Prolog

12 2 0
                                    

Aku tak mengerti mengapa di saat aku mencintainya, dia justru membuatku sakit. Dia tidak pernah mencintaiku setulus hati. Dia datang di saat hatiku gersang dan membutuhkan dirinya untuk membuat hatiku hidup lagi. Namun aku tau, dia hanya ada untukku sementara. Tak selamanya. Dan itulah mengapa aku menyebut dirinya hujan. Kau tau? Hujan datang tanpa diundang namun saat ia pergi, ia memberi jejak untuk kita agar terus mengingatnya.

"Sena!" panggil kakak kembarku yang bernama Eldo Garding Hougert.

"Ada apa? Kenapa pagi-pagi kau sudah berteriak?" sahutku dari dalam kamar.

"Keluar!" suruhnya dengan nada membentak.

Terpaksa, aku yang baru saja ingin memasang dasi menundanya lebih dulu dan membuka pintu kamar. Kulihat wajah kak Eldo begitu merah seperti menahan amarah. Aku menatapnya bingung, karena setahuku tadi malam aku tidak membuatnya marah.

"Kenapa kak?" tanyaku penasaran.

"Ini apa?" kak Eldo mengangkat selembar kertas yang menunjukkan nilai ulangan harianku. Kalian tau kan? Jika wajahnya marah itu artinya...

"Bagaimana kau bisa mendapat nilai 2? Apa kau begitu bodoh?!"

"Aahh.. Itu bahkan lebih baik dari yang kemarin. Jadi.. Kak Eldo tidak perlu mempermasalahkannya. Lagipula, aku sudah berusaha sebisaku..."

"Kau ini benar-benar.. Masih bisa membela diri rupanya. Baik, akan kuadukan pada Mom tentang nilaimu ini.." ancamnya yang langsung membuatku berkeringat dingin.

Oh tidak! Jika Mom tau maka habislah riwayatku.

"Tunggu kak Eldo," cegahku dengan menahan lengannya, "Jangan tunjukkan itu pada Mom. Kak Eldo tau kan, Mom pasti akan langsung menyeretku untuk tinggal bersamanya di California jika tau nilaiku seperti itu.."

"Kalau kau sudah tau, kenapa tidak berubah?"

Ahh.. Kak Eldo cerewet sekali. Sungguh berbeda dengan kak Elgy.

"Lantas kak Eldo mau aku gimana? Otakku ini memang kapasitasnya kecil. Tidak seperti kak Eldo dan kak Elgy yang selalu jadi juara kelas. Meskipun aku belajar sampai rambut beruban pun akan tetap sama hasilnya..." dalihku.

Kak Eldo menghela nafas pasrah. Sepertinya menghadapi adik sepertiku memang membuatnya frustasi. Oh jangan lupakan bahwa hal itulah yang membuat kami sangat dekat.

"Sudahlah, ayo sarapan bersama. Elgy dan Jimmy sudah menunggu di bawah.." ucap kak Eldo dan berlalu pergi.

Aku masuk kembali ke kamar untuk berbenah diri dan mengambil tas ranselku yang lumayan berat. Kalian tau apa isinya? Hmm.. Bukan buku tebal melainkan baju ganti. Yap, aku berniat membolos setengah hari nanti untuk pergi ke mall bersama Letta dan Isabel. Ngomong-ngomong... Mereka sahabatku.

*****

"Pagi semua.." sapaku riang saat duduk di samping Jimmy yang telah rapi dengan seragam SMP di tubuhnya.

"Pagi juga princess.." sahut kak Elgy dengan senyum yang dapat melelehkan apapun. Berlebihan memang, tapi andai kata aku bukan adiknya, aku pasti sudah mengajaknya berkencan.

"Kenapa kau riang sekali?" tanya adik manisku, Jimmy dengan wajah ingin tahu.

Aku justru ingin menggodanya. Aku mengembangkan senyum lebarku lalu mengedip-ngedipkan sebelah mataku -meskipun berakhir mengedipkan keduanya- untuk menggodanya. Tampaknya ia mulai hafal dengan sifat jahilku itu, jadi ia hanya menatapku acuh.

"Jangan membuat adikmu memiliki syndrom brother complex!" kak Eldo menyentil dahiku cukup keras.

Aku meringis sambil menghusap-usap bagian yang disentil. Rasanya benar-benar sakit. Lalu aku menatap tajam kak Eldo yang malah asyik dengan roti dan selai-nya setelah menyakitiku. Dia bukan kakak idaman.

You Like A RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang