"When people can never understand what they see with their eyes, only heart can tell the truth"
-Ji Eun POV-
Aku terpekur menatap layar kaca di depanku yang sedang menyiarkan berita perang di negara antah berantah, yang aku tak tau letaknya. Sang reporter tampak serius menyiarkan berita meskipun berbagai macam ledakan terjadi di belakangnya. Aku hanya mencibir melihatnya.
"Jae Hyuk oppa, aku tak pernah mengerti kenapa ada orang yang mau saja disuruh meliput berita ke tempat perang seperti itu. Berapa sih gaji mereka sampai mereka rela mempertaruhkan nyawa mereka hanya untuk berbicara di depan tv begitu?" tanyaku kepada Jae Hyuk oppa, pengawal pribadiku. Dia hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya
"Kau tidak mengerti Ji Eun-ssi, itu bukanlah masalah berapa gaji mereka. Tapi tanggung jawab mereka sebagai orang yang berkewajiban menyampaikan berita kepada seluruh dunia" jawab Jae Hyuk oppa sambil menatapku.
"Aish, aku tidak peduli. Aku kan bertanya berapa gaji mereka oppaaaaa" sahutku agak kencang sambil melotot menatapnya
"Hahaha, arraseo Ji Eun-ssi. Aku pikir gaji mereka mungkin sekitar..hmm... setahuku sekitar 150.000 won? Mungkin?" jawab Jae Hyuk oppa menebak nebak
"Mwo? Per hari? Kecil juga eoh?" gumamku pelan
"Ah aniyaaa, tentu saja per bulan, nona" kata Jae Hyuk oppa sambil menggelengkan kepalanya, lagi. (aku heran mengapa ia terus menggelengkan kepalanya hari ini. Mungkin salah satu syarafnya sedang konslet)
"Mwooo???!!!! Per bulan??? Tidak mungkin! Kecil sekali!!" teriakku kencang "Itu bahkan tidak mencapai setengah dari uang sakuku per hari" gumamku sambil menatap Jae Hyuk oppa.
Jae Hyuk oppa tidak berkata apa-apa. Ia hanya tersenyum menatapku. Aku yakin senyumnya mengandung arti, yang tentu saja aku tidak mengerti. Aku akui aku memang payah menebak pikiran orang, dengan kata lain kurang sensitif. Orang orang di sekelilingku sudah paham dengan sifatku ini, makanya jika mereka ingin menyampaikan sesuatu padaku, mereka harus berbicara dengan jelas. Aku hanya bisa memasang muka cemberut dan menatap televisi dengan tatapan kosong. Aku selalu kesal jika mengingat sifatku yang satu itu.
Aku adalah pewaris pertama perusahaan terbesar di Korea yaitu Haedo Corporation, wajahku tidak kalah mempesona dari hallyu star yang berlalu lalang di layar kaca. Bahkan sebuah agensi pernah menawariku audisi untuk menjadi seorang artis. Tapi dengan tegas aku menolak, karena tanpa menjadi artis pun wajahku sudah sering tampil di layar kaca, tentu saja karena aku kecipratan ketenaran ayah dan ibuku. Ayahku adalah mantan aktor yang sangat terkenal di masanya, namanya adalah Ha In Sung. Setelah pensiun dari dunia akting, Ia memulai sebuah perusahaan Cargo yang ternyata menjadi amat sukses kemudian. Pendapatannya bertambah ratusan kali lipat daripada waktu Ia menjadi aktor. Ibuku memiliki beberapa sekolah di Seoul (tentu saja semuanya adalah sekolah elite dengan uang SPP di atas 1.000.000 won perbulan) dan itu tentu saja menjelaskan berapa pendapatan mereka perbulan. Oh, aku lupa memberitahu kalau aku memiliki seorang adik laki laki yang bernama Ha Tae Hyung. Adik bodohku yang kelakuannya mirip anak idiot itu sekarang berusia 17 tahun, 3 tahun lebih muda daripada aku, ia bersekolah di Namsan High School (yang tentu saja milik ibuku) kami biasa memanggilnya V.
-Author POV-
Berita perang yang ditampilkan di layar televisi ruang keluarga Ha telah berakhir. Digantikan dengan acara pop idol yang muncul dengan BGM yang amat sangat ramai (Scarlet – Hip Song, dengarkan sendiri jika tidak percaya) Ha Ji Eun yang sedang melamun terlonjak kaget. Sambil sedikit merutuk Ia memperhatikan layar kaca tersebut. Rupanya itu adalah acara Weekly Idol dengan bintang tamu EXO, boyband beranggotakan 11 orang.
YOU ARE READING
Millionaire Fangirl
FanfictionBagaimana kah rasanya ketika kamu adalah seorang anak miliuner yang bisa melakukan apapun dengan uang yang kamu miliki? Ha Ji Eun sangat tau bagaimana cara menggunakan uangnya, dia sangat tahu bagaimana uang dapat mengendalikan EXO dan kisah cinta n...