Di sebuah kota kecil yang bernama Sparlly Towns, tinggallah seorang gadis berusia 15 tahun bernama Viona.Ia baru saja selesai menikmati libur panjangnya di akhir semester.Esok ia harus kembali lagi ke sekolahnya.Viona sangat membenci sekolah.Kadang Viona tak akan masuk sekolah jika ia tak mau.Bukan malas, tapi ia hanya tidak mau membuang tenaganya untuk hal yang tak ia sukai.
“Ahh..sialan!”, maki viona sebal.Ia sedang berbaring di ranjangnya.
“Apa aku ga usah masuk aja ya?”
“Viona!!!Turunlah!Waktunya makan malam sayang”, ibu Viona, Kenny, berteriak memanggil.
“Ya ..!” viona menyaut.
Dengan segera, Viona keluar dari kamarnya dan berjalan terhuyung-huyung menuruni tangga kayunya yang sudah reyot.Ia sangat membenci makan malam.Banyak sekali yang viona benci.Lebih parahnya lagi, hal yang Viona benci selalu melekat pada hidupnya.
Dari tangga, Viona sudah bisa melihat keluarganya yang sedang berkumpul.Ibunya, Kenny, tersenyum padanya sedangkan ayahnya, Devin, dan adiknya, Rian menatapnya dengan tatapan yang menjengkelkan.
“Dasar lelet!Aku hampir mati kelaparan tau!” ucap Rian marah.
“Hargailah waktu!” ucap Devin sinis.
“Mirip sekali.Keduanya menjengkelkan.” Maki Viona dalam hati.
“Ahh sudahlah kalian berdua, ayo sini sayang,! duduk disamping mama ...” Kenny tersenyum pada Viona.
Yap,inilah yang sangat di benci Viona.Saat waktu makan malam tiba.Bagi orang lain, keluarga adalah tempat untuk berbagi cerita, canda, tawa, dan tempat yang paling menyenangkan.Tapi untuk Viona, sebaliknya.Keluarga bagaikan neraka.
“Makasih, ma.” Viona tersenyum paksa.
Makan malam pun berlangsung, tak ada yang berbicara dan suasana terasa sangat canggung.Viona benci itu.Kadang terbesit dipikirannya bahwa orang-orang ini bukanlah keluarganya.
“Viona, besok mulai masuk sekolah kan?” Kenny akhirnya mencairkan suasana.
“Iya ma, tapi kayanya aku ga akan masuk.”
“Kenapa?”
“Ga enak badan.”
“BOHONG!!!!” tiba-tiba Rian berteriak.
“Ma! Mama bakalan percaya kalo dia sakit? Itu cuman alesan doang biar dia bisa bolos!”
Viona kaget, ternyata adiknya tau apa yang ada di pikirannya.
“Eh! Jangan sembarangan jeplak bego!”
.
.
PLAKK
.
.
“Dasar kurang ajar! Siapa yang mengajarimu untuk bicara seperti itu pada adikmu?” Devin berteriak pada Viona.Ia berdiri dan menatap Viona dengan amarah.
.
.
BRUKK
.
.
“Aku benci kalian!” Viona menggebrak meja dan kemudian berlari menuju kamarnya.Ia hampir menangis.
Viona menaiki tangga dengan tergesa-gesa.Kakinya ia hentakkan sekencang yang ia bisa agar anggota keluarganya sadar apa yang dirasakan Viona saat ini.Kesal.
Sementara itu di meja makan,
“Sayang, kau tak perlu begitu, kasihan Viona.” ujar Kenny yang kini menatap Devin lekat-lekat.
“Anak bermulut kotor seperti dia harus di didik.”jawab Devin ketus.
Devin kemudian meninggalkan ruang makan.Sekarang hanya tersisa Kenny dan Rian.
“Ma, maafkan aku, kalian semua bertengkar gara-gara aku,” celetuk Rian lemas.
“Tak apa sayang,sekarang minta maaf sama Viona sana,” Kenny mengusap kepala Rian penuh kasih sayang.
.
.
“Sial! Apa sih salah yang ku buat? Mengapa mereka semua membenciku?” Viona menahan suaraya agar tidak berteriak.
Sekarang ia menangis, kejadian tadi masih terngiang-ngiang di kepalanya.Pipinya terasa panas.Ini bukan kali pertama Devin menampar Viona, sudah berapa kali Devin menampar Viona hanya karena masalah kecil atau karena Viona salah berbicara.
“Kadang aku berfikir mereka bukan keluargaku, tidak, aku memang menganggap mereka bukan keluargaku.”bisik Viona pada dirinya sendiri.
“Ka!! Buka pintunya, aku mau ngomong! Cepetan!”seseorang berteriak di depan pintu kamar Viona.
“Dasar sialan! Aku benci kamu! Berdiri aja sana sampe mati!”jawab Viona dalam hati.Ia kemudian menaiki ranjangnya, menarik selimut, dan bergegas tidur.
.
.
