Seharusnya

32 3 0
                                    

Langit tak pernah bersalah karena menurunkan hujan disetiap rencana yang telah tersusun, mungkin saja itu sebuah pertanda bahwa pertemuan tak seharusnya terjadi.
Hari itu, saat hujan tak memberi siapapun jalan untuk melewatinya seorang gadis tengah berdiri di salah satu halte.
Udara sangat dingin dan sangat basah.
Hujan masih saja menghiasi langit dibulan Agustus.
Almira beranjak dari duduknya ketika menyadari bus yang sedari tadi ditunggunya kini telah tiba.
Hari ini dia akan menemui seseorang, menjalani semua rencana yang telah ia susun jauh jauh hari bersama orang yang sangat penting baginya.
Al berjalan cepat ketika ia turun dari bus, gadis itu tak menghiraukan orang orang yang memandang kearahnya karena kini ia setengah berlari, tanpa payung yang menaungi.
Tapi alasan terbesar ia berlari, Al tak mau membuat seseorang menunggunya terlalu lama.
Pintu sebuah restoran terbuka secara otomatis ketika Almira menginjakan kakinya tepat di hadapan pintu itu. Namun, kakinya kembali berjalan mundur tanpa melanjutkan langkah yang baru akan ia mulai.
Pemandangan yang ntahlah.
Mungkin terlihat biasa saja untuk orang lain. Tapi baginya itu sangat menyakitkan.
Lelaki yang kini ada dihadapannya bahkan tak menyadari kehadirannya.
"Bahkan hanya melihatmu duduk bersama mantan pacarmu, itu membuatku ingin mundur secara teratur". Batin Amira

DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang