Semenjak malam itu, keduanya tak pernah bertemu. Kedua orangtua Daiki pulang dari Bali dan juga les matematika pun akhirnya dimulai beberapa hari kemudian. Daiki senang karena guru penggantinya lebih humoris sehingga membuatnya semakin semangat belajar. Tetapi di sisi lain, ia sedih saat mengingat bahwa les matematikanya bertepatan dimana itu adalah hari kerjanya Yuya. Ketika gurunya libur, ia akan mengambil kesempatan untuk berkunjung ke café Olivier. Sayangnya ia tak pernah menemukan Yuya. Ia bertanya pada petugas satpam, tetapi nihil hasilnya. Petugas satpam itu berkata bahwa sudah dua minggu pemuda berkulit eksotis itu tidak datang untuk bekerja.
Hal ini membuat Daiki bertambah cemas. Ia mencoba untuk datang ke rumah Yuya, tetapi yang ia temui adalah orang lain. Mereka bilang pemilik sebelumnya sudah pindah entah kemana. Ia mencoba mencari-cari di sekitar. Barangkali ia salah alamat atau otaknya sudah pikun untuk mengingat bagaimana bentuk dan rupa rumah Yuya, tapi benar kok. Ia masih ingat ada coretan kecil di pagar rumah bertuliskan "Kak Yuya + Kak Daiki + Nene" yang ditulis oleh Nene sendiri.
Daiki menghela napas panjang. Ia tidak tahu harus mencari kemana lagi. Apalagi Ia tidak memiliki informasi apapun mengenai keberadaan Yuya.
Kau dimana Yuya?!
***
Dua tahun berlalu. Daiki kini telah berubah menjadi anak kuliahan di universitas yang bisa dibilang cukup favorit senasional. Berkat les matematika yang cukup intensif waktu itu membuat nilainya membaik. Ia bisa lulus dengan hasil yang cukup memuaskan. Setidaknya kedua orangtuanya tidak perlu sampai menangisi nilai merah di rapor.
"Pagi!", sapa seseorang menepuk Daiki dari belakang. Daiki pun membalasnya dengan tersenyum lebar.
"Pagi! Inget nggak? Hari ini ada ujian matematika!!", Daiki memasang wajah sok menakutkan.
"Hah? Duuh aku kok sampai lupa siih. Emangnya kamu udah belajar?", tanya temannya.
"Udah dong!", jawab Daiki bangga sambil mengibaskan poninya. Temannya tersenyum kecut.
"Gaya sekarang! Kata Keito dulu pas SMA nilai matematikamu paling parah sekelas."
Daiki tertawa, "ini semua berkata anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa dan juga guru lesku waktu SMA hehe."
"Terserah. Pokoknya kau harus duduk di sebelahku seharian ini."
"Buat apa? Tumben banget. Biasanya juga aku baru datang langsung diusir."
"Biasa. Mau nyontek", jawab temannya nyengir memperlihatkan barisan giginya yang rapi.
Daiki memicingkan matanya, "aku penasaran. Ini kalau sampai publik tahu kalau Yamada Ryosuke, artis populer senasional nyontek mapel matematika, apa kata mereka? Pasti fans-mu langsung jadi anti fans deh."
Benar. Daiki satu kelas dengan Yamada. Daiki sendiri juga terkejut saat mengetahui kenyataan ini saat penerimaan mahasiswa baru. Saat itu, ia segera meminta maaf pada Yamada atas perbuatan masa lalu yang tak mengenakkan dan untungnya Yamada mau melupakannya hingga tak disangka saat itu mereka mulai menjalin persahabatan.
"Yeee namanya juga manusia kan nggak ada yang sempurna. Emangnya lu pikir upilnya Brad Pitt terbuat dari emas apa? Dan lu pikir bokongnya Kim Kardasian dari lahir udah sebahenol yang di tv-tv itu, hah?", bibir Yamada mengerucut.
"Tapi kan kasusnya lain", ucap Daiki memutar bola matanya.
"Ah udah deh diem lu. Mentang-mentang sekarang udah jago matematika. Pokoknya aku harus dicontekin nanti kalo enggak, pas ujian seni nggak kucontekin balik!"
"Iya iyaa.. hmmmh.. nih anak minta diulek kayaknya."
***
Bicara soal Keito dan Yuto, mereka melanjutkan kuliah di London. Awalnya Yuto tidak yakin karena menyadari bahasa inggrisnya yang tak bagus, tetapi asal ada Keito di sampingnya, semua pun akan menjadi lebih ringan. Untungnya mereka satu jurusan di liberal art. Mereka juga satu kosan. Soal sekamar atau enggak, Keito tidak pernah menceritakannya pada Daiki di telepon. Daiki curiga sih. Jangan-jangan mereka sudah melakukan hal yang "ena ena". Yaaa, if you know what he means sih..
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Parkir Di Hatiku!
FanfictionDaiki si tukang gosip sekolah sedang mencari berita mengenai tukang parkir ganteng yang menjadi buah bibir di sekolah mereka. Namun tukang parkir ganteng itu menolak wawancara. apa yang akan dilakukan oleh Daiki? apakah ia akan berhasil membujuknya...