Rian menunggu cukup lama di depan pintu kamar Viona.Setelah cukup lama, ia pun menyerah dan kembali menuju dapur tempat Kenny berada.
“Ma, kaka ngga mau keluar kamar,” ucap Rian lirih.
“Sudahlah sayang, mungkin kakamu perlu istirahat sebentar.Sekarang sudah malam, ke kamar sana,”Kenny tersenyum simpul.
.
.
PAGI SELANJUTNYA
“Huaahh! Aku harus menyaipkan sarapan untuk mereka,” Kenny menggerutu.
“Sayan-...” Kenny berbalik ke samping, “Devin?” Ia meraba-raba kasur yang seharusnya menempatkan suaminya.
“Tumben, biasanya aku yang bangun paling pagi,”Kenny bergumam dan beranjak dari kasurnya.Ia menuju kamar Rian.
“Sayang,,? Banguuun!” Kenny mengetuk kamar Rian pelan.
Tak ada jawaban.
Dengan penasaran Kenny pun masuk ke kamar Rian dan,
BRUKK ..
Kenny tidak melihat Rian di ranjangnya, yang ia lihat adalah sesosok wanita muda berambut pirang panjang yang sedang memangku Rian dipojok kamar.Ia juga melihat portal sebesar lemari terbuka di dekat wanita itu.Rian terkulai lemah tak sadarkan diri di pangkuan wanita itu.Kenny tak bisa melihat wajah wanita itu, yang ia lihat hanyalah bibirnya yang mulai menyeringai.Tapi setelah melihat tanda lahir berbentuk bulan sabit di kening kanan Rian yang mulai mengeluarkan cahaya, Kenny pun tersadar siapa yang mengincar anaknya.
“Kau?! Turunkan anakku!!! Dia tak tau apa-apa soal itu !!” teriak Kenny histeris.Matanya mulai berkaca-kaca.Ia khawatir Rian akan di bawa ke dalam portal.
“ Santai ... santai.. hmmm...kau resah sekali, oh benar!, anak ini gantinya ya? Dia bagus sekali, melebihi ekspetasiku, dan, aku lihat dia akan menjadi anak yang penurut.” Ucap wanita itu sembari menyeringai.
“Diam kau! Kau tak punya hak apa-apa atas anak itu! LEPASKAN DIA!!” teriak Kenny.Ia hampir menangis.
“Oh Kenny, jika kau berteriak padaku seperti itu, aku semakin ingin membunuh anak ini.Diamlah, kalau tidak, kau akan membangunkan Angel yang satunya.Kau tau kan itu tak boleh terjadi.Jika dia bangun dan melihat ini semua, maka aku juga terpaksa membunuhnya.”
“Mana suamiku?!”
“Apa?”
“Kutanya DI MANA SUAMIKU!!”Kenny berteriak histeris.Matanya mulai bercahaya biru.
“Oh si brengsek itu?,” wanita itu menyeringai “sudah ku lempar duluan ke dalam sana” katanya sambil menunjuk portal yang terbuka.
“Sialan kau! Itu tak sesuai perjanjiannya!”
“Ahhh!! Kau pikir semua ini akan sesuai dengan perjanjian busuk itu, Kenny?Membosankan sekali.”
“Penghianat! Kau akan terima akibatnya!”
“Ahhh takutttt” ucap wanita itu sedikit mengejek “Yah terserah kau, sekarang aku harus segera kembali, dan tentunya anak ini juga akan ikut bersamaku.” wanita itu menyeringai.
Sebelum wanita itu melangkah menuju portal, Kenny bergegas mengeluarkan cahaya biru dari tangannya dan merubah cahaya itu menjadi 2 buah belati.Saat ia berlari untuk menusuk, wanita itu segera mengeluarkan cahaya merah di sekelilingnya dan terbentuklah kristal-kristal tajam, melayang di udara.Ia pun mengarahkan seluruh kistal itu dengan kekuatannya pada Kenny dan akhirnya Kenny tertusuk kristal itu.Wanita itu pun tersenyum angkuh.
“Humph! Kau pikir belati kecil dengan sihir kebaikan busukmu itu akan mengalahkanku? Ingatlah hal ini, walaupun kita kembar, rasa sakit yang lebih besarlah yang akan menang.”
“Kumohon Aila, lepaskan anakku,” ucap Kenny dengan suara yang serak.Kenny meringis, menahan sakit.
“Aku juga tak ingin ini terjadi kau tau?” ucap wanita itu sembari melangkah menuju portal. “selamat tinggal kawan malangku,” ia berhenti sejenak dan menoleh, “kita akan bertemu kembali, kaka.”
Setelah mengucapkan itu, Aila masuk ke dalam portal dan hilang bersamaan dengan portal itu.To be Continute
//Arigatouu udah baca ceritakuu:) vote and comment yaa// -vg
BTW, aku otaku:v *terus?*
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hope
Fantasy"Benarkah kau membenci keluargamu Viona? kalo begitu aku akan membunuh mereka untukmu"