Will Part 1

1K 118 2
                                    

Author pov

Myungsoo memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Dia mengembuskan nafas berat. Pandangannya tertuju pada studio rekaman yang sudah beberapa tahun menemaninya. Tempat ini, tempat dimana dia bermimpi untuk bisa menjadi penyanyi. Namun, kenyataannya dia selalu gagal dalam audisi.

Myungsoo mengambil gitar disudut ruangan lalu menyanyikan lagu yang baru saja dia buat. Sampai akhirnya Myungsoo mengembalikan gitar ke tempat semula karena merasa bsan. Myungsoo menutup pintu studio dengan lesu.

Seorang laki-laki muda dan tampan menepuk pundaknya."Yaa, kenapa wajahmu seperti itu ? " Tanya Hoya sambil menepuk pundak Myungsoo.

"Molla." Myungsoo menepis tangan temannya itu.

"Kalau kau terus berlatih kau pasti bisa. Tenang saja hanya waktu yang belum berpihak kepadamu."

"Lalu apa aku harus menunggu waktu?" Myungsoo menghempaskan tubuhnya disofa mahal dan membuka minuman berkaleng.

"Ani, kau yang harus mengejar waktu. Ah, lupakan saja. Kau ingin tampil di café?"

"Tentu, tapi terlalu susah untuk dapat bernyanyi di café. Aku tidak memiliki koneksi dan mereka mengatakan bahwa suaraku tak seperti wajahku." Myungsoo mendengus kesal. Dia terlahir dengan wajah yang tampan dan memiliki lesung pipi.

"Persiapkan dirimu saja, aku akan mengantarmu besok. Uri noona baru saja membuka café di kawasan gangnam."

"Jinjja" Myungsoo terkejut dengan penawaran Hoya barusan."Tunggu. Gangnam kau yakin di gangnam?"

"Ne ne ne, kau harus berlatih dengan giat. Dan jangan membuatku malu. Aku sampai memohon kepadanya agar kau bisa tampil disana. Semoga wajah tampanmu membawa keberuntungan untuk noonaku." Jawab Hoya sambil tersenyum.

"Gomawo Hoya-ya, gomawo," Myungsoo terlihat sangat bahagia. berkali-kali dia mengucapkan terimakasih sambil mencium tangan temannya itu. Hoya hanya mampu memandanginya dengan heran.

Myungsoo dan Hoya telah bersahabat dari SMP, dan sangat dekat. Saat ibu Hoya meninggal Myungsoo satu-satunya orang yang membuka pintu untuknya. Hingga kakak perempuannya kini telah sukses sebagai sajangnim di perusahaan desain ternama di seoul. Karena itu Hoya sangat menyukai Myungsoo. Myungsoo berjalan sambil bernyanyi-nyanyi. Dia terlalu bahagia dan akhirnya kini mulai ada jalan untuk menuju apa yang sangat dia impikan selama ini. Myungsoo mampir ditoko bunga membeli beberapa bunga mawar yang sangat disukai ibunya. Myungsoo hanya tinggal bersama ibunya. Ayahnya menikah lagi dengan wanita kaya di busan dan meninggalkan dia dan ibunya yang hidup dengan keadaan miskin. Oleh karena itu, Myungsoo sangat membenci cinta. Yang dia tau adalah cinta yang membuat hidupnya hancur.

Myungsoo membuka pintu gerbang rumah tua, iya benar-benar rumah yang terlihat sangat tua. Tapi sangat indah karena halaman rumah penuh dengan tanaman. Mata Myungsoo tertuju pada wanita yang memakai kursi roda di dalam rumahnya. Myungsoo menghampirinya menatapnya dengan tatapan yang sangat tajam. Laki-laki tampan dengan tinggi 180 cm itu menatapinya hingga beberapa menit. Wanitaitu menundukkan kepada. Memegangi ujung-ujung jarinya.

Myungsoo Pov

Siapa wanita itu? Aku belum pernah melihatnya. Apa itu anak teman eomma. Kenapa dia memakai kursi roda? Dia cacat. Ah sudahlah, dia tidak akan tinggal disini. Siapa yang mau mengurus orang cacat.

"Myungsoo-ya, kau sudah pulang." Eomma menyambutku dengan senyumnya yang indah. Inilah senyum yang sangat aku rindukan.

"Eomma, nuguya?" Tanyaku sambil menunjuk wanita cacat yang duduk di kursi roda.

"O, dia Bae Suzy, dia akan tinggal bersama kita sekarang."

"Mwo? Eomma waeyo? Eomma jebal, kita sudah sangat susah untuk hidup dan sekarang eomma membawa beban di rumah ini. Wanita lumpuh."

WillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang