Aku menghempaskan tubuhku di sofa panjang yang sengaja kuletakkan dibelakang konter. Oh..God..aku lelah. Hari ini ada banyak sekali pelanggan dan pesanan bunga di tokoku. Hari ini aku mendapatkan banyak uang tapi hari ini aku juga sangat lelah karena Liza pegawaiku tidak masuk karena sedang tidak enak badan. Aku memejamkan mata, berniat berisitirahat sebentar sebelum pulang ke apartemen. Aku mendesah lega saat merasakan otot tubuhku tak setegang tadi. Pikiranku kembali melayang kepada pelanggan pertamaku hari ini. Pria bertubuh besar dan tinggi, berambut gelap dan bermata biru. Oh.. mata itu. Mata itu benar-benar seperti menghipnotisku untuk selalu memikirkannya. Entah sudah berapa kali pikiranku melayang membayangkan sepasang mata biru yang sedang menatapku. Bahkan aku sempat ketahuan melamun saat sedang melayani seorang pelanggan tadi yang membuat wajahku memerah karena malu dan merasa tidak enak pada Mrs. Anderson. Mrs. Anderson adalah salah satu pelanggan tetap di toko bungaku. Dia selalu membeli sebuket mawar ungu setiap hari, untuk menghias ruang tamunya dia bilang. Dia adalah wanita tua yang sangat ramah dan selalu tersenyum dan memiliki wajah yang selalu berseri menunjukkan kecantikan dimasa tuanya.
Aku membuka mataku dan memutuskan untuk berhenti memikirkan sipria bermata biru itu. Aku melirik jam yang tergantung di dinding dan sedikit terkejut saat menyadari waktu sudah menunjukkan pukul tujuh. Ternyata aku menghabiskan lumayan banyak waktu untuk melamun. Okay.. waktunya kembali ke apartemen dan menikmati makan malam, perutku sudah meronta-ronta meminta untuk di isi.
Aku berjalan ke arah pintu masuk toko, membalik tanda "OPEN" menjadi "CLOSE" dan mengunci pintunya. Setelah memastikan bahwa pintu sudah terkunci dengan benar aku baru tersadar bahwa semua lampu didalam toko masih menyala dengan terang. Aku mengerang pelan dan menjentikkan jariku sekali, lampu-lampu didalam toko seketika padam. Aku tersenyum puas melihatnya dan membalikkan badan, berniat untuk melanjutkan perjalanan pulangku. Tapi tiba-tiba lampu-lampu itu kembali menyala, membuatku mengerutkan kening. Siapa yang menyalakannya lagi?
Aku menolehkan kepalaku kekanan dan kekiri, menyapukan pandanganku ke sekeliling mencari siapa yang membuat gara-gara denganku. Itu tadi sihir. Tentu saja aku dapat merasakan energinya walaupun energinya terasa sangat samar.
Tidak ada orang yang mencurigakan. Hanya ada sekumpulan orang yang sedang tertawa di depan restoran sebrang jalan dan beberapa orang yang berlalu lalang di trotoar. Mereka semua manusia. Aku tidak mungkin salah mengenali mereka. Jika ada diantara mereka yang merupakan penyihir aku pasti akan tahu. Aku mendengus kesal dan mematikan lampu-lampu didalam tokoku lagi dengan jentikan jariku. Tentu saja setelah aku memastikan tidak ada yang memperhatikanku.
Setelah melihat lampu-lampu itu padam aku membalikkan badan dan langsung berjalan dengan kesal ke arah gedung apartemenku. Apartemenku tidak jauh dari sini, hanya sekitar dua puluh menit jika aku berjalan dengan santai. Itulah sebabnya aku selalu berjalan dan tidak menggunakan benda canggih beroda empat yang disebut mobil, walaupun aku punya satu yang berwarna merah. Aku suka berjalan di dunia manusia, memperhatikan mereka melakukan aktivitas mereka masing-masing.
Tak butuh waktu lama untuk sampai ke gedung apartemenku, dan sekarang aku sudah berada didepan benda kotak naik turun yang disebut lift oleh manusia, menunggu benda itu terbuka. Sebenarnya aku bisa saja berteleportasi dan langsung muncul didalam apartemenku yang sangat nyaman, tapi itu sangat tidak "manusia". Hey.. tidak ada manusia yang bisa berteleportasi.
Ting
Lift sudah sampai dan aku memasukinya bersama seorang pria yang mungkin saja adalah penghuni apartemen ini juga. Hmm... dia lumayan tampan walaupun tak setampan pria bermata biru itu. Mata pria ini juga biru, tapi tak sebiru mata pria bermata biru itu. Oh My to the God... kenapa juga aku harus membandingkannya dengan pria bermata biru itu. Oh ayolah Ara.. berhenti mengatakan pria bermata bitu itu. Dia pasti punya nama. Yaa.. tentu saja dia punya nama, dan pertanyaannya adalah siapa nama pria bermata biru itu ?
Aku menghela nafas panjang. Menyadari pertanyaanku berputar-putar didalam lingkaran setan. Aku berdehem kecil saat menyadari pria disampingku sedang menatapku aneh. Mungkin karena dari tadi dia melihatku melamun dan memassang ekspresi aneh. Ah..biarlah.. aku tidak mengenalnya juga. Dan kenapa lift ini butuh waktu seabad untuk sampai dilantai 15 ?
Ting
Oh akhirnya lift ini sampai juga. Aku melirik lelaki disampingku dan langsung melangkah keluar menuju apartemenku setelah memberinya senyum kecil. Kita harus bersikap sopan dan ramah kepada orang lain bukan ?
Setelah memasukkan kode pin, aku mendorong pintuku terbuka dan melangkah masuk. Setelah menutup pintu, aku berjalan menuju sofa sambil melepaskan stiletto merah yang ku kenakan. Tapi gerakanku membeku saat aku menyadari ada seseorang di dalam apartemenku. Sedang duduk dengan santai sambil menikmati segelas Wine disofaku.
Oh My God..
Oh My God..
Oh My to the God..
Pria itu...
Pria bermata biru itu..
"Hai Ara..."
YOU ARE READING
MAGIC
FantasyAradia, seorang penyihir yang hidup di dunia manusia dan membuka toko bunga kecil yang dipenuhi dengan bunga-bunga yang indah. Bagaimana kehidupannya di dunia manusia? Apa yang terjadi hingga dia memilih untuk tinggal di dunia manusia?