1

68 10 10
                                    

Kenapa..
Padahal aku tak berbuat kesalahan apapun..
Tapi kenapa..

Sempurna.

Dulu, ketika aku kecil mereka memujiku karena aku... sempurna.

Memiliki paras manis, senyum menawan, kulit seputih susu, rambut hitam bergelombang, bibir mungil yang indah. Itu kata mereka. Aku Sempurna.

Sejak aku baru lahir aku sudah menjadi idola bagi para ibu. Mereka selalu menginginkan aku menjadi anaknya.

Tapi, setelah fakta yang tersebar jika aku lahir tanpa ayah membuat mereka membenciku. Aku yang pada saat itu baru berusia 7 tahun. Yang kutahu aku hanya punya eomma disisiku sejak aku lahir.

Ketika aku bertanya 'appa eodiga?' Ia selalu menjawab 'appa mu tak bisa kemari su-iee, dia masih harus menyelesaikan urusannya.' Eomma menjawab dengan raut sedih. Maka sejak saat itu aku tak pernah bertanya.

Sejak saat itu...
Disekolah... dijalan... aku hanya melihat tatapan tajam menatapku tak suka. Mereka mencaci dan membullyku disekolah.

Tapi aku hanya diam, aku tak ingin eomma sedih. Sampai hari itu eomma tak tau apa yang kualami.

Flashback

"Su-ie nanti pulang sendiri ya? Eomma masih ada urusan sebentar."

"Mmm,... ne eomma su-ie akan pulang sendiri" dengan ragu aku menjawab eomma.

"Anak eomma memang pintar, eomma pergi ya" e
Lalu eomma meninggalkanku didepan gerbang sekolah.

Saat pulang....

Dengan wajah lusuh, aku menyusuri jalan yang biasa aku lewati bersama eomma. Jaraknya tidak terlalu jauh hanya melewati beberapa tikungan lagi aku sampai.

"Hey.. lihatlah ada anak kecil cantik sekali..."

Aku mendengar seseorang berbicara.

"Mana.. wahh.. dia cantik sekali... kekekke"

Eh, mungkin dua orang?

Karena takut aku mempercepat langkahku.

"Hey adik kecil, kau mau kemana?" Seseorang menghadangku, dia seorang ajusshi.

"Mm.. permisi aku mau pulang"

"Kesana yuk, nanti kubelikan es krim? Bagaimana?" Ia menunjuk sebuah gang sempit yang seram.

"Aku harus seera pulang" ketika aku ingin melangkah menjauh ajusshi itu menarikku ke gang yang ia tunjuk tadi, disana kulihat ada seseorang lagi.

"Lepassss.... hiks.... lepass... eomma .." aku terus berontak dan menangis

"Tenanglah manis kita hanya akan bermain bersama"

Mereka menaruhku dilantai kotor yang sedikit basah. Aku berusaha lari, tapi mereka menghadangku.

"Tenanglah.. sebelum kami berbuat kasar." Ucapnya

Tanpa perduli aku menggigit tangan yang menggenggamku dan berlari.

"AKkhh ... Bocah sialan."

Belum juga aku keluar dari gang ini tapi aku sudah kembali tertangkap.

"Kau mau bermain kasar, eoh? Baiklah"

PLaakk

Dia menamparku. Nyeri, dan kurasakan sudut bibirku mengeluarkan darah.

Entah bagaimana tiba-tiba aku seperti menjadi lebih ... berani? Mungkin. Aku juga tidak mengerti. Aku menatap mereka dengan tatapan mematikan yang entah sejak kapan kumiliki.

"H-hey li-lihat .. ma..matanya merah" kulihat mereka ketakutan.

'huh, benarkah tapi bukannya mataku berwarna biru'

"Ke..kenapa kau menyeringai bocah.. dasar kau..." dia nampak gemetar

'Menyeringai? Siapa? Aku menyeringai?'

Entah kenapa ketika ajusshi itu ingin menamparku lagi, aku bisa menangkis tangannya uingga ia jatuh terdorong.

Mereka nampak ketakutan.

"YAKK..aku sudah memanggil polisi. Cepat PERGI"

Tiba-tiba muncul seorang anak laki-laki diujung gang, dia tampak terengah-engah. Kedua ajusshi itu brlari pergi dengan raut ketakutan yang jelas terlihat.

Anak itu berlari menghampiriku, lalu semua gelap.

Flashback end

Aku tak tau apa yang terjadi setelah itu, yang kutau ketika aku bangun aku melihat eomma disampingku.

Waktu itu aku mengalami trauma yang berat. Aku takut oada orang asing dan akan menjadi histeris saat tiada siapapun yang kukenal.

Butuh waktu 6 bulan untuk aku bisa sembuh, selama itu pula aku cuti sekolah. Meski ingatan dan ketakutan itu masih ada tapi aku masih bisa mengendalikannya.

Setelah, aku keluar kami pindah.

Semua memang berlalu, tapi hingga kini masih ada pertanyaan yang menggangguku.

'Siapa aku, ah ani tapi apa aku' kenapa ajusshi itu ketakutan saat itu

'Dan siapa anak itu' aku bahkan belum berterimakasih.

Kami pindah ke seoul karena ibu diterima kerja disana dan untuk memulihkan keadaanku agar tak lagi mengingat kejadian itu.

Sejak saat itu aku menjadi pendiam dan semua yang ada padaku berubah..

DemonicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang