segera sampai di sana sebelum ia pingsan karena kedinginan. Namun ia akhirnya kehilangan kesadarannya beberapa saat kemudian. Semuanya gelap, ia tidak dapat merasakan tubuhnya sendiri kecuali rasa dingin yang membekukan seluruh tulangnya.

**

"Tuan..! Tuan..!" Suara itu samar-samar terdengar olehnya. Ia masih tidak dapat melihat dengan jelas, semuanya masih tampak tidak jelas, ia masih merasa dingin yang menusuk. Ia mulai merasakan tubuhnya kembali ketika sepasang telapak tangan hangat menepuk-nepuk kedua pipinya dengan cukup keras. Ia pun akhirnya mendapatkan kesadarannya kembali dan mulai dapat membuka matanya.

Seseorang itu membantunya berdiri kemudian melepas jaket yang sedang orang itu pakai lalu memakaikannya pada dirinya. Ia terlalu lemah untuk menolak karena ia dapat mengenali bahwa seseorang yang tengah menolongnya itu adalah seorang wanita.

AFTER THE DIVORCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang